Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Masih Adakah Asa, Bagi Sepakbola Indonesia di Hari Kemerdekaan Ini?

18 Agustus 2016   08:09 Diperbarui: 18 Agustus 2016   08:27 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita perlu mensyukuri bahwa, konflik berkepanjangan sepakbola Nasional perlahan namun pasti sudah mulai mencair. Di hari yang penuh makna perjuangan kemaren rabu (17/8/2016) yang sekaligus sebagai Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-71, sepakbola kembali memberikan sedikit harapan untuk dapat kembali berprestasi seperti apa yang dulu pernah mereka raih sebagai 'Macan Asia' di era 1970-1980 an.

Fakta bahwa sepakbola masih tetap menjadi olahraga yang paling difavoritkan bagi sebagian besar masyarakat di seluruh pelosok negri. Tentu hal ini menjadi sesuatu yang tidak dapat dipungkiri. Namun sayang, tingginya rasa cinta masyarakat tersebut tidak diimbangi dengan tata kelola yang baik sehingga persepakbolaan nasional sempat mengalami kemerosotan prestasi di kancah internasional. Apa lagi setelah mereka menerima sanksi dari Pemerintah dan FIFA, dimana kita harus menerima kondisi yang membuat sepakbola menjadi mati suri dalam dua tahun terakhir. Namun walaupun dalam kondisi seperti itu ternyata sepakbola masih tetap menarik di mata seluruh pecinta sepakbola tanh air.

Kado manis di hari kemerdekaan ini tentunya harus disambut dengan suka cita oleh masyarakat pecinta sepakbola Indonesia. seperti diketahui timnas Indonesia kembali akan berlaga di even International yaitu turnamen Piala AFF 2016 yang akan berlangsung mulai 19 November 2016 sampai 17 Desember 2016 nanti di Filipina dan Myanmar. tentu ini sekaligus menjadi titik awal kembangkitan sepakbola di negri ini. 

Kemaren 17 Agustus 2016 aeleksi Gelombang ke dua Timnas Indonesia Senior pun sudah berakhir di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor. Pelatih Timnas, Opa Riedl pun mengaku puas dengan penampilan seluruh pemain yang mengikuti seleksi baik tahap pertama maupun pada tahap kedua ini. Ia bahkan mengapresiasi pemain atas komitmen dan kedisiplinannya. "Banyak pemain muda di gelombang kedua ini, saya lihat mereka punya kemauan keras dan pantang menyerah," kata Riedl 

Tahap selanjutnya Opa Riedl akan memantau kinerja pemain saat mereka kembali ke klubnya masing-masing untuk kembali berlaga di Torabika Soccer Championship (TSC). Setelah itu Opa Riedl akan memanggil kembali sekitar 23 sampai 25 pemain yang akan dipersiapkan untuk melakukan tahap ujicoba yaitu melawan Malaysia pada tanggal 6 September mendatang. "Dari laga uji coba nantinya kami bisa lihat tim ini berada di level mana meskipun Piala AFF masih panjang,"

Pemilihan Ketum PSSI.

Yang menarik juga kita tunggu di hari kemerdekaan ini, adalah adanya keputusan untuk pemilihan Ketua Umum PSSI yang baru guna menggantikan posisi La Nyalla Matalitti yang sudah mengundurkan diri sebagai pemegang kuasa tertinggi di kepengurusan sepakbola nansional beberapa waktu yang lalu akibat ditetapkannya beliau sebagai tersangka perkara tindak pidana pencucian uang (TPPU) dana hibah Kadinda Jatim tahun 2011-2014.

PSSI  pun sudah memastikan bahwa Kongres Biasa (Pemilihan) pada 17 Oktober itu akan berlangsung di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Hal itu dikatakan karena Saat itu PSM Makassar yang mengajukan diri sebagai tuan rumah Kongres Biasa (Pemilihan) tanggal 17 Oktober. "Kami resmi menunjuk Makassar sebagai tuan rumah Kongres pemilihan nanti. Mengapa PSSI memilih mereka? Hal ini karena melakukan pengajuan secara langsung, menyerahkan surat resmi kepada PSSI," kata PLT sementara PSSI, Hinca Pandjaitan.

Penolakan Mulai terjadi terkait Rencana Kongres PSSI di Makassar

Nah, inilah yang membuat 'Asa' atau harapan itu kembali menjadi luntur, karena dalam beberapa hari ini kita kembali disuguhi pemberitaan terkait dengan penolakan dari berbagai pihak atas penunjukan Makasar sebagai tempat berlangsungnya Kongres Biasa 17 Oktober 2016 mendatang tersebut. Padahal sesungguhnya ajang kongres nanti itu bisa menjadi ajang 'momentum rekonsiliasi' bagi semua para pemangku kepentingan dalam sepak bola nasional untuk bisa saling bahu-membahu membangun kembali sepak bola nasional sekaligus bersinergi dengan pemerintah,

Namun penunjukan Makasar tersebut ternyata belakangan mendapat reaksi penolakan dari berbagai pihak. Seperti Gusti Randa mewakili kelompok 85 yang merasa tempat penyelenggaraan Kongres Pemilihan itu ditetapkan tidak dalam KLB PSSI di Ancol pada 3 Agustus 2016 lalu. dikatakan bahwa Exco PSSI secara sepihak langsung menetapkan Makassar sebagai tempat kongres pemilihan. Menurut dia, lebih baik PSSI meralat keputusan penyelenggaraan Kongres Pemilihan di Makassar. “PSSI harus meralat keputusan itu. Pasalnya PSSI langsung tanpa ragu menyetujui tawaran dari Asprov Sulsel dan PSM Makassar yang mengajukan diri sebagai tuan rumah,” jelasnya.

Hal yang sama juga diamini oleh pentolan K-85 lainya yaitu, Ketum Persib Umuh Muchtar terkait dengan terpilihnya Makasar sebagai tempat kongres PSSI dengan dua alasan Pertama, keputusan tersebut menurut Umuh tak melalui perundingan dan pembicaraan resmi dengan para voter. Kedua, secara geografis untuk kemudahan transportasi idealnya kongres digelar di Jakarta. “Seharusnya di Jakarta, saya minta di Jakarta karena lebih mudah dapat pesawat, semua bisa. Semua berharap di Jakarta, ngapain jauh-jauh ke Makassar,”kata Umum Muchtar.

Begitu juga dengan Ketua Asprov Jabar, Duddy S Sutandi, juga menolak tempat berlangsungnya Kongres Biasa PSSI, 17 Oktober di Makassar nanti. Ia mempertanyakan netralitas KLB jika diadakan di Makassar. "Kami mengusulkan KLB kembali dilakukan di Solo karena di kota itu akan lebih kondusif untuk seluruh peserta KLB," jelas Duddy.

Sementara itu Menejemen PSIS Semarang pun juga sepakat dengan mayoritas pemilik suara sah PSSI atau Kelompok 85 tersebut yang tidak menghendaki KLB nanti dilangsungkan di Makassar, Sulawesi Selatan. “Seharusnya penetapan arena KLB pemilihan bisa diputuskan secara fair saat berlangsungnya kongres di Hotel Mercure (Jakarta) lalu. Itu kalau mau benar-benar fair loh ya. Kenapa? Ya saat itu semua voters sedang berkumpul,” ucap CEO PSIS Semarang AS dan menambahkan “Jika saat itu diminta memilih, pasti mayoritas voters memilih Jakarta. Kalau di Jakarta, jauh lebih efektif dan efisien. Kita semua tentunya ingin menyukseskan kongres, bukan hanya PSSI,”  imbuh Yoyok Sukawi.

Hal yang sama juga datang dari klub Bhayangkara Surabaya United (BSU) yang ternyata juga kurang berkenan bila KLB dilaksanakan di Makasar ibu kota Sulawesi Selatan (Sulsel) tersebut. Menurut CEO BSU, Gede Widiade, ada baiknya jika untuk memilih ketua umum (ketum), wakil ketua umum (waketum), dan komite eksekutif (exco) ini, dilakukan di Kota Jakarta. Menurut Gede, Jakarta lebih terjangkau oleh semua pihak. "Kalau lebih terjangkau oleh semua pihak ya di Jakarta,"

Masih dengan penolakan Kongres di Makasar manajer Persatu Tuban, Fahmi Fachroni. juga mengatakan Kongres Pemilihan ketua umum (ketum), wakil ketua umum (waketum), dan anggota komite eksekutif (Exco) periode 2016-2020 sebaiknya digelar di Jakarta. Sebab, kalau di Makassar ditakutkan bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. "Jakarta lebih netral, akses juga lebih mudah. Saya khawatir kalau di Makassar, akan ditikung pihak lain, sementara selama ini kami berjuang mati-matian," ujar Fahmi. 

Dalam beberapa hari kedepan entah dari mana lagi penolakan-penolakan berikutnya  yang akan muncul. Tentu hal ini membuat kita jadi bertanmya-tanya hanya masalah tempat saja masih juga dipersoalkan. Padahal Direktur PSM Makasar sudah pernah mengatakan akan menjamin akomodasi, mulai dari tiket pesawat, penginapan, dan lainnya. DISINI Yang tentunya jelas ini akan mengurangi beban PSSI sebagai penangung jawab kongres namun ternyata hal ini masih saja dipermasalahkan oleh angota lainya 

Tapi ya sudah lah, mari kita tunggu saja dalam beberapa hari kedepan apa lagi yang akan terjadi, yang jelas penolakan ini tentu bisa dikatakan ada kaitanya dengan pencalonan salah satu calon Ketum PSSI nanti yang berasal dari Makasar yaitu Erwin Aksa, yang akan bersaing dengan beberapa calon lainya seperti Letnan Jenderal Edy Rahmayadi dan Jenderal (Purn.) Moeldoko yang juga digadang-gadang akan ikut bersaing dalam pemilihan ketua umum PSSI nanti. Terakhir tentu yang menjadi harapan kita semua adalah semoga saja kembalinya kejayaan sepakbola Indonesia itu segera dapat terwujut……………..amin.


Salam Olah Raga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun