[caption caption="sumber foto : jogja.tribunnews.com"][/caption]Ada apa dengan persepakbolaan Indonesia? Banyak sekali persoalan yang terjadi mulai dari masalah pembinaan, masalah prestasi, masalah kaderisasi dan terakhir masalah kisruh dengan pihak pemerintah/Menpora yang tak kunjung selesai-selesai, yang sudah seperti benang kusut, sementara kecintaan dan harapan masyarakat terhadap sepakbola masih saja tetap tinggi, setiap kesebelasan masing-masing memiliki kelompok suporternya yang siap mendukungnya dan bahkan kadang ada yang sampai berlebihan fanatismenya.
Memang harus diakui bahwa sepakbola adalah salah satu dari dua jenis olah raga yang paling populer ditengah masyarakat Indonesia, disamping Bulu Tangkis tentunya yang sudah lebih dahulu mendunia. Tapi walau sepak bola perestasinya belum sebaik Bulu Tangkis, Faktanya tetap saja Sepak Bola memiliki komunitas penggemar atau supporter yang sangat banyak yang jauh melebihi pecinta bulutangkis. Nah, disinilah letak uniknya sepak bola dibandingkan Bulu Tangkis.
Harus kita akui kondisi persepakbolaan Indonesia saat ini memang berada dalam, kondisi yang sungguh-sungguh memprihatinkan, disamping minim prestasi, juga dilanda kemelut gonjang-ganjing antara pemerintah dan federasi yang terus membuat kita menjadi perihatin apa lagi sejak PSSI menerima saksi pembekuan organisasi oleh pemerintah/Kemenpora (17/04-2015) karena PSSI dianggap tidak mengindahkan tiga surat teguran yang dilayangkan Menpora berdasarkan hasil verifikasi BOPI terhadap klub tersebut terkait dengan keikutsertaan dalam gelaran Kompetisi liga professional ISL 2015 tahun lalu yaitu Arema Cronus dan Persebaya Surabaya. Kedua klub tersebut sebelumnya dinyatakan tidak lolos verifikasi oleh Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
Berikutnya sanksi juga dijatuhkan oleh FIFA sebagai induk organisasinya pemegang otoritas sepakbola Dunia kepada Indonesia/PSSI per tanggal 30 Mei 2015, karena FIFA menilai pemerintah Indonesia telah melakukan pelanggaran yang dianggap melakukan intervensi. sebagaimana yang disebutkan FIFA pelanggaran dalam Pasal 13 dan 17 dari Statuta FIFA.
[caption caption="sumber foto : surabaya.tribunnews.com"]
Setelah Pemerintah memberlakukan sanksi, berikutnya langkah yang diambil pemerintah adalah membentuk Tim Transisi yang pada awalnya mempunyai tugas antara lain menggantikan peran PSSI yang telah dibekukan, memastikan kompetisi berjalan. Tapi sayang dan memang harus diakui tim ini tidak berjalan maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyebabnya tak lain lebih disebabkan karena adanya manuver PSSI dalam mempengaruhi sikap klub supaya tidak mengindahkan tim transisi ini.
Waktupun berlalu saat ini sudah memasuki bulan ke sepuluh (April 2015 s/d Februari 2016), tanda-tanda kisruh ini akan berakhir dengan tercapainya satu pemahaman antara pemerintah/Menpora dan PSSI masih saja belum terlihat. Dari pertemua terakhir (16/02/2016) antara Menpora dan Ketua/perwakilan dari Tim Ad Hoc Agum Gumelar yang bisa dikatakan hanya sebagai kepanjangan tangan PSSI atau mewakili kepentingan PSSI saja Karena memang pada faktanya Menpora sampai saat ini masih menolak untuk bergabung.
Dari pertemuan itu pihak pemerintah/Menpora mnegajukan beberap syarat untuk dapat bergabung dengan tim Ad Hoc, Menpora mewajibkan kepada PSSI untuk memperhatikan hak dan kewajiban terhadap pemain serta kepada negara dalam hal membayar pajak, PSSI mau mengubah praktek keliru yang terjadi. Dan terakhir meminta Komite Ad-hoc harus segera menggelar KLB PSSI.
[caption caption="sumber foto : msports.net"]
Dari kedua pemaparan yang bersumber dari orang yang paling berkepentingan dalam kisruh sepakbola ini (Menpora & Presiden PSSI), jelas tampak perbedaan yang sangat prinsip sekali dan bisa ditebak akan sulit tercapai titik temunya, apa lagi kalau kita kaitkan dengan judul tulisan diatas "Kisruh Sepak Bola Menpora Vs PSSI, Siapa Yang Menang & Siapa Yang Kalah?" sudah jelas dalam hal ini kalau yang terjadi ‘adu kekuatan” terus menerus antara Memnpora dengan PSSI maka yang menang bisa dipastikan Menpora karena memang Menpora berada di pihak pemerintah yang memiliki kewenangan yang kuat, untuk mengeluarkan rekomendasi atau tidak tul ga bro. Sementara yang kalah tetap saja adalah PSSI dan para klub liga professional dan Devisi Utama karena memang perputaran kehidupan mereka ada di kompetisi, sementara kompetisi yang tidak bisa terlaksana kecuali klub amatir tentunya tidak berpengaruh.
Bagi sebagian klub Liga Profesional masih sedikit terbantu dengan adanya berbagai turnamen, mulai dari Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, Piala Jend Suridirman, Bali Island Cup yang sedang berlangsung sejak 18 Februari-23 Februari 2016, Piala Gubernur Kaltim yang juga akan berlangsung 27 Februari 2016 sampai 13 Maret 2016 mendatang, serta berikutnya masih akan dilanjut dengan Piala Bung Karno yang rencananya digulirkan akhir Februari tapi ditunda menjadi Maret. Sedangkan Piala Wali Kota Padang kemungkinan digelar pada awal April. Dan terakhir yang kita dengar Piala Bhayangkara sesuai dengan rencana, atau terjadi pergeseran jadwal. Kami indikasikan pada pertengahan April.
Tentu pertanyaannya bagaimana dengan klub divisi utama yang memang tidak terdengar adanya turnamen atau kegiatanya dalam mengisi kekosongan kompetisinya, semula sempat terdengar adanya Piala Gubernur Jateng (Jawa Tengah) yang sedianya akan berlangsung mei 2016 mendatang tapi menurut pemberitaan terakhir akan mengalami perubahan jadwal lagi hingga waktu yang tidak ditentukan.
[caption caption="sumber foto : bola.tempo.co"]
Memang harus diakui kesemuanya itu bukanlah merupakan solusi karena idealnya adalah sesungguhnya Kompetisi tapi setidaknya dengan adanya turnamen itu paling tidak masih dapat menolong sebagian klub yang memang perputaran hidupnya tergantung Kompetisi, jadi suka atau tidak suka kita semua harus dapat menerima fakta ini, sambil menunggu penyelesaian kisruh agar cepat berakhir, sampai kemudian semuanya akan kembali dapat berjalan normal seperti yang diharpkan.
Beruntung dari pemberitaan kemaren, berita yang ditunggu-tunggu kita semua sepertinya akan terwujut hari ini dimana dikatakan bahwa pak Presiden Jokowi sudah mengatakan akan bertemu dengan ketua tim Ad Hoc Agum Gumelar untuk membahas permasalahan sepak bola yang sampai saat ini belum juga selesai. Seperti yang diberitakan kemaren ketua tim Ad Hoc Agum Gumelar diminta untuk bersiap mulai hari kemren, Senin (22/2/2016) hingga Selasa hari ini (23/2/2016) "Kemarin Pak Jusuf Kalla telepon saya kalau Pak Presiden mau bertemu saya untuk bertemu dan membahas tentang permasalahan sepak bola Indonesia," kata Agum "Saya diminta untuk standby oleh Pak Jusuf Kalla hari ini sampai besok, jika Pak Presiden langsung menelepon saya, saya langsung ke sana," jelasnya.
Yah semoga saja pertemuan hari ini jadi terlakssana dan ditemukan sebuah solusi terbaik bagi masa depan sepakbola negeri ini sehingga kisruh sepakbola yang menguras energi ini dapat cepat terselesaikan, berakhir dan tidak menjadi berlarut-larut. Selamat menikmati.
Borneo 23 Februari 2016
Salam Olah Raga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H