Mohon tunggu...
Hery Syofyan
Hery Syofyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Banyak baca dapat menambah cakrawala pola pikir kita....suka bola & balap..

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Bau Busuk Dibelakang Borneo FC

31 Oktober 2014   02:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06 8480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber foto : www.tempo.co

"Sebuah pertandingan di level kedua Indonesia Indonesian menjadi tontonan yang penuh lelucon di akhir pekan lalu saat lima gol bunuh diri tercipta dalam upaya menghindari klub yang diduga didukung oleh mafia lokal,"demikianGuardianmembuka beritanya yang diberi judul 'Indonesian teams under scrutiny after scoring five own goals'.

Hallo selamat malam semua... sengaja sebagai pembuka tulisan ini saya kutip pengalan pemberitaan dari media Asing terkait dengan apa yang saya sebut dengan dagelan-tragedi-sepakbola-devisi-utama-liga-indonesia dalam tulisan saya yang lalu, dan tentu yang menarik buat saya adalah kejadian tersebut dikaitkan dengan keberadaan tim sepakbola yang baru lahir kemaren sore 7 Maret 2014 yaitu Pusamania Borneo FC dimana sebetulnya asal-muasal tim ini adalah berawal dari Perseba Super Bangkalan yang diakuisisi dan kemudian dirubah namanya menjadi Pusamania FC dan kemudian berubah lagi menjadi Pusamania Borneo Football Club atau biasa disebut PBFC.

Dan kebetulan kemaren sore saya sempat menonton tanyangan dialog dari sebuah stasion televisi dengan nara sunber Ketua Umum PSSI Djohar Arifin dan didampingi oleh pengamat sepakbola Kesit B Handoyo dimana  Skandal Sepak Bola Gajah yang dilakukan oleh PSS Sleman dan PSIS Semarang telah mencoreng wajah persepakbolaan Indonesia di mata dunia, dan yang justru sangat menarik buat saya kala pembahasan mengenai apa yang mendasari kedua tim ini sampai melupakan akal sehatnya dan ngotot untuk menghindari pertemuan dengan tim kemaren sore Borneo FC ini.

Pada dialog itu dijelaskan adanya isu yang berkembang yang menyatakan bahwa Borneo FC disebut-sebut sebagai kandidat kuat juara, karena sudah disetting sebagai juara Divisi Utama seperti yang disampaikan "Ada rumor yang beredar, bahwa seperti ada pengaturan. Tim Borneo FC ini disebut-sebut atau dipastikan akan lolos (promosi ke ISL), walaupun ini butuh pembuktian, dan ini jadi tugas PSSI untuk mencari kebenaran tersebut," ujar pengamat sepak bola Kesit B Handoyo dalam wawancara dengan Wideshot MetroTV Rabu (29/10)

Jadi kalau benar adanya isu yang berkembang itu alangkah nistanya persepakbolaan di negri ini, tentu semuanya menjadi wajar dengan apa yang dilakukan PSS Sleman dan PSIS Semarang yang berusaha untuk menghindari pertemuan dengan tim Borneo FC, alasannya adalah adanya rasa kekhawatiran pasti kalah atau “dikalahkan” entah dengan cara apa pun juga termasuk dari sisi non tekhnis.

Menjadi tak herankan kenapa PSS Sleman dan PSIS berpikir keras bagaimana caranya supaya terhindar dari pertemuan dengan Borneo FC ini, dan akhirnya terbukti hal itu dilakukan dengan segala cara dan tak peduli lagi dengan apa yang di sebut dengan Fair Play yang seharusnya justru  mereka junjung tinggi, karena seperti kita ketahui disetiap sebelum pertandingan dimulai pasti bendera Fair Play selalu diarak sebagai pembuka sebuah laga dalam sepakbola.

Dan akhirnya kalau kita kaitkan apa yang disangkakan terhadap Borneo FC ini, semua akan menjadi terbuka kalau kita melihat perjalanannya tim ini dalam melakoni laga di Devisi Utama Liga Super Indonesia, dan semua itu menjadi jelas dan bukanlah menjadi sesuatu yang aneh atau tidak mungkin,  hal itu bisa kita lihat dari sepanjang perjalannya di Divisi Utama, mulai sejak di babak penyisihan grup hingga babak delapan besar, menurut data yang ada Borneo FC sudah memainkan 25 pertandingan tidak termasuk laga kontra Persis.

Yang menarik dari data itu adalah ketika Borneo FC berhasil menyapu bersih 12 kemenangan laga kandang dan anehnya lagi dari 12 kemenangan tersebut, Borneo FC mendapatkan hadiah 11 kali tendangan penalti ?, sementara dibabak delapan besar Group N, Borneo FC akhirnya lolos ke semifinal dengan tampil sebagai runner up meraih nilai 7 poin di bawah Tim Martapura (13 poin), atau sama dengan koleksi poin yang dimiliki PSCS Cilacap di posisi tiga,  hanya saja berbeda dalam jumlah pertandingan yang dilakoninya dimana Borneo FC hanya memainkan lima pertandingan saja sementara Martapura dan PSCS Cilacap memainkan enam pertandingan.

Hal ini dikarenakan, Persis Solo yang seharusnya bertandang ke markas Borneo FC di laga terakhir, Minggu (26/10) memutuskan tidak bermain karena merasa “diintimidasi” dimana sesuai pengakuan Tim Persis Solo ke media yang mengaku bus yang mereka tumpangi menuju ke Sadion Segiri diserang oleh kelompok suporter Borneo FC, akibat dari insiden tersebut, kaca bus pecah dan menyebabkan salah satu staf pelatih Persis luka-luka terkena serpihan kaca.

Terkait dengan terror tersebut akhirnya Persis Solo memutuskan membawa kasus ini ke Komisi Disiplin PSSI dan Komisi Disiplin akhirnya memutuskan bahwa  pertandingan antara Persis Solo dengan Borneo FC akan dilakukan pertandingan ulang sementara untuk waktu dan tempat pertandingan diserahkan ke PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi.

Untuk pertandingan ulang ini Persis Solo berharap pertandingan dilakukan di pulau Jawa dan dikarenakan pertandingan tersebut merupakan  pertandingan ulang terakhir dibabak delapan besar Divisi Utama maka Persis Solo berharap dan meminta wasit yang memimpin pertandingan nanti juga netral seperti yang disampaikann karena “Ada beberapa wasit yang cenderung merugikan Persis Solo saat memimpin pertandingan,” tutur Sekretaris Manajer Persis Solo Sapto Joko Purwadi dan menambahkan “Jika PSSI menugaskan wasit tersebut memimpin pertandingan ulang Persis Solo lawan Borneo FC, kami akan mengajukan keberatan dan menolak bertanding,” katanya, setidaknya ada delapan wasit di Divisi Utama yang kerap ditengarai merugikan Persis Solo saat memimpin pertandingan antara lain ialah, Ahmad Djafri, Ridwan Pahala, Untung, Basro Hasruni, Ahmad Tuharea, Jusman, Hulman Simangunsong, dan Heru Santoso.

He…he… semakin komplit rasanya kerusakan dan persekongkolan busuk dalam persepakbolaan di negri ini, jangankan  bicara perestasi yang masih jauh dari harapan justru kasus yang mempermalukan ini malah sudah terlanjur mendunia…..menyedihkan sekali……memang seperti yang kita ketahui dari pemberitaan menanggapi hal ini PSSI melalui Ketua Umumnya Djohar Arifin Husin berjanji akan melakukan segala cara untuk mencari akar permasalahannya termasuk kepada tim Borneo FC yang berpotensi ikut terseret dalam skandal ini dan akan diinvestigasi oleh tim Komisi Disiplin (Komdis) PSSI "Kita tidak menutup pintu, terhadap semua informasi dari masyarakat atau siapapun atas ketidakberesan dalam suatu pertandingan. Laporkan pada kami secara rahasia. Itu akan membantu PSSI untuk menelusuri ketidakberesan itu. Komisi disiplin akan terus mencari peluang-peluang apa saja yang mengganggu kompetisi kita," tegas Djohar yang juga turut hadir di Wideshot MetroTV.

Untuk itu mari sama-sama kita tunggu saja seperti apa nantinya perjalanan kasus ini diantara benang kusut yang saling berkait di persepakbolaan negri ini, apakah benar tudingan yang diarahkan media asing bahwa adanya Mafia Lokal Sepakbola yang turut bermain di kompetisi liga negara ini ……. ? termasuk juga dengan laga yang baru saja terjadi antara Semen Padang FC Vs Arema Cronus yang juga membuat tanda tanya besar bagi para pecinta sepakbola atas buruknya kwalitas wasit yang memimpin pertandingan tersebut……….selamat menikmati.

Borneo 30 Oktober 2014

Salam Olah Raga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun