Walaupun Indonesia terkena sanksi FIFA, namun beberapa pemain sepakbola nasional ternyata masih bisa berkarir di luar negeri. Dengan kata lain berhentinya kompetisi ternyata tidak lantas memutus karir mereka, Beberapa di antara mereka bahkan ada yang sudah berkiprah dalam atmosfer persepakbolaan di luar negeri jauh sebelum Indonesia disanksi FIFA.
Karena memang bagi mereka lapangan hijau tersebut sesungguhnya menjadi pekerjaan dan ladang untuk mengapai penghasilan yang memadai. Sementara bagi yang lainya justru baru berpikir setelah kompetisi benar-benar dihentikan. Akhirnya mereka terpaksa harus menerima dan bertahan dengan kondisi yang ada, walau akhirnya hanya bermain di kelas turnamen yang memang diadakan untuk mengisi kekosongan kompetisi tersebut.
Ketidakpastian kelanjutan kompetisi dalam negeri, tentu mau tak mau membuat para pesepakbola tersebut harus mencari jalan keluarnya sendiri-sendiri, terus bermain atau berkarir diluar negeri. Jika ada yang masih ingin memiliki karir profesionalnya dengan sistem kompetisi teratur, gaji tepat waktu, level permainan yang lebih tinggi, tentu itu menjadi pilihan yang tepat untuk dilakukan.
Seperti yang dilakukan beberapa pemain naturalisasi Victor Igbonefo, Stefano Lilipaly dan Greg Nwokolo dan termasuk juga pemain local seperti Adam Alis dan Ryuji Utomo yang mengadu peruntungannya dikompetisi sepakbola Bahrain mengikuti jejak Pelatih muda Rudy Eka Priyambada yang dikontrak oleh klub Bahrain Al Najma
Dalam situasi Industri sepakbola yang semakin maju, tentu kondisi ini membuat para pesepakbola berpeluang untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi, adapun tinnginya nilai seorang pemain sepakbola itu lebih ditentukan oleh talenta/kemapuan bermain yang dimilikinya. Dan yang tak kalah pentingnya juga adalah peran dari agen dalam melakukan negosiasi harga.
Karena proses negosiasi inilah yang pada akhirnya sebagai penentu seberapa besar atau pantasnya harga dari sang pemain. Hal berbeda tentu bagi klub calon pemakai jasa pemain tersebut yang tentunya hanya menilai berdasarkan rekam jejak sang pemain dan info lainya seperti melihat penampilan pemain secara langsung maupun melalui Video dll.
Pantaskah seorang pemain itu dibeli dengan harga yang tinggi? Tentu ini sulit untuk menjawabnya karena memang tidak ada mekanisme khusus /resmi dan pasti yang bisa mengatur berapa besar harga yang pantas bagi seorang pemain sepakbola itu. Tapi yang pasti harga seorang pemain sepakbola professional jelas lebih dipengaruhi oleh berbagai faktor yang antara lain seperti statistik permainan, kualitas kemampuan yang dimiliki, image pemain di dunia sepakbola terkait dengan nilai jual sang pemain untuk dapat menarik penonton yang tentunya bisa menambah pemasukan bagi klub pemakai jasanya. Termasuk juga dengan proyeksi masa depan sang pemain. semakin bagus pesepakbola itu dalam memenuhi faktor-faktor tersebut maka semakin tinggi pulalah harga jualnya.
Kembali kejudul tulisan diatas “Banderol Tinggi 4 Pesepakbola Indonesia di Luara Negeri”. Meski kita ketahui bahwa para pesepakbola Indonesia yang berkarir diluar negeri itu hanya sebatas dikawasan Asia saja, tentu itu sudah menjadi sebuah pilihan tepat dan terbaik bagi mereka.
Berikut ada empat nama pesepakbola Indonesia yang pantas disebut dengan “Banderol tinggi pesepakbola Indonesia” saat ini sbb :
Sergio van Dijk pemain naturalisasi berdarah Belanda yang sebagian besar kariernya dihabiskan bermain di Australia ini menjadi satu-satunya pesepak bola Indonesia yang punya daya jual di bursa sepak bola dunia. Menurut data transfermarkt, SVD memiliki nilai Rp 5,4 miliar. Persib Bandung kabarnya sampai merogoh kocekmya mencapai angka Rp 5 miliar hanya untuk mendatangkanya dari Aidelaide United dimusim 2013 lalu.
Sementara bermain untuk Persib sendiri bocorannya, Van Dijk dibanderol kisaran Rp 1,5 miliar semusim. Tapi karena merasa nilai kontrak yang diterima terlalu kecil maka SVD akhirnya memutuskan memilih hengkang dari Persib dan bermain untuk klub asal Iran, Sepahan dimusim 2014.