Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Bola

Confuse Komnas HAM Masuk dalam Kisruh Sepakbola (PSSI)

13 Juli 2015   20:19 Diperbarui: 13 Juli 2015   20:33 2209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : www.indopos.co.id

Selamat malam semua, jujur semakin kesini semakin membingungkan kalau mengikuti apa yang sedang terjadi dengan persepakbolaan Nasional ini apalagi kalau kita mengikuti link tulisan dari media Online seperti sindonews.com dan viva.co.id  dengan berita-berita profokatifnya yang menydutkan posisi menpora dalam usahanya memperbaiki tatakelola persepakbolaan Nasional kedepan.

Kalau kita ikuti pemberitaan dua hari kebelakan, begitu banyak pemberitaan mengenai mulai terjerumusnya KOMNAS HAM kedalam kisruh persepakbolaan nasional ini khususnya terkait dengan keberadaan PSSI yang nota bene saat ini bisa dikatakan dalam kondisi tak berdaya akibat dari dua sanksi yang sekaligus dideritanya baik itu dari Pemerintah/Kemenpora (dinonaktifkan) begitu juga dari induk organisasinya di tingkat Dunia yaitu FIFA.

Komdisi ini tentu menjadi menarik untuk dijadikan bahan tulisan karena seperti apa yang disampaikan oleh Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Siriane Indriani yang mengatakan bahwa ada banyak pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan Menpora terkait keputusannya membekukan PSSI antara lain adalah hak asasi mengenai kesejahteraan dan kehidupan bagi masyarakat bola seperti yang disampaikannya "Selain itu, juga sangat bertolak belakang dengan misi presiden Joko Widodo yang katanya ingin meningkatkan ekonomi rakyatnya. Namun nyatanya, malah menghancurkan ekonomi rakyatnya," imbuhnya serta menegaskan juga bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan misi Presiden RI, Joko Widodo, yang katanya pro dengan rakyat "Harus diakui jika dampak yang ditimbulkan sangat luas," tegasnya untuk itu KOMNAS HAM menyarankan bagi yang merasa dizalimi silahkan melapor ke KOMNAS HAM "Silakan saja melapor bagi yang merasa dizalimi oleh keputusan Menpora ini, karena manusia memiliki hak memiiliki kesejahteraan dalam hidupnya," pungkasnya.

Berikutnya ada juga komentar yang meminta Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi untuk segera mencabut pembekuan terhadap PSSI dengan mengatakan "Ini kondisi sedang sangat sulit. Kami menyesalkan penyelesaian sepak bola sangat berlarut-larut. Pada kondisi saat ini, bukan hanya soal sepak bola saja yang harus dilihat. Apalagi, sepak bola Indonesia sudah menjadi kegiatan industri dan ekonomi masyarakat pada kehidupan sehari-hari," terang Komisioner Komnas HAM, Siriane Indriani dan tak lupa menyertakan alasan klasik bahwa jutaan masyarakat bola menggantungkan nasib dari kompetisi "Multiplayer effect ini harus dipikirkan oleh pemerintah. Karena itu, pemerintah harus lebih arif. Apalagi, masyarakat banyak yang dirugikan dengan keputusan yang tidak proporsional ini," tambahnya dan juga mengatakan bahwa banyak mendapatkan laporan meningkatnya jumlah pengangguran, karena banyak masyarakat yang menggantungkan nasibnya dari sepak bola tapi karena PSSI dalam keadaan dibekukaan maka mereka tidak bisa melakukan apa pun, semuanya menjadi korban "Pembekuan PSSI Ini merupakan keputusan yang keliru. Jika ini terus berlarut-larut, maka kami meminta segera dipulihkan, segera digairahkan kembali PSSI-nya. Ini jelas menyengsarakan rakyat kecil, karena banyak pedagang asongan, tukang jual baju, minuman dan semua yang berkaitan dengan sepak bola menjadi sulit. Bahkan, akan menimbulkan angka kriminalitas yang juga tinggi," pungkasnya.

Kalau boleh ditarik lagi kebelakang sesunguhnya ini bukanlah kehendak dari Menpora, kalau kita urut mulai dari sanksi/pembekuan Kemenpora jelas sudah melalui tahapan yang lazim berlaku dengan memberikan surat peringatan (Sp1,SP2 dan SP3) begitu juga dengan penghentian kompetisi yang malah jelas-jelas dilakukan oleh PSSI demi membela kedua klub Arema dan Persebaya yang tidak lolos verifikasi.

Bahkan sekitar akhir april lalu setelah adanya pertemuan dengan DPR sudah disepakati bahwa masalaah Arema dan Persebaya ini akan diselesaikan sambil jalan dan diberi waktu sampai pertengahan musim kompetisi keduanya harus sudah mencapai kesepakatan/rekonsiliasi kepemilikan dll dan dibuat dalam satu pernyatan tertulis dari keduanya, kemudian BOPI langsung memberikan rekomendasi dan izin kepolisian agar  kompetisi segera bergulir, tapi apa yang terjadi berikutnya ? rapat EXCO PSSI tgl 2 Mei memutuskan bahwa KOMPETISI dihentikan karena situasi dalam kondisi Force Majure, dan PSSI berkoar-koar bahwa yang memberhentikan kompetisi adalah KEMENPORA aneh kan ? sekarang giliran pemerintah/kemenpora melalui tim transisinya mengambil alih situasi agar supaya kompetisi kembali berjalan yang terjadi malah berbagai usaha penjegalan dilakukan PSSI mulai dari mempertanyakan darimana sumber dana turnamen berasal ? pemerintah tidak boleh sembarangan terima dana dari Sponsor ? berikutnya PSSI mengeluarkan titahnya melarang pemain, wasit dan perangkat pertandingan untuk turut serta mensukseskan piala kemerdekaa tersebut tapi lucunya makala wasit yang berasal dari TNI mereka beralasan tidak kuasa untuk melarangnya ? padahal sebelumnya berkoar-koar harus ikut sesuai aturan statuta PSSI.

Kembali ke judul tulisan saya diatas “Confuse” KOMNAS HAM Masuk Dalam Putaran Kisruh Sepakbola (PSSI) kalau dikaitkan dengan pembukaan tulisan diatas sumber berita terkait dengan KOMNAS HAM ini terbukti bahwa hampir semua beritanya berasal dari kedua Link yang saya sebutkan diatas kalau ga percaya coba buka Google dengan kata kunci “Komnas HAM dan konflik sepakbola” atau untuk  lebih mudahnya klik link ini saja Komnas+HAM+dan+konflik+sepakbola=nws maka yang terjadi sim salabim aneh tapi nyata semua file data yang berkaitan dengan masuknya KOMAS HAM dalam kisruh ini bersumber dari kedua media Online tersebut diatas.

Tapi ya sudahlah,….. kita “kembali ke laptop” perihal keterlibatan KOMNAS HAM yang seakan muncul bagai pahlawan kesiangan, tentu wajar kalau kita bertanya kemana  KOMNAS HAM mana kala ada pemain sepakbola yang gajinya tak dibayarkan Klub, bahkan ada yang sampai meninggal ? apa lagi saat inipun masih ada klub yang belum menyelesaikan permasalahan gaji pemainnya seperti Persija Jakarta yang diberitakan masih belum menyelesaikan pembayaran gaji pemainya, hal itu dapat kita ketahui dari apa yang pernah disampaikan Alfin Tuasalamony dengan nada memelas mengatakan "Kalau Persija bayar gaji tiga bulan, sudah lebih dari cukup untuk biaya operasi yang ketiga. Sampai saat ini belum ada kepastian kapan manajemen mau membayar. Sekarang saya cuma menunggu gaji dan menunggu sembuh," beruntung berkat aksi kemanusiaan yang digagas Asosiasi Pesepak bola Profesional Indonesia (APPI) serta melibatkan Dompet Dhuafa dan salah satu produsen perlengkapan olahraga lokal. melakukan “Laga Amal” dengan melibatkan para pesepak bola nasional yang sekaligus menjadi wujud nyata bentuk kepedulian terhadapa sesama rekan seprofesi dan belakangan juga ada kegiatan penggalangan dana lewat peluncuran nada dering "Satu untuk Jakarta" yang dikatakan sebagian dari keuntungannya akan disisihkan untuk menambah biaya operasi gelandang mantan pungawa Timnas tersebut.

Sebagai penutup tulisan ini terlepas dari resiko keputusan tidak popular yang diambil Menpora jujur kita harus memberi apresiasi terhadap tanggung jawab dari kemenpora untuk segera mengadakan turnamen dan mempersiap kompetisi, tapi anehnya PSSI malah mengunakan segala cara untuk menjegalnya sementara mengeluhkan kalau banyak pemain dan penggiat bola yang menderita tentu pertanyaanya maunya apa ? termasuk juga dengan ikutnya Pakar hukum tata negara dan Komnas HAM dalam kisruh ini yang seharusnya juga proporsional kalau menilai apa yang terjadi, jangan hanya melihat dari satu sisi saja........begitu juga dengan PSSI dalam kondisi tak berdaya seperti ini lebih baik duduk bersama support turnamen yang akan diadakan pemerintah/kemenpora, tidak perlu main ancam-ancam karena jelas yang diinginkan klub, pemain dan penggiat bola adalah hanya kembali ada kesempatan berkompetisi itu saja……….tak peduli siapapun operatornya, tapi kalau yang ada malah ancam-mengancam jelas semuanya akan membuat semakin menjadi rumit jangan salahkan kalau timbul pertanyaan nantinya siapa sesunguhnya yang menginginkan kehancuran ini ? dan begitu juga dengan klub sepakbola professional yang ada apakah klub-klub sepakbola tersebut benar-benar profesional dan mampu bersikap independen demi keberlangsungan kehidupan klubnya……..selamat menikmati.

Borneo 13 Juli 2015

Salam Olah Raga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun