Berikutnya yang sekaligus menjadi poin dalam tulisan ini, yaitu terkait dengan pernyatan beliau dalam berita yang sama masih dengan huruf kapital “KALO MASIH ADA ORANG YANG MAU BERGABUNG DENGAN TIM KECIL MENPORA ITU SAMA SAJA TIDAK PAHAM STATUTA. DAN SAYA SANGAT YAKIN KALO SEMUA PERSONIL YANG ADA DI TIM KECIL TIDAK PERNAH DIHUBUNGI. SEBAIKNYA IMAM NAHROWI MUNDUR SAJA SEBAGAI MENPORA KARENA SUDAH JELAS DIA TIDAK MAMPU MENYELESAIKAN URUSAN SEPAKBOLA. KALO MAU PERBAIKI SEPAKBOLA HARUS MELIBATKAN PSSI. SILAHKAN BERGABUNG SAJA DI TIM ADHOC PSSI.”
Bagaimana bisa beliau memaksa/mengharuskan pemerintah turut bergabung dalam Komite Ad Hoc (PSSI) yang tujuan/kerjanya yang terlihat tak lain dari hanya sekedar meminta pencabutan atas pembekuan PSSI, suka atau tidak suka memang itulah yang terlihat selama ini, enam kali tim ad hoc ini mengadakan rapat (seperti yang diberitakan) kita belum pernah mendengar secara kongkrit reformasi apa yang sudah atau akan dilakukan tim oleh ad hoc ini selain dari meminta pencabutan sanksi PSSI?
[caption caption="twitter.com/Abdulla Emir P"]
Sementara Menpora sudah jelas bekerja atas arahan atasanya yaitu Presidien Republik Indonesia, jadi tentu dapat dibenarkan kalau apa yang pernah dikatakan Menpora sebelum ini dalam sebuah wawancara yang mengatakan bahwa “Saya kira ini bukan semata-mata pendirian kaku, melainkan komitmen. Presiden ingin menagih komitmen FIFA dan AFC, yang di hadapan Presiden waktu itu bersepakat membentuk tim kecil, pemerintah bersama FIFA, untuk mencari jalan keluar bagi PSSI. Pemerintah berkepentingan memastikan bahwa industri bola ini harus hidup tanpa ada cawe-cawe mafia. Biarlah klub yang mengurus ini semua. Federasi harus punya jarak yang tegas dengan operator. Sehingga dia bisa mengawasi betul,membuat regulasi, membuat aturan main yang sesuai dengan statuta FIFA.”
Jadi poinya adalah, PSSI sebagai obyek harus dibenahi oleh induk federasinya (FIFA) bersama pemerintah yang menghukum, Tapi faktanya setelah perwakilan FIFA & AFC itu keluar dari Istana keputusannya menjadi berubah berikutnya muncullah tim Ad-Hoc yang melibatkan PSSI dan Pemerintah justru diminta untuk terlibat di situ.
Padahal, yang diharapkan pemerintah adalah seperti yang sudah disetujui FIFA-AFC sebelumnya pemerintah bersama FIFA-AFC duduk bersama. Dua pihak saja induk federasi (FIFA) dan orang yang mengintervensi (Pemerintah) anak buahnya federasi (PSSI). Jadi dengan demikian diharapkan tidak akan ada konflik kepentingan.
Semoga saja tulisan sekaligus bisa menangapi beberapa tulisan yang muncul belakangan ini yang seakan-akan pemahaman sudah sama seperti pemahaman juraganya sang Presiden PSSI itu bahwa 'saya yang paling benar dan suci' atau bisa dikatakan juga dengan 'saya yang paling tahu tentang sepakbola Indonesia' jadi apapun yang dikatakan orang lain adalah salah Hmmmm......hebat sekali yah…he..he…terakhir juga ada yang memperolok-olok komentar Anang Hermansyah mantan artis yang sekarang angota DPR dalam komentarnya yang mengatakan pssi-baiknya-dishutdown-saja jelas itu merupakan bentuk pemikiranya sekaligus juga merupakan haknya untuk mengatakan seperti itu. tapi bagi penulisnya justru menilan seakan-akan sipenulislah yang paling hebat dan maha tahu tentang persoalan sepakbola ini sementara orang lain dianggap bodoh….miris euy.
Tapi yah sudahlah, mungkin karena memang dari awal sudah memposisikan diri memihak pada salah satu pihak akhirnya membuat mereka harus ‘konsisten’ terhadap pilihannya, walaupun sesungguhnya pilihanya itu ternyata salah? aneh bukan? tapi faktanya memang demikianlah dan itulah yang terjadi jadi saat ini, bukan lagi bicara salah benar atau solusi yang ditawarkan/dibahas melainkan adalah konsisten akan pilihannya yang membuat semuanya menjadi seperti sekarang ini…………selamat manikmati.
Salam Olah Raga
Borneo 7 Maret 2016