Jujur sebetulnya ide penulisan tentang kisah perjalanan (reportase) saya saat berkunjung mengelilingi sebagian daerah kunjungan wisata di Tanah Minang atau Sumatera Barat ini, sudah muncul sejak kepulangan saya dari mengikuti rombongan “Tour de West Sumatera” yang menjadi tema dari acara Reuni SMA, sekitar bulan Mei 2016 lalu.
Namun karena berbagai alasan, kesempatan itu selalu tertunda-tunda, sekarang momen itu muncul kembli berkat adanyan kiriman link lomba penulisan dari seorang sahabat di kompasiana ini, yang diselengarakan oleh KOMINFO dengan tema “Memotret Pembangunan Indonesia” yang dilihat dari berbagai sisi seperti Pariwisata, Infrastruktur, Telekomunikasi, Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Energi, Hukum dan Kemaritiman untuk lebih jelasnya silahkan klik DISINI
Tour de west sumatera yang saya ikuti itu berlangsung dari tanggal 5-7 mei 2016 lalu. Memang fokus dari acara Reunian kali ini adalah mengunjungi daerah kunjungan wisata di Propinsi Sumatera Barat, antara lain melihat langsung kemegahan Jembatan Kelok 9, berkunnjung ke Istana Pagaruyung dan terakhir menuju ke objek Wisata Bahari Mandeh yang gaungnya mulai tedengar dan banyak dibicarakan orang terkait dengan keindahannya alamnya.
Dari apa yang saya rasakan dan lihat selama mengikuti perjalanan tour tersebut. Memang banyak hal yang Luar biasa yang terjadi ditanah kelahiran saya ini. Terutama kalau dilihat dari sisi pembangunan di daerah perkotaan, sungguh sangat jauh berbeda ketika saat saya meninggalkan kota ini setamatnya dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) dulu. Satu kata yang pantas saya ucapkan adalah rasa sukur, ternyata pemerataan pembangunan di negri ini memang sungguh-sungguh benar adanya.
Berikut akan saya gambarkan sedikit, terkait dengan objek wisata yang menjadi fokus dalam acara Reuni terebut, saya awali dari yang paling luar biasa yaitu Jembatan kelok 9 yang merupakan sebuah mahakarya dan pencapaian yang luar biasa dari anak bangsa.
Kemegahan dari Jembatan kelok 9
Jembatan Kelok Sembilan ini adalah sebuah jembatan yang menghubungkan antara Pekanbaru di propinsi Riau menuju Payakumbuh dan kota lainnya di Propinsi Sumatera Barat atau sebaliknya. Jembatan kelok 9 ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Oktober 2013 lalu dan sejak itu Jembatan Kelok 9 ini langsung menjadi icon baru dari Propinsi Sumatera Barat.
Jembatan kelok 9 ini dibangun dengan kontruksi jalan yang berkelok-kelok, berlokasi di tengah perbukitan yang cantik. melayang sepanjang +/- 2,5 km, terdiri dari 6 jembatan dengan lebar 13,5 meter yang meliuk-liuk bolak-balik mendaki menyusuri dua dinding bukit terjal dengan ketinggian tiang-tiang beton yang bervariasi dan mencapai 58 meter.
Dilihat dari kontruksinya, bentangan jembatan yang pertama memiliki panjang 20 meter, bentang kedua memiliki panjang 230 meter, bentang ketiga memiliki panjang 65 meter dan bentang keempat sepanjang 462 meter, keempatnya bentangan jembatan itu merupakan jembatan jenis pelengkung beton dengan pondasi yang dinamakan "bore pile" sedalam 20 meter untuk dapat menahan berat jembatan dengan gaya horizontal dari ancaman gempa. Bentang jembatan kelima memiliki panjang 31 meter, sementara bentang keenam sepanjang 156 meter.
Dulu kelok 9 ini adalah termasuk salah satu jalan yang ditakuti dan menyeramkan bagi para pengendara kendaraan, karena bentuk/kondisi jalannya yang curam dan berbatasan langsung dengan jurang. Namun saat ini yang terjadi malah sebaliknya orang justru dengan sengaja memilih untuk melewati ‘kelok 9’ dengan tujuan sekalian untuk dapat menikmati keindahan dan kemegahan arsitektur dari jembatan tersebut.
Adapun yang menjadi catatan penting bagi saya setelah melihat langsung keindahan dan kemegahan dari Jembatan kelok 9 ini adalah antara lain sbb :
Jembatan Kelok 9 ini, merupakan Hasil Karya Anak Bangsa, Siapa yang menyangka kalau kemegahan yang dimiliki oleh jembatan kelok 9 merupakan sebuah hasil karya dari anak bangsa dengan menggunakan konsep green construction dan menggunakan produk-produk dalam negeri.
Konstruksinya yang unik, bagi yang sudah pernah melewati kelok 9 dipastikan tidak akan pernah bosan melewatinya. Karena konstruksi jalannya sangat unik. Kelok 9 ditopang oleh 30 pilar yang kokoh dengan ketinggian 10-15 meter, yang diprediksi dapat menampung 14.000 kendaraan setiap harinya. Kelok 9 yang memiliki panjang 2,5 KM ini membentang meliuk-liuk yang menjadi ciri khasnya, jadi kalau dibandingkan dengan Jembatan Suramadu (Surabaya) atau jembatan yang sudah melegenda seperti Jembatan Ampera (Palembang) tentu sensasi yang akan di dapatkan sangat jauh berbeda.
Dengan adanya Jembatan Kelok 9 ini, tentu Sumatera Barat akan semakin dikenal sebagai salah satu destinasi tujuan wisata bagi para wisatawan. Disana Wisatawan akan dapat merasakan sensasi menyeberangi jembatan yang dikelilingi oleh lembah dan hutan. Sekedar catatan Jembatan Kelok 9 ini juga sudah menjadi rute tetap dari ajang tahunan balap sepeda “Tour de Singkarak”.
Terakhir, dari sisi sejarah pun ternyata Kelok 9 ini usianya jauh lebih tua dari Republik ini, dari data yang ada kelok 9 ini dibangun pada masa penjajahan Kolonial Belanda jauh sebelum kita merdeka (1945) yaitu pada tahun 1910. Namun usia tua bukan berarti konstruksi bangunannya juga tua, pembangunan ulang Kelok 9 semakin memperkokoh, memperindah dan memperlihatkan kemegahannya.
Tentu menjadi sangat disayangkan kalau mengunjungi Sumatera Barat tampa sempat mampir merasakan sensasi yang didapatkan dari Jembatan kelok 9 ini. Apa lagi setelah melewati jembatan ada spot menara pandang yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan. Karena dari atas menara tersebut pengunjung dapat melihat dengan jelas bentuk profil dari Jembatan Kelok 9, dengan kelokan-kelokannya yang rumit dan dapat membuat siapa saja yang melihatnya akan berdecak kagum. Selain itu pastinya juga menjadi tempat yang pas untuk berfoto dan berselfie ria.
Saat beristirahat dan melihat penampakan jembatan dari atas panorama tersebut, kita juga bisa menikmati minuman hangat dan makanan seperti jagung bakar dll, yang banyak dijajakan disana. Setelah itu barulah kita kembali melanjutkan perjalanan ke kota tujuan dengan kenangan yang indah tentunya.
Namun sayangnya, melihat pegalaman saya beberapa waktu berkunjung kesana, tingkat safety atau keselamatan dari pengunjung sepertinya sedikit terabaikan, hal itu terlihat dari begitu banyak orang berfoto disisi jalan yang berbatasan langsung dengan jurang. Tentu hal ini sangat membahayakan sekali. Jujur saya tidak melihat adanya pembatas antara jalan dan jurang dibawahnya. Semoga saja kedepan hal seperti ini dapat menjadi perhatian dari aparat pemda setempat sehingga tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Apa lagi saat ini Jembatan kelok 9 itu sudah menjadi salah satu tujuan wisata di Sumatera Barat,
Rumah Gadang Istana Pagaruyung
Setelah selesai berkunjung menikmati kemegahan jembatan kelok 9, kami melanjutkan perjalanan menuju objek wisata budaya Rumah Gadang Istana Pagaruyung di Kecamatan Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana ini memang patut juga untuk kita kunjungi karena banyak peristiwa sejarah budaya bangsa yang tersimpan disitu.
Istano Pagaruyung yang ada saat ini adalah replika dari istana aslinya yang bernama ‘Istano Basa’ dulunya terletak di atas bukit Batu Patah, yang yang menurut sejarahnya terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah di tahun 1804. Istana tersebut kemudian dibangun kembali namun terbakar tahun 1966.
Berikutnya, pembangunan Istano Basa kembali dilakukan yaitu pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera Barat Harun Zain. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, tetapi pindah ke lokasi baru yaitu di sebelah selatannya. Baru pada tahun 1970-an masyarakat umum kembali diperbolehkan mengunjunginya istana kebesaran dari masyarakat minang kabau ini.
Namun berikutnya musibah terjadi lagi pada tanggal 27 Februari 2007, Istano Basa ini kembali mengalami musibah kebakaran hebat akibat puncaknya disamabar petir yang membuat bangunan tiga tingkat ini pun kembali hangus terbakar.
Sedikit gambaran dari Istana tiga lantai ini. Singgasana Raja terletak di lantai satu sejajar dengan pintu masuk. Disini terpajang photo Raja Pagaruyung terakhir yaitu Sultan Alam Bagagarsyah. Singasana ini dilingkari tirai disisi kanan, kiri dan depan. Disinilan tempat Bundo Kanduang (ibu suri) duduk sambil melihat - lihat siapa yang datang atau yang belum datang apabila ada rapat dan mengatur segala sesuatu diatas rumah
Halaman Istana Pagaruyung saatini memang cukup luas, berbagai fasilitas disediakan bagi pengunjung untuk dapat berkeliling seperti dengan menunggang kuda. Bagi yang tidak membawa kamera tidak usah khawatir karena banyak tukang jepret alias tukang foto profesional yang siap mengabadikan kenangan kita disana. Bila kita ingin lebih special lagi, kita bisa menyewa baju adat Minangkabau sekaligus untuk berfoto baik itu didalam istana maupun diluar istana.
Namun sayang berdasarkan apa yang saya lihat dengan begitu luasnya halaman yang dimiliki Istana Pagaryung ini, saya tidak melihat adanya fasilitas tmpat bersantai sekedar duduk-duduk untuk menikmati suasana. Para pengunjung duduk mengelilingi istana tak beraturan karena memang tidak melihat adanya fasilitas untuk itu apa lagi pada saat pengunjung ramai (hari libur) tentu ha ini akan terlihat semakin semrawut.
Kawasan Taman Nasional Laut Mandeh
Berikutnya setelah bermalam di Padang, esok paginya saya dan rombongan kembali bersiap untuk melanjutkan kunjungan wisata ke Kawasan Mandeh, sebuah kawasan wisata bahari yang katanya memiliki pemandangan yang sangat indah, dengan teluk yang berlekuk-lekuk serta gugusan pulau-pulau kecil yang berada di depannya. Lokasinya pun dikatakan masih alami dengan pantai yang berpasir putih serta laut yang berwarna biru kehijauan serta diperkaya juga dengan kehidupan biota laut terumbu karang serta mangrovenya. Letaknya di daerah Tarusan, kabupate Pesiir selatan sekitar 50 Km dari kota Padang atau sekitar 2 jam perjalanan.
Perjalanan menuju kawasan mandeh ini melintasi daerah pelabuhan teluk bayur, setelah itu kita melewati Bukit lampu yang memiliki panorama laut dengan latar belakang pelabuhan Teluk Bayur dan Samudra Hindia, (disini salah satu spot sunset dengan warna yang terbaik), Setelah lepas dari Bukit Lampu, perjalanan mulai menanjak/mendaki memasuki daerah bukit putuih (bukit putus) yang merupakan perbatasan wilayah antara kota Padang dengan Kabupaten Pesisir Selatan, di sini perlu agak sedikit hati-hati, karena kondisi jalannya yang mendaki dan bekelok kelok dan sedikit berada di pinggir tebing.
Selanjutnya kita memasuki daerah si Guntur dan Barung barung belantai yang kalau dihitung jarak tempuh dari kota Padang sekitar 30 km, kondisi jalan disini cukup bagus walau banyak berkelok dan mendaki.
Setelah itu sampailah kita di Tarusan, yang kalau dihitung jaraknya dari kota Padang, berjarak sekitar 50 km, sepanjang jalan kita akan disuguhi pemandangan hijaunya perbukitan dan persawahan, dan menyelusuri sungai dengan air yang jernih, tentu saja jika jika tidak musim hujan.
Termasuk juga tidak adanya fasilitas tempat santai untuk hanya sekedar duduk-duduk untuk menikmati keindahan alam sekitarnya, pilihan buat duduk hanya didapatkan kalau kita berbelanja air kelapa muda yang banyak dijajakan disana. Begitu juga dengan lahan parkir yang hanya berupa hamparan tanah yang tentunya akan becek pada saat hari hujan.
Setelah dari puncak mandeh kita bisa meneruskan perjalanan ke Kawasan Wisata Mandeh yang kini sudah dicanangkan menjadi kawasan Taman Nasional Laut Mandeh. Nah, tentunya banyak yang penasaran, apa saja yang ada di kawasan Mandeh sehingga layak menjadi Taman Laut Nasional. Berikut saya coba merangkum apa saja yang bisa kita nikmati di kawasan Mandeh tersebut sbb:
Nama Mandeh sendiri diambil dari sebuah kampung yang ada di kawasan tersebut. Kawasan Mandeh, Memiliki banyak pulau-pulau eksotis dengan total luas area mencapai 8.000 hektare. Wilayah Mandeh terdiri dari kawasan Pantai, Teluk, Laut dan Pulau-Pulau kecil. Pulau-pulau kecil inilah yang menjadi salah satu daya tarik di Kawasan Mandeh ini.
Ada banyak pulau-pulau yang eksotis disini, seperti Pulau Cubadak, Pulau Sirandah, Pulau Cingkuak, Pulau Pagang, Pulau Sikuai, Pulau Pamutusan, Pulau Pasumpahan dan masih banyak lagi lainya yang masih alami belum tersentuh manusia. Jika datang ke kawasan Mandeh, pastikan mengunjungi pulau-pulau tersebut.
Kawasan Mandeh juga memiliki Spot Diving terbaik, dengan area terumbu karang yang luasnya mencapai 70 hektare dengan berbagai spesies bioata lautnya membuat kawasan laut Mandeh menjadi sangat cocok dan surga yang menyukai Diving. Terumbu karang di kawasan Mandeh masih terawat dengan baik, sehingga berbagai spesies biota laut pun bisa hidup dengan bebas disana.
Selain terumbu karangnya, hal yang luar biasa di kawasan Mandeh adalah adanya Spot Diving Kapal Karam atau Shipwreck terbaik di Indonesia. Letaknya ada di kawasan teluk Mandeh pada kedalaman 20-25 meter. Diduga kapal yang karam di tempat tersebut adalah salah satu kapal kargo Belanda yaitu MV Boelongan yang dibom oleh tentara Jepang pada tahun 1942.
Sekedar catatan Kawasan Mandeh ini sudah dicanangkan menjadi Taman Laut Nasional. Kawasan ini nantinya juga tak sekedar menjadi tempat wisata, namun juga akan menjadi kawasan konservasi dan laboratorium.
Berikut daftar 15 Destinasi Wisata Prioritas yang akan dikembangkan sebagai tujuan wisata utama, antara lain Pulau Weh, Danau Toba, Nias, Mandeh, Kepualauan Anambas, Tanjung Kelayang, Gunung Bromo, Taman Nasional Baluran Jawa Timur, Tanjung Puting, Bunaken, Wakatobi, Toraja, Lombok, Flores serta Raja Ampat untuk mengetahui lebih lengkapnya silahkan baca DISINI
Sebelum menutup tulisan ini ada yang perlu juga untuk kita ketahui yaitu, seperti yang diberitakan baru-baru ini bahwa Indonesia Masuk Final Ajang Pariwisata Halal Dunia atau World Halal Tourism Awardsebuah yaitu sebuah ajang penghargaan pariwisata internasional yang diakui dunia. dari 16 kategori yang dilombakan Indonesia berhasil meloloskan 12 kategori (Final). Guna dapat memenangkan penghargaan itu Indonesia membutuhkan dukungan voting online dari kita semua. Untuk jelasnya silahkan klik DISINI
Sekedar info Voting online dilakukan hingga tanggal 25 November 2016. Pengumuman pemenang akan diumumkan tanggal 7 Desember 2016 di Abu Dhabi, UEA. Untuk mengetahui cara voting, silahkan Klik link ini bit.ly/VOTEIndonesia, dengan mengisi data diri, kemudian pilih 12 kategori finalis dari Indonesia, setelah itu klik Submit di bagian bawah. Sekali lagi mari berikan dukungan kita untuk negri tercinta ini...........dukung Indonesia!
Borneo 9 November 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H