Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kutukan Teerasil Dangda dan Usaha Opa Riedl Menolak Takdir Spesialis Runner Up

16 Desember 2016   23:29 Diperbarui: 17 Desember 2016   06:46 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

Ada dua kata berbeda yaitu antara Takdir dan Kutukan yang kalau diartikan keduanya sama-sama bisa dikatakan merupakan penentu hasil akhir dari sebuah perjuangan. Baik itu kala karir dalam bekerja ataupun perestasi dibidang yang digeluti apapun itu. Tidak terkecuali dalam dunia sepakbola hal itu pun dapat terjadi, suka apa tidak suka, kita pasti akan menemukan hal-hal seperti itu.

"Kutukan" Teerasil Dangda di Piala AFF

Seperti yang pernah diberitakan tekait dengan apa yang dialami bintang sepakbola Thailand yang sekaligus menjadi Kapten timnasnya Teerasil Dangda, sebuah nama yang memang begitu menakutkan bagi para pemain belakang timnas manapun di Asia Tengara ini. Teerasil membela Timnas Thailand di Piala AFF ini sejak 2008, 2010 dan 2012. Ia hanya absen pada Piala AFF 2014 karena sedang bertualang di Liga Spanyol. 

Fakta bahwa Teerasil Dangda menjadi raja gol sepakbola Asia Tenggara karena sampai saat ini ia sudah mengemas 14 gol. tinggal memerlukan tiga gol lagi saja untuk menyamakan rekor pencetak gol tersubur piala AFF yang sampai saat ini masih dipegang oleh pesepakbola asal Singapura Noh Alamshah dengan koleksi 17 gol.

Pada partai pembukaan saat Timnas kalah dari Thailand 2-4 ia berhasil mencetak hatrick ke gawang kurnia Mega. Begitu juga pada laga Final leg pertama yang berlangsung dua hari yang lalu di stadion Pakansari ia kembali mencetak satu-satunya gol Thaliand ke gawang Kurnia Mega lewat sundulan kepalanya.

Ironisnya disepanjang karirnya membela timnas Thailand, ia belum pernah sekalipun merasakan juara di Piala AFF ini. Seperti pada Piala AFF 2008 di babak final Thailand kalah agregat gol 2-3 dari Vietnam. Piala AFF 2010 Thailand gagal total. Selanjutnya di Piala AFF 2012 Thailand kembali gagal juara kembali kalah agregat 2-3 dari Singapura.

Dengan demikian tidak salah, akhirnya banyak media mengatakan bahwa kenyatan pahit ini seakan menjadi kutukan bagi Teerasil Dangda selama ia membela timnas Thailand di ajang Piala AFF ini. Padahal Teerasil Dangda tampil sebagai salah satu pemain tersubur pasukan Gajah Perang ini, Namun apesnya justru belum pernah sekali pun meraih trofi turnamen paling bergengsi di antara Negara-negara Asia Tenggara ini.

Timnas Indonesia gagal Karena “Takdir”

Berbeda dengan timnas Indonesia, reputasi sebagai spesialis finalis sangat melekat di skuat Garuda ini. Kalau kita melihat dari selama perjalanannya mengikuti ajang turnamen piala AFF ini. Sudah empat kali mereka tampil sebagai finalis yakni tahun 2000, 2002, 2004, dan 2010. Namun dalam menjalani misi suci meraih trofi itu tak pernah mereka dapatkan dan selalu gagal.

Perjuangan timnas Indonesia itu masing-masing digagalkan oleh, Thailand pada 2000 dan 2002, Singapura pada 2004, dan Malaysia pada 2010 yang sesungguhnya saat itu Indonesia juga sudah di tangani oleh Opa Riedl. Kala itu Euforia suporter sepakbola sempat melambung tinggi. Mereka yakin akan timnas harapanya akan dapat membawa pulang trofi yang memang sudah lama ditunggu itu. Apalagi waktu itu "aura dendam" pada Malaysia sempat membuat tensi makin tinggi. Namun apa yang terjadi? Pada leg pertama di Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Indonesia dihajar Malaysia 0-3.

Berikutnya pada leg kedua partai kandang di Gelora Bung Karno, anak asuh Opa Riedl hanya mampu mengalahkan Malaysia dengan skor tipis 2-1, sehingga dengan demikian pencapaian seperti itu jelas tidak sanggup untuk mengejar defisit gol agregat dari timnas Malaysia yang unggul 4-2. Alhasil Timnas Indonesia kembali meraih hasil runner up lagi.

Kegagalan berikutnya terjadi tahun 2010, bahkan kegagalan kali itu sampai dikatakan sebagai kegagalan karena “Takdir” seperti yang dikatakan Ketu Umum PSSI kala itu Nurdin Halid "Timnas kita baru mampu menyuguhkan permainan terbaik, namun takdir berkata lain," kata Nurdin.

Jadi kalau melihat data di atas sampai edisi ke XI Piala AFF 2014 kali ini, Indonesia menjadi negara kedua yang paling sering tampil di final yakni sebanyak lima kali. Thailand tetap berada di posisi pertama dengan tujuh kali tampil sebagai finalis, empat diantaranya mereka tampil sebagai juara. Sementara Timnas Indonesia belum sekalipun pernah tampil sebagai juara, dan masih saja betah jadi pelangan setia posisi runner up.

Semoga saja pada turnamen kali ini, apa yang dikatakan “takdir” itu berubah menjadi anugrah kemenangan, Indonesia tampil sebagai juara berkat kerja keras yang sudah dilakukan skuad timnas di sepanjang turnamen ini.

17 tahun mengabdi di sepakbola Asean “Takdir” Opa Riedl jadi Spesialis Runner Up

Lain lagi cerita Opa Riedl yang memulai karir kepelatihanya th 1990, melatih timnas Austria itu. Ia bahkan sudah menjelajahi berbagai negara dalam karier kepelatihanya mulai dari  Austria, Palestina, Laos dan Vietnam dan terakhir Indonesia, Namun, pelatih berkebangsaan Austria ini juga belum pernah sekalipun memepersembahkan gelar juara bagi klub atau timnas yang dilatihnya. 

Awal petualanganya melatih di Asia Tenggara dimulai dari menangani timnas Vietnam tahun 1998-2000, 2003-2004, dan 2005-2007. Pada tahun pertamanya melatih Vietnam ia langsung berhasil mengantar Tim Negeri Paman Ho ke final Piala AFF. Namun sayang di partai final Vietnam saat itu dikalahkan Singapura 0-1.

Setahun setelah itu ia kembali nyaris mempersembahkan gelar juara bagi Vietnam di ajang SEA Games 1999. Namun, saat itu Vietnam kembali kandas di final dikalahkan Thailand dengan skor telak 0-2.

Namun demikian Vietnam menjadi negara dengan gelar runner-up terbanyak yang pernah di persembahkan Opa Riedl. Vietnam tercatat empat kali menjadi runner-up yaitu di Piala AFF 1998, Southeast Asian Games, King’s Cup dan Southeast Asean Games U-23 .

Opa Riedl juga sempat menangani timnas Laos pada tahun  2009–2010,  2011–2012 Laos (Technical Director), 2012–2013 Visé (Head of Youth Development).

Selama mengani timnas Indonesia tahun 2010–2011, 2013–2014, dan saat ini 2016 Pencapaian tertinggi Opa Riedl pelatih asal Austria ini adalah mengantarkan Indonesia menjadi runner-up pada Piala AFF 2010.

Saat kisruh dualisme kepengurusan PSSI, Opa Riedl juga sempat kembali didatangkan Komite Penyelamatan Sepak Bola Indonesia (KPSI) untuk menangani tim nasional ‘abal-abal’  bentukannya. Meskipun begitu mereka juga sempat mengikuti pemusatan latihan dan juga sempat tour ke Australia, tampil menjalani laga tanding melawan ‘Austarlia All Star’ seperti yang dikatakan pengurus PSSI (KPSI) kala itu Djamal Azis. Padahal yang main waktu itu tak lain adalah para pemuda gereja yang dipersiapkan dadakan untuk melayani timnas abal-abal Opa riedl ini. Fakta setelah itu memang tim 'abal-abal'yang dipimpinya itu tak pernah tampil mewakili Indonesia di ajang resmi internasional..

Ketika kisruh kepengurusan mereda, Opa Riedl kembali dipanggil menangani timnas Indonesia di Piala AFF 2014. Namun sentuhan mantan pemain timnas Austria itu tidak semoncer sebelumnya (2010). Timnas Indonesia kala itu sudah gagal seja dibabak penyisihan grup.

Jadi kalau di total selama melatih kesebelasan-kesebelasan Asia Tenggara termasuk piala AFF 2016 kali ini, Opa Riedl menjadi pelatih yang paling banyak merasakan gelaran Piala AFF ini, ia mengalahkan mantan pelatih Singapura, Radojko Avramovich, yang pernah merasakan Piala AFF sebanyak lima kali.

Berikut daftar lengkap perjalanan Alfred Riedl pada gelaran Piala AFF

Piala AFF 1998 : Runner Up bersama Vietnam
Piala AFF 2000 : Peringkat keempat bersama Vietnam
Piala AFF 2007 : Semi final bersama Vietnam
Piala AFF 2010 : Runner Up bersama Indonesia
Piala AFF 2014 : Babak grup bersama Indonesia
Piala AFF 2016 :Runner Up bersama Indonesia? semoga saja tidak!

Dengan demikian Piala AFF 2016 kali ini tentu merupakan menjadi yang keempat kalinya bagi Teerasil Dangda (Thailand), Final kelima kalinya bagi timnas Indonesia, dan penampilan keenam kalinya bagi Opa Riedl di Piala AFF.

Pertanyaannya, apakah “Kutukan” masih berlaku bagi Teerasil Dangda serta masihkah “Takdir” itu membelenggu Timnas Indonesia dan sekaligud juga sang pelatih Opa Riedl? semoga saja tidak! Namun yang pasti dan menjadi harapan bagi kita semua adalah semoga saja apa yang dikatakan “Takdir” itu tidak menjadi kenyataan bagi timnas Indonesia di Piala AFF 2016 kali ini. Indonesia akan tampil sebagai juara piala AFF 2016 catat itu.......he...he... Terbanglah Garudaku raihlah mimpimu!

Borneo  16 Desember 2016
Salam Olah Raga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun