Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dilema Tim Transisi dan Reformasi Tata Kelola Sepakbola Nasional

8 April 2016   20:07 Diperbarui: 9 April 2016   08:40 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya, power yang diberikan kepada kami tidak seperti namanya (Tim Transisi). Harusnyakan keleluasaan power. Ya kami tidak punya kekuatan itu, sehingga yang kami lakukan sebatas menganalisa, mengevaluasi, menyusun rencana jangka panjang seperti apa, kemudian pelaksanaannya, harus siapa yang melaksanakannya, darimana dimulainya. Seperti itu,"

[caption caption="Ilustrasi: superball.tribunnews.com"]

[/caption]Dengan kondisi yang seperti itu akhirnya mereka (Tim Transisi) mengembalikan kembali bola ke tangan Kemenpora. atau Pemerintahlah untuk dapat bersikap tegas dalam menuntaskan masalah sepakbola nasional ini. "Saya melihat memang ada ketegasan yang harus diambil pemerintah. Ketika diberi kekuasaan kepada tim transisi, kekuasaan ini yang harus full diberikan kepada kita. Cuma faktanya kan memang, contoh sederhana saja, kita kan tidak punya budget. Kita mau menyusun apapun semua dari kocek sendiri."

"Kami sudah berikan solusinya kepada Pak Menpora, tapi kemudian harus menunggu komunikasi dengan Istana dulu. Ketika kami mau jalan, seperti menggerakan KLB kita maupakai apa? Kita saja amunisi tidak dikasih. Ya, ini faktanya seperti itu," cetus Cheppy.

Sementara itu dalam menangapi keluhan yang disampaikan angota tim transisi ini, Menpora meminta kepada tim transisi agar lebih cekatan dan percaya diri. "Mereka kurang cak cek (cepat, gesit) dalam bekerja. Kan dari dulu saya minta segera undang klub-klub, tapi baru kemarin (dilakukan). Itu contoh kecil," kata Imam "Tapi mereka sudah punya konsep kok. Memang tidak mudah karena setiap kali mau melangkah mereka akan dinilai sebagai bentuk intervensi pemerintah atau dibilang posisi mereka tidak diatur statuta, hadir malah merusak sepakbola tanah air, dan sebagainya. Nah, tekanan seperti ini tidak diantisipasi dengan baik oleh tim transisi". dan menambahkan "Saya akui tim transisi kurang pede (percaya diri) dan bekerjanya kurang cepat. Tapi saya tidak menyesal pilih mereka. Mereka adalah orang-orang yang terseleksi dengan baik” 

"Situasinya tidak mudah karena apa yang disampaikan tim transisi selalu dianggap salah oleh sebagian pihak. Yang jelas hari ini bola ada di tangan saya. Saya akan melihat itu secara objektif dan kemudian harus dilakukan langkah cepat, tetapi saya harus berterima kasih kepada tim transisi,"

Jadi kalau melihat dari fata yang tergambar diatas, tentu dapat disimpulkan bahwa tidak sepenuhnya Tim Transisi dapat dikatakan lambatnya penyelesaian konflik ini, semua itu terlihat jelas mulai dari pelaku sepakbola itu sendiri yang juga tidak mau merubah diri (resisten terhadap tim transisi) dengan apa yang dimaksud dengan tatakelola sepakbola nasiona dan itu begitu juga dengan pemrintah yang juga terkesan lamban dan kurang tegas dalam menyikapi kodisi yang ada.

Dengan demikian tentu tidak mengherankan kalau pada akhirnya ternyata kinerja Tim Transisi tidak maksimal sesuai dengan apa yang diharpakan sebelumnya, Semoga kedepan semua apa yang 'dikeluhkan' oleh tim transisi tersebut dapat jadi masukan yang berarti bagi pemerintah/kemenpora untuk kedepannya sehingga penyelesaian persoalan kisruh sepakbola ini dapat segera terselesaikan dan persepakbolaan Nasional kembali pulih Indonesia kembali dapat beraktifitas di level international.

Borneo 8 April 2016

Salam Olah Raga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun