"Wasitlah yang jadi masalah terbesar di sepakbola Indonesia. Bukan pemain atau pelatih," Dragan Djukanovic
Harus diakui bahwa buruknya kualitas wasit dalam memimpin sebuah pertandingan sepakbola akan berimbas pada kualitas kompetisi yang berjalan. Padahal kompetisi itu merupakan ajang pembinaan karir bagi pemain sepakbola untuk melangkah ke tahapan yang lebih tinggi yaitu memperkuat tim nasional negara. Jika saja otoritas tertinggi sepakbola (PSSI) masih saja membiarkan hal seperti ini terus terjadi, dengan kata lain tidak memperdulikanya tentu sepakbola Indonesia akan stagnan dan terus berada pada situasi yang terpuruk yang berimbas pada peringkat FIFA Indonesia di level Dunia.
Hal itu lah yang ingin disampaikan oleh Djukanovic sang juru taktik PBFC itu terkait dengan keperihatinannya akan kualitas wasit Indonesia. Menurutnya tim yang berlaga dalam kompetisi di Indonesia sulit meraih kemenangan khususnya pada pertandingan 'tandang', hal itu tak lebih disebabkan oleh faktor wasit. "Wasit adalah masalah paling besar. Namun kita tak bisa berbuat apapun,"tandasnya.
Memang kalau kita mau jujur sudah tak terhitung lagi banyaknya kasus yang berkaitan dengan kepemimpinan wasit dalam memimpin sebuah pertandingan sepakboa di negri ini. Bahkan sampai-sampai terjadi tindakan brutal, pengeroyokan terhadap wasit yang penyebabnya tak lain adalah karena ketidak puasan pemain atas kinerja wasit yang memimpin pertandingan. Walau terkadang sesunguhnya hal itu bukanlah semata berawal dari buruknya kepemimpinan wasit, melainkan juga karena faktor mental pemain yang memang bobbrok dari si pemain. Untuk ini tentu diperlukan pembenahan juga yang tentunya menjadi trangung jawab dari klub asal sipemain. Sekedar catatan berikut daftar-insiden-pengeroyokan-wasit-di-sepakbola-indonesia
Sebetulnya menurut daftar yang pernah dikeluarkan PSSI beberapa waktu yang lalu. Wasit Indonesia itu tidaklah terlalu jelek-jelek amat. Bahkan dikatakan ada beberapa nama wasit yang sudah masuk ke dalam peringkat wasit terbaik di Indonesia, mereka mengantongi lisensi langsung dari FIFA. Seperti diketahui bahwa kala sudah memegang lisensi FIFA itu, maka sang wasit tersebut sudah berhak untuk memimpin pertandingan internasional yang berada di bawah kendali FIFA.
Namun harus diakui pula bahwa penyebab masih terjadinya aksi-aksi kekerasan terhadap wasit di kancah sepakbola Indonesia itu, disebabkan oleh kian menipisnya tinggkat kepercayaan pemain pada perangkat pertandingan tersebut. Dengan demikian tentu dapat dipastikan bahwa semua itu, karena memang hilangnya respek terhadap aparat pertandingan tersebut. Ditambah lagi dengan tingginya isu persoalan nonteknis, rasa saling curiga terkait dengan tingginya potensi match fixing yang memang bukan lagi menjadi rahasia umum dalam sepakbola di Indoensia, sayang persoalan seperti ini tidak pernah dapat diselesaikan dengan tuntas.
Untuk itu Federasi dan juga operator kompetisi harus dengan cepat menjelesaikan isu-isu soal pengaturan skor, match acting, match setting, dan match fixing atau dengan kata lain ‘Trust’ terhadap tata kelola kompetisi sepak bola nasional itu agar kembali hadir ditengah masyarakat pecinta sepakbola dan juga pelaku sepakbola. Untuk itu tentu dibutuh pengawasan dan pengendalian yang melekat agar ke depannya semuanya dapat berjalan sesuai aturan. Perang terhadap mafia bola,atau bandar judi yang merusak mental dan trust (Kepercayaan) harus tetap terus digelorakan. Semuanya itu tentu kalau kita sama-sama masih menginginkan sepak bola Indonesia dapat berprestasi ke depannya serta jauh dari aksi brutal seperti yang sudah-sudah.
Keputusan-keputusan kontroversi dari wasit seperti tuan rumah yang sering diuntungkan dengan dihadiah penalty tentu harus menjadi perhatian serius. karena hal tersebut ditengarai masih sangat sering terjadi. Memang harus diakui, seperti yang diberitakan usaha kearah itu sudah dilakukan oleh operator penyelengara khususnya pada ajang Indonesia Soccer Championship (ISC) A dan B, Dimana PT Gelora Trisula Semesta sebagai operator berupaya meningkatkan kualitas wasit yang memimpin pertandingan dengan mendatangkan instruktur wasit asing.
Perlu dicatat juga bahwa PT GTS sudah berlaku tegas kepada wasit berani main mata, dikatakan bahwa sudah sembilan dari wasit ISC A yang sudah di non aktifkan atau diistirahatkan. untuk itu bagi klub yang masih mengeluhkan kinerja wasit agar melaporkan secara resmi ke GTS. “Jadi, kalau ada bukti terkait kinerja buruk wasit silakan disampaikan, pasti akan kami tindaklanjuti dengan cepat. Yang terpenting adalah adanya rasa kepercayaan klub dengan kami, yang dilandaskan niat sama-sama ingin memperbaiki sepakbola Indonesia,”
Dengan demikian tentu kedepan diharapkan tudingan-tudingan mengenai buruknya kualitas wasit di turnamen ISC ini dapat segera berkurang apa lagi mengingat saat ini turnamen ISC sudah mulai memasuki minggu-minggu krusial. Dimana tim-tim yang berpeluang lolos bisa jadi akan menghalalkan segala cara agar dapat memenuhi ambisinya tampil menjadi yang terbaik ………..Ok lah kalau begitu mari kita tunggu saja sekaligus berharap semoga sepakbola Indonesia menjadi lebih baik kedepanya............amin
Salam Olah Raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H