Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

PSSI Baru Menyadari, Bahwa Legalitas Pemerintah itu Perlu

6 Januari 2016   08:16 Diperbarui: 6 Januari 2016   10:41 7243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejadia di atas ternyata tidak jauh berbeda dan sama buruknya dengan apa yang terjadi pada sepakbola di negri ini. Hal itu dapat diketahui ketika Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) menemukan banyaknya permasalahan yang terjadi di klub peserta liga ISL tahun lalu itu, seperti masalah pajak, keuangan, dan administrasi.

Padahal seharusnya hal itu adalah menjadi tugas dan wewenang dari PT Liga selaku pengelola ISL memverifikasinya sama seperti apa yang dilakukan pengelola liga pro di seluruh dunia. Pertanyaanya mengapa hal seperti itu tidak dilakukan atau sampai terjadi? Jawabannya sudah jelas bahwa PSSI/PT Liga tidak pernah memberlakukan aturan yang sudah mereka buat sendiri itu dengan tegas. seperti mewajibkan klub punya NPWP? aturan main pemegang saham klub dan tata kelola keuangan klub dll, dan kondisi ini diperparah lagi karena klubpun tidak berinisiatif untuk menjadi benar-benar professional.

Terkait dengan apa yang dilakukan BOPI malah mereka beramai-ramai menyalahkan BOPI dan mengecam bahwa tindakan BOPI itu tidak sesuai aturan dan atas kepentingan pihak tertentu atau bersifat politislah dll. Padahal apa yang dilakukan BOPI itu sudah sesuai menurut Pasal 37 ayat 2 dan 3 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007, dimana disitu dinyatakan bahwa BOPI sebagai Badan Olahraga Profesional Indonesia memang berwenang sebagai kepanjangan tangan pemerintah (Menpora).

Menariknya Fakta yang terjadi saat dilakukan verifikasi oleh BOPI kala itu hampir dari seluruh klub ISL 2015 belum menunjukkan bukti laporan pajak yang merupakan salah satu dari enam syarat verifikasi. Selain itu masih ada juga klub yang belum mempunyai badan usaha atau PT. padahal kalau semua klub sudah berbentuk PT tentu mereka akan punya izin usaha, NPWP beserta laporan pajaknya dll. Contoh kasus Arema Cronus yang sudah malang melintang di liga ISL ternyata  merka baru saja diawal tahun 2016 ini mendirikan PT PT. Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia(PT AABBI). DISINI adapun alasan yang dikemukakannya adalah untuk mempermudah pengelolaan di tengah konflik kepemilikan yang masih terjadi dihadapi hingga saat ini termasuk juga akan menyelesaikan kewajiban pajaknya.

Profesional juga tidak bisa hanya dilihat dari berapa banyak brand di jersey para klub itu, contoh kasus Persib Bandung yang dikatakan klub paling professional di negri ini jersey nya dipenuhi iklan produk, ada satu kasus tahun lalu dimana mereka masih keliru memasang foto ID Card pada pemainnya pada partai playoff Liga Champions Asia yahun lalu. sehingga si pemain dilarang tampi padahal sang pemain Yandi Sofyan adalah pemain andalan dari strategi yang sudah dirancang pelatih. Itulah bukti lain bahwa klub Indonesia masih belum profesional dalam hal mengerjakan yang sepele  saja seperti memasang foto pemain itu saja Persib masih melakukan kesalahan. Akibatnya Yandi Sofyan, batal masuk Starting XI seperti yang disampaikan menejer persib kala itu "Ada masalah teknis yang juga mengganggu ya. Foto pada kartu identitas pemain Yandi ternyata adalah foto Abdul Rahman. Jadi foto Abdul Rahman itu ada dua, di id card Rahman dan id card Yandi. Akhirnya Yandi tidak bisa main," terang Umuh usai laga. 

Belum lagi persoalan nunggak gaji pemain ketika pemain menyampaikan masalah hutang gajinya maka klub akan mengaitkannya dengan performa buruk sipemain. seperti kasus pemain belakang Munhar yang mengungkap masalah piutang gajinya dari bekas klub, Arema, tentu hal itu menjadi kontraproduktif. Utang gaji hal lain, sementara untuk urusan performa tentu soal lain lagi. Dengan demikian akan beda urusannya bila klausul itu memang masuk dan tercantum jelas dalam kontrak antara klub dan pemain.

Terakhir kasus pelatih fisik Surabaya United, Toni Ho dipecat oleh timnya Surabaya United. Dikatakan Manajemen Surabaya United memecat Toni Ho, karena kesal Toni Ho curhat di media belum mendapat upah kerjanya. "Iya benar, saya sudah dipecat sejak dua hari lalu. Manajemen sempat marah karena saya curhat. Tapi saya harus menuntut hak yang harusnya saya dapatkan," (7/12/2015). Dan menambahkan memang dia belum mendapat bayaran dari manajemen Surabaya United sejak Desember 2014. Jika ditotal, gaji yang ditunggak Surabaya United sebesar Rp 230 juta. "Mereka baru bayar Rp 200 juta. Sisanya kata manajemen tidak ada. Tapi saya akan kejar yang Rp 30 juta karena itu hak saya," dia menegaskan.

Memang repot jika profesional hanya sebatas jargon. menunggak gaji akhirnya menjadi hal biasa yang dilakukan klub-klub di Indonesia. Dari pemberitaak terakhir (bulan lalu) juga masih diberitakan bahwa Surabaya United dan Persija Jakarta ternyata masih berhutang gaji pada pemainya dan anehnya keduaklub itu jor joran dalam merekrut pemainnya, mereka bisa belanja pemain dengan harga yang tinggi. Memang harus diakui sebuah kegiatan usaha, utang bukanlah barang haram untuk dilakukan. Tapi tentu lain stratanya kalau untuk utang gaji pemain. Dalam ranah sepakbola profesional, bayaran (gaji) tentu adalah menjadi syarat utama. Dalam Terminologi kata “profesional” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keahlian profesi dan bayaran bagi pelakunya (untuk membedakannya dengan amatir).

Legalitas, dengan adanya kesamaan visi dari kedua pimpinan lembaga Pemerintah dalam hal ini Menpora dan PSSI ini, tentu membuat keberadaan atau status dari PSSI sebagai pemegang otoritas tertinggi sepakbola akan kembali kepada seharusnya atau fungsinyam, dan dengan demikian tentu dapat diharapkan kondisi ini akan menjadi titik terang bagi nasib sepakbola nasional. Harus diakui dan dipahami juga bahwa Keharmonisan Pemerintah dan PSSI tentu sangat dibutuhkan untuk dapat kembali membawa Indonesia ke panggung sepakbola dunia. Karena selama sepakbola itu mati suri, maka dengan sendirinya selama itu pulalah peringkat Indonesia akan terus melorot di kancah persepakbolaan dunia. tanpa adanya eksistensi dari tim nasional bukan tidak mungkin sepakbola hanya akan berkutat pada unsur kedaerahan, bukan lagi menjadai unsur kebangaan sebagai sebuah  bangsa……….selamat menikmati.

Borneo 06 Januari 2015

Salam Olah Raga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun