Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Respon FIFA, Era Mafia (Blatter) & Gianni Infantino Memang Beda!

15 Maret 2016   21:14 Diperbarui: 16 Maret 2016   00:42 1873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="duniainfodantips.blogspot.com"][/caption]

Setelah Menpora melaporkan hasil pengkajian penyelesaian Kisruh sepakbola kepada Presiden Joko Widodo, kemudian Menpora diberi tenggat waktu 6 bulan oleh presiden untuk dapat mengatasi atau menyelesaikan kisruh itu salah satunya diantaranya sempat menjadi rumour yaitu Opsi membuat Federasi Baru.

Tapi dalam perjalanan waktu, ibarat permainan sepakbola, gawang Kemenpora kembali jebol untuk yang ketiga kalinya usai Mahkamah Agung (MA) menolak kasasi yang diajukan menpora untuk meninjau kembali putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) sebelumnya memenangkan banding PSSI atas Kemenpora.

Seperti diberitakan Penolakan kasasi itu diputuskan Senin (7/3/2016), Dengan demikian harus diakui bahwa kemenangan jelas ada dipihak PSSI dengan skor 3-0, tapi eits…jangan tungggu dulu waktu injuri time 2x15 menit masih berlangsung. Tampa diduga disaat genting itu Menpora dapat memperkecil kekalahan menjadi 3-1, dimana seperti diketahui Surat Menpora tgl 1 Maret lalu mendapat tangapan yang positif dari FIFA era Reformasi dibawah ke pemimpinan atau presiden barunya Gianni Infantino. Sesuai dengan judul tulisan diatas “Respon FIFA, Era Mafia ( Baletter) & Gianni Infantino Memang Beda!”

Bola panas kisruh sepakbola pun seolah kembali terjadi, ‘Teman’ PSSI penghuni kanal bola ini kembali meriang, penyebabnya adalah respon positif dari FIFA itu. karena hal itu memang diluar prediksi mereka, seperti yang sudah-sudah mereka selalu berharap agar apa pun yang dilakukan pemerintah kepada FIFA semoga saja ditolak FIFA, dan memang inilah salah satu karya nyata dari FIFA era Mafia (Blatter) sebelum ini yang tentunya hal ini tidak bisa ditoleransi.

Tapi kali ini ternyata hal itu tidak terjadi saudara-saudara…ha…ha…hal ini memang diluar perkiraan mereka seperti yang terlihat dari berbagai komentar pada salah satu artikel yang ditulis Mafruhin kemaren terlihat mereka berusaha mencari celah untuk tetap pada posisinya menyudutkan piha pemerintah/menpora …ha..ha….mikir bro

Kalau kita kembali urut kebelakang persoalan ini sebetulnya sudah dapat diketahui sejak sehari setelah Presiden menerima hasil pengkajian komprehensif dari Menpora Imam Nahrawi terkait dengan masalah persepakbolaan nasional itu, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa masalah PSSI akan dibahas dalam pertemuan pemerintah dengan FIFA. Presiden lebih memilih langkah untuk segera mengirim utusan ke Zurich dari pada memerintahkan Menpora untuk mencabut sanksi administrasi kepengurusan PSSI tersebut. "Kami berharap Gianni tidak melakukan hal yang sama dengan pendahulunya," ujar Jokowi. Apa yang disampaikan Presiden itu tentu saja mengandung makna khusus, yaitu adanya keyakinan dan kepercayaan dari pemerintah akan ada rencana reformasi ditubuh di tubuh FIFA tersebut, seperti yang disampaikan presiden barunya Infantino setelah beliau terpilih sebagai Presiden FIFA. 

[caption caption="www.deviantart.com"]

[/caption]

Tentu hal ini dapat dimengerti kenapa Presiden menaruh harapan khusus pada FIFA, mengingat pengalaman pada masa sebelumnya (Sepp Blatter). surat-surat resmi pemerintah umumnya tidak pernah digubris, bahkan utusan pemerintah pun ditolak oleh FIFA yang tentu saja bisa diduga penyebabnya tak lain adalah adanya "permainan" antara PSSI dengan Sekjen FIFA kala itu Jerome Valcke yang kini telah divonis 12 tahun tidak boleh aktif lagi dalam sepak bola atas kebijakan internalnya yang ilegal terhadap banyak negara bekembang, termasuk Indonesia.

Salah satunya mengapa Indonesia sampai di-banned FIFA, merupakan akibat dari surat PSSI ke FIFA yang isinya melaporkan bahwa pemerintah melalui BOPI telah melakukan intervensi. Padahal yang dilakukan BOPI hanya menegakkan hukum negara. Tentu saja isi surat PSSI tersebut dibarengi dengan usaha menakut-nakuti pemerintah agar segera mencabut pembekuan PSSI, seperti yang terjadi pada periode Djohar Arifin memimpin PSSI. Dimana saat itu pemerintah SBY memang takut Indonesia kena sanksi FIFA, sehingga Menpora Roy Suryo kala itu terpaksa membuat tim internal khusus untuk mencegah turunnya sanksi FIFA.

Namun, saat ini pemegang kendali pemerintah sudah berganti presiden Jokowi menolak ‘didikte’ FIFA, surat PSSI itu berubah menjadi senjata makan tuan bagi PSSI sendiri. Terhitung sejak 30 Mei 2015, Indonesia dibekukan dari kegiatan internasional oleh FIFA.

Hal inipun sesungguhnya pernah juga disampaikan oleh Ketua Umum BOPI, Noor Aman beberapa waktu lalu “Saat itu PSSI membangkang dan menyatakan hanya tunduk dan patuh terhadap FIFA, tanpa menganggap pemerintah sebagai penguasa negeri. Bahkan dalam surat kepada FIFA, PSSI meminta agar sepakbola Indonesia disanksi FIFA karena tuduhan intervensi Pemerintah. Indonesia sudah disanksi FIFA atas permintaan PSSI,” katanya di Jakarta, Kamis (25/2). Padahal jelas saat itu berdasarkan hasil verifikasi faktual mengenai lima aspek klub profesional, BOPI menemukan penyimpangan yang dilakukan beberapa klub liga ISL antara lain penunggakan gaji, tidak memiliki NPWP, dan indikasi match fixing.

Dengan terjadinya pergantian kepemimpinan di tampuk FIFA itu tentu bisa diprediksi bahwa Pak presiden Jokowi berharap agar FIFA dapat mengkaji ulang kembali keputusannya tentang Indonesia terkait dengan surat-surat laporan PSSI terdahulu, sehingga FIFA dapat memahami dilakukannya reformasi total tata kelola PSSI melalui prosedur yang benar, termasuk juga dengan permintaan KLB dari menpora. Mungkin saja dengan KLB itu pemerintah berharap FIFA mengulang lagi kebijakannya seperti 2011 lalu dengan membentuk Komite Normalisasi, yang tentunya setelah lebih dulu menetapkan PSSI tidak kredibel dengan sejumlah bukti.

[caption caption="www.itv.com"]

[/caption]

Harapan itu menjadi terbuka karena FIFA merespon positif, menyambut baik rencana Presiden Jokowi untuk mengirim utusan untuk bertemu dengan Presiden FIFA Gianni Infantino, Hal tersebut dapat diketahui dari jawaban surat FIFA atas surat Menpora yang pada intinya mengatakan FIFA juga mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo yang mengirimkan perwakilan ke Zurich untuk bertemu langsung dengan anggot Komite Eksekutif (Exco) FIFA guna menyampaikan perkembangan penyelesaian permasalah sepak bola Indonesia. Untuk lengkapnya melihat isi surat tersebut DISINI

Adapun rencana utusan itu nantinya seperti diberitakan, akan membicarakan masalah pembekuan PSSI oleh FIFA yang saat itu masih dipimpin Sepp Blatter akibatnya tim nasional PSSI tidak bisa bertanding di arena internasional dan sekaligus juga memberi penjelasan kenapa PSSI dibekukan? karena memang PSSI dinilai mengabaikan beberapa rekomendasi dari Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) mengenai pelaksanaan Liga Super Indonesia 2015 lalu.

Tapi tentu yang menjadi poin adalah tangapan positif dari FIFA yang menghargai komitmen Pemerintah/Menpora untuk memperkuat dan mengembangkan sepak bola di Indonesia. yang tentu saja memang sudah searah dengan kepentingan FIFA. hal yang tentunya tidak akan pernah didapatkan pemerintah di era kepemimpinan Balater dulu.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Langkah Menpora mengirim surat ke FIFA itu sudah tepat dan tak sia-sia. Menpora memang berkeyakinan Infantino yang terpilih sebagai pengganti Blatter adalah orang yang reformis. “Saya yakin Presiden FIFA terpilih ini orangnya reformis dan lebih bisa diajak berkomunikasi dengan baik,” ujar Imam.

Ada yang menarik juga, dengan ramainya pemberitaan terkait surat balasan FIFA tersebut adalah, ketika PSSI diminta tangapannya mengatakan “Kami belum bisa berkomentar. Kami akan melakukan koordinasi lebih dulu,” ujar Direktur Hukum PSSI Aristo Pangaribuan, (13/3). Tapi selang beberapa waktu 'mungkin' setelah berkoordinasi, direktur hukum PSSI Aristo Pangaribuan itu, mengatakan bahwa jawaban FIFA normatif justru FIFA menghormati PSSI, meski surat tersebut ditujukan kepada pemerintah Indonesia, lucunya sampai mengatakan bahwa nama PSSI disebut “dua kali’…ha..ha…."Kalau Anda cermati itu suratnya normatif, dan nama PSSI disebutkan dua kali dalam surat tersebut. Disebutkan mereka welcome memajukan sepakbola Indonesia bersama pemerintah dan PSSI," kata Aristo kepada media, Senin (13/3). ….he..he…PSSI memang lucu.

Tapi, yah sudahlah yang penting saat ini peluang pemerintah untuk dapat berkomunikasi langsung dengan FIFA sudah semakin terbuka tinggal bagaimana pemerintah memamfaatkannya dengan maksimal untuk kepentingan persepakbolaan Indonesia kedepan. Mudah-mudahan saja dengan telah dilakukannya reformasi ditubuh FIFA oleh Presidenya yang baru Ganni Infantino ini, harapan Presiden Jokowi dan seluruh pecinta sepakbola Indonesia untuk dapat memperbaiki tata kelola persepakbolaan nasional ini segera dapat terwujud, agar sepak bola nasional kedepan lebih dapat berprestasi bertarung di forum internasional…amin.

Borneo 15 Maret 2016

Salam Olah Raga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun