Babak baru perjalanan PSSI akan segera dimulai, sebentar lagi PSSI akan segera mengadakan Kongres Luar Biasa (KLB) di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, 3 Agustus mendatang. Dalam KLB nanti, agenda yang akan dibicarakan adalah sesuai dengan surat yang disampaikan FIFA kepada PSSI, 24 Juni lalu.
Undangan untuk voter pun sudah dikirimkan PSSI sejak, 1 Juli 2016. Siapa Voter yang diundang pun sama dengan yang terdaftar dan memiliki hak suara pada KLB sebelumnya di Surabaya, 18 April 2015 tahun lalu. Seperti yang disampaikan oleh Sekjen PSSI "Agenda KLB nanti persis seperti isi surat FIFA kepada PSSI beberapa waktu lalu. Seperti, penetapan Pak Hinca sebagai Plt Ketua Umum PSSI hingga Kongres Pemilihan PSSI di bulan Oktober mendatang," ucap Azwan
Disamping sesuai dengan surat FIFA tersebut nantinya juga agenda "Penetapan pemilihan anggota Komite Eksekutif yang baru atau tiga posisi yang kosong saja (Satu Presiden dan Dua Anggota Exco). Penetapan tanggal pelaksanaan Kongres Tahunan Pemilihan PSSI. Pengesahan revisi Kode Pemilihan PSSI (Electoral Code). Pemilihan anggota Komite Pemilihan dan anggota Komite Banding Pemilihan yang masing-masing diketuai oleh pak Agum Gumelar dan pak Erick Thohir," tambah Azwan.
Terkait dengan hal diatas, sang mantan 'Penguasa' PSSI La Nyala Mattalitti yang saat ini sedang tersangkut permasalahan hukum,  dan sempat ‘buron’ meninggalkan Indonesia selama beberapa bulan itu mengatakan bahwa ia tidak lagi mencampuri urusan sepak bola tanah air. "Silakan saja, saya sudah tidak ikut-ikut,". Memang sejak beliau tersangkut dengan persoalan hukum. Berbagai perubahan pun terjadi dalam organisasi sepakbola tersebut, mulai dari pencabutan sanksi administratif oleh pemerintah yang juga diikuti dengan pencabutan sanksi oleh FIFA, Yang paling baru adalah rencana KLB PSSI awal bulan depan.Â
Menarik untuk mengikuti sepak terjang La Nyalla Mattaliti, Ketua Umum PSSI Â yang belum sempat memimpin PSSI ini, karena sejak ia terpilih jadi Ketum PSSI. pemegang Otoritas Sepakbola Tertingi itu langsung dibekukan pemerintah, Apesnya lagi setelah itu, sang mantan penguasa PSSI ini juga ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Timur, sebagai tersangka korupsi pengunaan dana hibah Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2012.
Berikutnya yang terjadi adalah pak mantan Ketum ini hampir disetiap kesempatan selalu mengait-ngaitkan kasus yang sedang menimpanya tersebut dengan terpilihnya beliau sebagai Ketum PSSI pada KLB April 2015 lalu. Tentu pertanyaanya apa hubungan kasus yang sedang dihadapinya dengan PSSI? Logikanya tentu tidak ada hubungan secara langsung karena pak mantan ini ditersangkakan atas dugaan keterlibatannya saat ia masih menjabat Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Timur dulu. Hanya saja kemudian pak mantan (La Nyala) ini saja yang kemudian mengait-ngaitkannya status tersangkanya dengan PSSI.
Parahnya lagi beliau juga menghubung-hubungkan kasusnya terhadap perseteruanya dengan Menpora Imam Nahrowi. Tentu pertanyaanya berikutnya adalah apa betul ada intervensi Menpora dalam hal ini? jawabanya tentu bisa ya atau bisa juga tidak, karena seperti kita ketahui dalam politik apa pun memang bisa terjadi semua tergantung kepentinga betul tidak? Tapi yang pasti pak mantan ketum ini sudah mengatakan dan mengangap bahwa keputusan Kejati Jawa Timur itu tidak lepas dari campur tangan Menpora. "Ini politik. Ini sudah jelas (bertujuan) untuk menggulingkan saya dari PSSI," katanya beberpa waktu yang lalu.
Hebatnya lagi beliau juga sempat sesumbar dengan mengatakan bahwa status tersangkanya, tidak akan dapat menjungkalkannya dari kursi Ketua Umum PSSI. dengan memamfaatkan apa yang selama ini menjadi acuan dan diagung-agungkanya yaitu kitab suci Statuta FIFA dan Statuta PSSI yang akan dijadikan bamper atau tamengnya.Â
Kita masih ingat kala itu pak ketum ini berkilah dengan mengatakan "Sesuai statuta (FIFA dan PSSI), seorang ketua umum baru bisa diganti melalui mekanisme rapat anggota. Sebab ketua umum dipilih oleh anggota yang memiliki hak suara. Saya dipilih oleh pemilik hak suara ini. Suara yang menjadi amanah. Apabila amanah ini dicabut, baru saya akan meletakkan jabatan," kata La Nyalla,
Sementara ia lupa bahwa di level yang lebih tinggi diatasnya pada waktu itu, situasi yang sama juga terjadi. Dimana kala itu sang presiden FIFA pun Sepp Blater justru meilih legowo meletakkan jabatannya hanya karena beliau dituding terlibat dalam tindak pidana korupsi dan penyuapan.
Tentu itu jelas artinya beliau (Blater) belum bersetatus tersangka seperti La Nyala alias baru berstatus terperiksa, namun tentu memungkinkan ia menjalani pemeriksaan dan mendapatkan sanksi hukum. untuk itu Seep Blater memang lebih memilih untuk berkonsentrasi pada tudingan ini.
Seperti yang dikatakannya waktu itu "Anggota FIFA memberi saya mandat baru, tapi hal ini sepertinya tidak membuat saya didukung oleh semua orang. FIFA harus direstrukturisasi," katanya. Jadi menjadi wajar kalau pertanyaanya berikutnya adalah, Jika orang nomor satu di FIFA saja tempat dimana statuta yang agung-agungkan itu disimpan, masih memiliki kesadaran untuk mundur dari jabatanya sebagai PResiden FIFA , Bagaimana dengan mantan pak Ketum La Nyalla ini yang tetap ngotot waktu itu?
Tapi….yah sudahlah Game Is Over sesuai dengan judul tulisan diatas semua sudah berakhir pak mantan Ketum sudah mengatakan "Silakan saja, saya sudah tidak ikut-ikut," semoga saja dengan Lengser ke Prabon nya pak ketum ini dapat memberikan harapan baru bagi kepengurusan sepakbola nasiona nantinya. Sehingga kedepan pemegang otoritas tertinggi sepakbola ini bisa menjadi lebih baik dan berjalan sesuai jalurnya di jalan yang benar…………….amin
Salam Olah Raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H