Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Episode Baru Tim yang Disanksi FIFA Itu, Kini Tampil di Final

13 Desember 2016   19:54 Diperbarui: 14 Desember 2016   11:14 1348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribun - Antara

Baru lepas dari ingatan cerita dongen sepakbola ala Leicester City di Premier League musim 2015-2016 lalu. The Foxes berubah menjelma dari bukan siapa-siapa menjadi pahlawan banyak orang. Mngawali musim dengan predikat paling buncit, calon terdegradasi namun 'Si Rubah' melejit dan sukses menjuarai Premier League.

Perjalanan Leicester kala itu, memang pantas untuk diapresiasi. Mengingat level persaingan Premier League begitu ketat dan juga diisi oleh banyak tim-tim besar yang begelimang sumber dana besar untuk dapat berburu pemain mana saja di muka bumi ini. Seperti Manchester United, Liverpool  dan Arsenal, atau klub-klub kaya baru lainya Chelsea dan Manchester City.

Melihat fenomena Leicester tersebut, tentu jelas menunjukan bahwa sepakbola itu memang terkadang sulit untuk ditebak. Kejutan-kejutan sangat memungkinkan untuk terjadi. Seperti yang terjadi musim ini pada liga Jerman, tim promosi RB Leipzig yang dijuluki Die Roten Bullen itu sedang di ambang catatan sejarah sebagai tim promosi yang berhasil memimpin liga saat ini bersama san jawara Bayern Munchen.

Mereka saat ini (RB Leipzig &Bayern) sama-sama memiliki 33 poin dari 14 pertandingan. Kalau kita lihat kebelakang perjalanan RB Leipzig ini memang sejak awal musim bisa dikatakan mereka bagaikan sebuah cerita dongeng. Awalnya mereka tidak diunggulkan karena hanya berstatus klub promosi. Apa lagi kalau melihat latar belakangnya yang lima tahun lalu masih bermain di divisi lima, kasta paling bawah di Liga Jerman.

Satu lagi dari liga brazil yang juga sempat mengegerkan dunia yaitu klub Chapecoense, memulai kompetisi dari divisi kelas empat sepak bola Brasil. Kemudian 2010 Promosi ke Serie C. Setelah tiga musim bermain di serie C mereka naik kasta lagi promosi ke Serie B pada 2013 finis di urutan kedua. Pencapaian itu membawa mereka naik level lagi ke Serie A.

Semua proses yang dijalani Chapecoense itu terjadi hanya dalam waktu lima musim, tentu ini menjadi sesuatu yang sangat mengangumkan bagi klub yang baru saja terbentuk pada 1973 tersebut. Namun seperti kata pepatah, untung tak dapat di raih malang tak dapat ditolak, cerita dongeng yang nyaris sempurna dari mereka tersebut berakhir dengan tragis. Semua pemainya gugur dalam sebuah kecelakaan pesawat yang baru-baru ini terjadi.

Cerita yang tak jauh berbeda, kali ini datangnya dari timnas Indonesia yang seperti diketahui baru saja terbebas dari hukuman sanksi FIFA selama setahun penuh. Mereka juga berhasil membuat kejutan pada turnamen yang baru pertama kali diikutinya semenjak bebas dari sanksi FIFA tersebut yakni turnamen Piala AFF 2016. Sebuah even sepakbola paling bergengsi diantara negar-negara Asia tengara ini. Pada laga pertama mereka kalah 2-4 dari Thailand, selanjutnya bermain imbang 2-2 dengan Filipina dan kemudian terakhir di babak penyisihan group mereka mengalahkan Singapura 2-1.

Selanjutnya mereka melaju ke babak Semifinal bertemu dengan tim unggulan Vietnam juara dari Group B, pada leg pertama saat bermain kandang mereka unggul 2-1, berikutnya leg kedua partai tandang yang berlangsung dikandang Vietnam pertandingan berlangsung menegangkan, dramatis dan berkesudahan dengan skor 2-2 yang membuat timnas menang agregat 4-3, sekaligus hasil itu memastikan mereka lolos maju ke babak Final bertemu Thailand Negara yang selalu mendominasi persepakbolaan Negara-negara kawasan Asia tengara ini.

Drama yang menegangkan dan dramatis itu terjadi saat partai leg kedua timnas melawan Vietnam yang berlangsung di stadion Nasional My Dinh, Hanoi,  (7/12/2016). Vietnam pada laga itu hanya butuh kemenangan 1-0 untuk dapat memastikan mereka melaju ke babak Final. Sementara Indonesia juga hanya cukup dengan hasil imbang agar mereka dapat melaju ke babak final.

Drama itu dimulai sketika terciptanya gol pertama Indonesia, yang berasal dari umpan silang Boaz Solossa yang salah diantisipasi bek kiri Vietnam, Tran Dinh Dong, bola liar pantulan itu langsung disambar Stefano Lilipaly menjadi sebuah gol yang mengejutkan Vietnam. Harus diakui terciptanya gol itu memang bisa dikatakan sedikit berbau keberuntungan. Larena memang sejak awal laga gawang Indonesia selalu dibombardir oleh serangan Vietnam. Namun anehnya malah justru Indonesia lah yang lebih dulu mencetak gol. 

Berikutnya pertandingan menjadi semakin memanas, kiper The Golden Stars, Tran Nguyen Manh, di kartu merah wasit karena melakukan tindakan 'konyol' menendang Bayu Pradana. Berhubung mereka sudah melakukan tiga kali pergantian pemain, maka terpaksa pemain belakang Que Ngoc Hai, yang harus tampil sebagai kiper penganti. Anehnya lagi dengan sepuluh pemain dan satu kiper dadakan itu, Vietnam justru malah semakin mengila. Mereka berhasil menjeblos gawang timnas sampai dua kali.

Hal yang juga tak kalah aneh dan mencengangkan berikutnya adalah, keputusan dari sang pelatih kepala timnas Opa Riedl menarik keluar Boaz, Lilipaly, dan Andik Vermansyah dalam kondisi timnas ketingalan 1-2 tersebut. Beruntung Gol penalty Manahati Lestusesn berhasil merubah kedudukan menjadi 2-2 dan bertahan sampai akhir pertandingan. Sehingga dengan demikian Indonesia dipastikan tetap lolos maju ke babak Final. Kalau tidak entah “kehebohan” atau "sumpah serapah" apa yang akan di terima Opa Riedl sepulangnya mereka dari laga itu tersebut. Ya tentunya terkait dengan keputusannya terhadap pengantian ke tiga pemain tersebut.

Setelah melihat perjalanan yang penuh liku dan dramatis itu. Timnas Indonesia yang memang sedari awal tidak diunggulkan dan berperingkat paling buncit itu. Sekedar catatan Filipina yang beredikat paling baik (tingi) 117 ditahan imbang 2-2, Vietnam berpredikat kedua terbaik 129 dikalahkan agregat 4-3 di babak semifinal, Thailand pringkat tiga terbaik 129, walau timnas kalah (2-4) namun mereka menjadi satu-satunya tim yang berhasil menjebol gawang thailand dengan dua gol.  berikutnya Malaysia 156, Singapura berperingkat 162 berhasil dikalahkan 2-1, Myanmar 166, Laos 167, Kamboja 168 dan barulah Indonesia di posisi paling buncit di peringkat ke 179. 

Berbagai persoalan pun juga turut menghambat persiapan tim, seperti Opa Riedl hanya boleh mengambil dua pemain saja dari tiap klub penyumbang pemain karena memang liga lokal yang entah bagaimana tetap saja berjalan disaat timnasnya berlaga di even internatioanl, seolah-olah menjadi tidak penting dan tak ada kejadian apa-apa.

Tidak mengherankan kalau akhirnya seorang Presiden FIFA, Gianni Infantino, pun sampai-sampai mengharapkan agar Indonesia bisa tampil sebagai juara. Karena kalau itu yang terjadi, tentu ini akan menjadi berita besar, Negara yang baru saja bebas dari sanksi FIFA ternyata masih bisa berperestasi normal. Terlepas dari adanya anggapan bahwa ada faktor keberuntungan yang menaungi timnas, harus diakui sesungguhnya aspek itu memang cukup terasa di sepanjang pertandingan yang dijlani timnas selama turnamen ini. Seperti yang dikatakan sang Kapten Boaz Salossa “ini rencana tuhan” Timnas Merah Putih seakan memang sudah ditakdirkan untuk melaju sampai ke babak final.

Akhirnya tentu harapan kita semua pada timnas untuk laga besok para pemain dapat bermain lepas tidak terbebani oleh beragam expektasi baik itu dari Masyarakat pecinta bola, PSSI dan pemerintah yang tentunya mereka menuntut atau mengnginkan memenangi laga esok dan juga semoga saja Opa Riedl tidak lagi melakukan pengantian pemain yang diluar nalar kita (awam) untuk menghindari kehebohan yang akan terjadi nantinya.  

Harapan lainya, tentu semoga saja para punggawa timnas pada laga final besok tidak bermain dengan rasa gugup seperti yang terjadi di partai leg kedua semifinal di Hanoi Vietnam kemarin. Jangan sampai rasa gugup tersebut menutupi potensi besar yang dimiliki Indonesia. Bagaimanapun juga tentu kita berharapa seperti apa yang dikatakan Stefano Lilipaly, "Indonesia bisa kalahkan siapapun".

Sekali lagi semoga saja, walaupun rasanya sulit bagi timnas dalam menghadapi laga besok. Semoga saja timnas bisa bermain menghibur dan berjuang habis-habisan, seperti kata Iwan Fals “Tunjukkan pada dunia Bahwa sebenarnya kita mampu”. Kalau itu yang terjadi tentu rasanya sudah dapat membuat pecinta timnas merasa puas dan bangga akan segala perjuangan yang telah dilakukan mereka. Kalaupun nanti bisa sukses dan tampil sebagai juara, Tantunya itu menjadi bonus perjuangan luarbiasa yang telah dilakukan para pemain. Karena pada hakekatnya pencapaian sampai ke babak Final ini saja, sudah merupakan pencapaian yang luar biasa bagi tim yang baru saja terlepas dari sanksi FIFA ini. Terbanglah yang tingi GarudaKu!

Borneo 12 Desember 2016
Salam Olah Raga


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun