Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

PSSI Kena Batunya, Mahaka Sport Melawan

3 Desember 2015   18:30 Diperbarui: 3 Desember 2015   19:03 5791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malang benar nasib PSSI sebuah organisasi besar pemegang otoritas tertinggi persepakbola di negeri ini, menjadi tak berdaya akibat dari ulahnya sendiri, setelah disanksi Pemerintah/Kemenpora, kemudian juga di sanksi oleh induknya pemegang otoritas sepakbola dunia FIFA. Bukan hanya sampai disitu saja PSSI juga dipermalukan ketika mendampingi delegasi FIFA dan AFC berkunjung menemui presiden beberapa waktu yang lalu dimana keikutsertaanya sebagai pendamping pun ditolak pemerintah.

Begitu juga dengan kemenangan bandingnya atas sanksi Menpora di PTTUN pun Pemerintah/Kemenpora masih tak bergeming dan tetap bersikukuh dengan tidak mencabut sanksinya justru melanjutkannya ke proses  KASASI. Sementara ditengah kegalauannya itu, yang hanya bisa dilakukan PSSI adalah sekedar berkoar-koar di media dan melakukan manuver-manuver yang justru merugikan dirinya sendiri karena terus memeperlihatkan sikap perlawananya terhadap kebijakan pemerintah/menpora.

Pada akhirnya tentu membuat kondisi hubungan keduanya semakin berjarak. Seperti yang terakhir dan baru saja dilakukan PSSI melalui siaran pers disitus resminya (28/11). Dimana PSSI menyebutkan bahwa adanya dugaan/kecurigaan terjadinya Match Fixing pada ajang penyelengaraan turnamen Piala Sudirman 2015 yang saat ini sedang berlangsung. Tapi terbukti sampai hari ini (03/12) sama sekali tidak ada berita kelanjutanya dari PSSI tekait dengan adanya dugaan match Fixing di ajang Piala Jendral Sudirman tersebut.

Sedikit mengulas kebelakang sudah dua turnamen dilevel nasional terselenggara yaitu Piala Kemerdekaan dan Piala Presiden. Piala Kemerdekaan yang digagas Tim Transisi mampu diselesaikan meski memunculkan berbagai kendala seperti pemukulan terhadap wasit hingga sedikit terhambatnya pencairan uang hadiah bagi para juara. Begitu juga dengan Piala Presiden yang digelar oleh Mahaka Sports and Entertainment yang juga sempat diwarnai oleh aksi walk-out dari salah satu tim, lantaran kecewa dengan kinerja wasit.

Namun secara keseluruhan harus diakui bahwa Piala Presiden berjalan lebih sukses ketimbang Piala Kemerdekaan. Terutama dari sesi animo penonton yang menyaksikan laga di turnamen itu. Hal ini tentu lebih disebabkan karena memang yang berlaga di turnamen Piala Presiden adalah klub-klub ISL yang banyak dihuni pemain bintang nasional.

Sementara untuk Piala Kemerdekaan pesertanya hanya mayoritas dari klub Divisi Utama. Jadi suka atau tidak suka sisi positifnya kedua turnamen itu telah mampu mengobati kerinduan pencinta sepakbola nasional yang ingin kompetisi di Indonesia segera bergulir kembali.

Dari kedua ajang turnamen yang tidak melibatkan PSSI tersebut, tentu setidaknya memberikan rasa ketidaknyamanan bagi PSSI yang merasa ditinggal dalam kedua perhelatan tersebut karena pihak pemerintah/kemenpora tetap tidak mau ada keterlibatan PSSI di kedua ajang tersebut, apa lagi mereka merasa sudah memberikan dukungan/referensi agar seluruh tim peserta yang berasal dari Liga ISL bisa mengikuti turnamen tersebut, kemudian ditambah lagi dengan adanya rasa kekecewa PSSI terhadap Mahaka Sports yang dianggap menyalahi komitmen yang sudah dibuatnya dengan PSSI, tentu hal ini menjadi perhatian khusus bagi PSSI sehingga sampai akhirnya membuat tuduhan “mengada-ada” yang justru jadi blunder bagi PSSI sendiri.

Menjadi tidak menjadi mengherankan kalau akhirnya PSSI kembali melakukan manuver-manuver dengan mengatakan bahwa turnamen Piala Jendral Sudirman terindikasi adanya Match Fixing alias pengaturan skor, padahal hal itu hanya bersumber dari isu belaka tapi hebatnya lagi PSSI malah mengatakan sudah melakukan pemantauannya sejak awal mulainya turnamen berlangsung. Wow, luar biasa? kalau hal ini dilakukan sejak dulu tentu sepakbola direpublik ini akan bersih dan jauh dari peraktek pengaturan skor serta suap yang selalu menjadi perdebatan selama ini yaitu adanya mafia sepakbola, tul ga bro.

Ok, lah kita lupakan dulu masalah PSSI diatas mari kita lihat kronologis timbulnya isu pengaturan skor atau bahasa krennya Match Fixing ini yang tentunya versi Mahak Sport sebagai pihak “tertuduh” sbb :

Tudingan adanya pengaturan skor di Piala Jenderal Sudirman itu awalnya muncul setelah komite wasit Piala Jenderal Sudirman tanggal 21 November 2015 lalu memindah tugaskan inspektur pertandingan Jimmy Napitupulu, wasit Najamudin Aspiran, wasit Novari Ikhsan, dan asisten wasit Juneidi ke daerah masing-masing.

Adapun alasan pemindahan tugas keempat perangkat pertandingan itu adalah karena komite wasit Piala Jendral Sudirman menilai mereka tidak cakap. Seperti yang disampaikan oleh CEO Mahaka "Impact pengembalian keputusan itu maka terjadilah reaksi yang mungkin Saudara-saudara terima copy rilis dari pihak mereka," dan alasan berikutnya adalah "Katanya saya masuk ke ruang wasit dan mendesak mereka untuk memenangkan salah satu tim," kata Hasani

Sebelumnya CEO Mahaka Sports, Hasani Abdulgani ini juga pernah mengatakan dan mengakui bahwa statement dari wasit Jimmy Napitupulu yang mengatakan bahwa Mahaka berharap PSSI tetap dibekukan terus oleh pemerintah, sehingga mahaka dapat meraup keuntungan finansial melalui gelaran turnamen-turnamen sepakbola yang telah dan akan digelar Mahaka Sport berikutnya.

Dan dikatakan juga bahwa pernyataan itu itu didengar langsung oleh sejumlah perangkat pertandingan “Dia (Hasani, red) sendiri bicara di hadapan kita, mudah-mudahan PSSI dibekukan dan jangan dicabut pembekuannya. Karena nanti dagangan saya tidak laku kalau sampai dicabut. Hasani senang. Kalau sampai pembekuan dicabut, dia tidak bisa apa-apa. Otomatis ini (turnamen, red) akan diambil lagi oleh PT Liga. Saya langsung telepon pak Joko (Joko Driyono, CEO PT Liga Indonesia), dia pikir selama ini kita diam-diam saja. Jadi ini tentang bisnis semuanya,” ungkap Jimmy,

Terkait hal itu CEO mahaka Sports tersebut mengatakan "Saya bercanda dengan saudara Jimmy Napitulpulu dan kawan-kawan," kata Hasani dan "Ada candaan di situ. Saya bilang, karena ada pembekuan ini, maka Mahaka Sports dapat kerjaan," tapi diluar dugaan justru statement dengan nada “bercanda” tersebut ditanggapi lain "Saya dikatakan, kalau bisa terjadi pembekuan terus supaya Makaha dapat pekerjaan. Ini dibalik oleh dia," dan terkait dengan masuk keruang wasit CEO mahaka itu mengatakan "Lalu dia juga mengatakan bahwa match fixing itu saya masuk ke ruang wasit untuk memenangkan sebuah tim, yang katanya Bali United,".

Padahal itu merupakan kebiasaan yang dilakukannya selalu datang ke wasit untuk menyampaikan "Saya katakan, selamat bekerja, anda jangan ada beban, pimpin yang benar,"  jadi dengan demikian dapat dikatakan dari situlah bersumbernya isu bahwa adanya pengaturan skor itu "Itu dimanfaatkan oleh mereka. Diputar balikkan berita itu. Saya siap untuk menerima semua kalau ada kesalahan. Kalau tidak, jangan lempar isu karena suatu hari saya akan kick balik,"

Jadi kalau boleh diambil kesimpulan dari apa yang sudah ditulis diatas jelas, tentu  untuk membuktikan bahwa adanya match fixing ini bukan menjadi persoalan yang mudah bagi PSSI apa lagi indakator untuk melihat adanya pengaturan skor tersebut itu benar-benar kabur dan mungkin justru malah tak terlihat sama sekali. Hal itu bisa kita buktikan dari selama laga turnamen Piala Sudirman ini berlangsung.

Apalagi terhadapa tim yang dicuriagai adanya pengaturan skor seperti Bali United & PS TNI yang keduanya memang terlihat bermain dengan sungguh-sungguh dan bahkan untuk Bali United sendiripun malah tdak lolos ke delapan besar, sementara untuk PS. TNI walaupun lolos ke delapan besar tentu semua sependapat bahwa hal itu menjadi wajar karena memang penampilan dari PS TNI menjanjikan walupun mereka bukan berasal dari kesebelasan professional.

Apa lagi kesempurnaan PS TNI ini menjadi lengkap dengan menjungkirbalikan sang juara ISL dan Piala Presiden 2015, Persib Bandung, yang pada akhirnya mengantarkan PS TNI lolos mulus masuk ke delapan besar dengan 11 Poin dari empat laga yang di janalaninya, antara lain menghajar Surabaya United 2-1. Mempermalukan Pusamania Borneo yang sombong mengatakan PS TNI adalah tim Amatir dengan hasil imbang 2-2 dan memenangkanya di adu penalty dengan skor akhir 6-5, selanjutnya Persela Lamongan dibantai 4-2. Dan terakhir Persib merasakan keberingasan PS TNI dikalahkan dengan dua gol tampa balas (2-0).

Terkait isu Match Fixing ini juga ditangapi oleh CEO Arema Cronus Iwan Budianto yang mengatakan jika PSSI benar-benar yakin adanya indikasi pengaturan skor di Piala Sudirman ini segeralah dibuktikan. Apa lagi panitia penyelanggara sendiri adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan menambahkan "Kalau ada pengaturan pasti finalis Piala Presiden tidak akan tersingkir dengan cepat," kata Iwan,

Sebagai penutup tulisan ini, sepertinya perseteruan antara PSSI dengan operator turnamen Piala kemerdekaan & Piala Jenderal Sudirman, Mahaka Sports ini akan semakin seru. Karena terlihat mahaka sport dalam menangapi isu ini tidak hanya sekadar menantang PSSI untuk memberikan buktikanya, bahkan Mahaka Sports juga bersiap untuk melakukan counter attack ke PSSI jika rilis resmi PSSI yang disampaikan melalui anggota Komite Etik PSSI, Haryo Yuniarto itu ternyata tak memiliki dasar, untuk itu Mahaka Sports juga sudah mempersiapkan lawyernya untuk mengusut kasus ini.

"Kalau ini terus bergulir, mungkin saya balik nanti. Kalau saya diam, saya dianggap melakukan. Saya bersumpah memang tidak saya lakukan. Saya siap untuk menerima semua kalau ada kesalahan. Kalau tidak, jangan lempar isu karena suatu hari saya akan kick balik," ancam Hasani CEO Mahaka Sports…………….selamat menikmati.

Borneo 03 Desember 2015

Salam Olah Raga

---

Sumber Foto: smeaker.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun