Mohon tunggu...
Haqqi Hidayatullah
Haqqi Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Ilmu Komunikasi UGM

Mencoba menebarkan kebaikan melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Afrika, Melebihi Apa yang Kita Ketahui

29 Juni 2024   17:16 Diperbarui: 29 Juni 2024   17:16 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Afrika, sebuah benua yang begitu luas dan kaya akan budaya, sejarah, dan kekayaan alamnya, telah lama menjadi objek ketertarikan bagi banyak orang di seluruh dunia. Di Indonesia pandangan terhadap Afrika belum terlalu luas. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, pemuda Indonesia mulai mengarahkan perhatian mereka ke benua tersebut, melalui berbagai media, pertukaran budaya, dan kegiatan lintas batas lainnya. Sejarah juga mencatat bagaimana hubungan erat antara Indonesia dengan negara-negara Afrika.


Sejarah Hubungan Indonesia-Afrika: Mengulas Keterkaitan yang Terlupakan
Hubungan antara Indonesia dan Afrika telah berlangsung selama berabad-abad, meskipun seringkali terlupakan dalam catatan sejarah global. Sejak zaman kuno, pertukaran perdagangan dan budaya telah mengikat kedua wilayah ini. Namun, hubungan modern antara Indonesia dan Afrika baru-baru ini mulai mendapatkan perhatian yang lebih besar, terutama dalam konteks diplomasi, perdagangan, dan kerja sama pembangunan.

Ketika bangsa Eropa mulai menjajah wilayah Indonesia dan Afrika, hubungan antara kedua wilayah ini mengalami transformasi yang signifikan. Baik Indonesia maupun Afrika menjadi pusat penjajahan oleh kekuatan kolonial seperti Belanda, Inggris, dan Portugal. Meskipun terpisah oleh jarak geografis yang jauh, kedua wilayah ini mengalami penindasan dan eksploitasi yang serupa oleh penjajah Eropa.

Namun, era kolonial juga menjadi masa perlawanan dan perjuangan bagi kedua wilayah ini. Perlawanan terhadap penjajahan menciptakan ikatan solidaritas antara Indonesia dan Afrika dalam perjuangan melawan penindasan dan imperialisme. Contohnya adalah kontribusi para pemimpin kemerdekaan seperti Soekarno dari Indonesia dan Kwame Nkrumah dari Ghana dalam mendirikan Gerakan Non-Blok yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa-bangsa yang baru merdeka.

Setelah merdeka, Indonesia dan Afrika terus memperkuat hubungan diplomatik mereka. Indonesia menjadi salah satu negara yang mendukung gerakan dekolonisasi di Afrika, memberikan bantuan diplomatik, politik, dan ekonomi kepada negara-negara Afrika yang baru merdeka. Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955 menjadi tonggak penting dalam mengukuhkan hubungan solidaritas antara kedua wilayah ini dalam melawan imperialisme dan kolonialisme.

Selain itu, Indonesia juga menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika pada tahun 2005, yang menegaskan komitmen kedua wilayah ini untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, perdamaian, dan keadilan global. Hubungan antara Indonesia dan Afrika juga semakin erat dalam berbagai forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Gerakan Non-Blok.


Perubahan Paradigma: Dari Bantuan ke Mitra
Pandangan pemuda Indonesia terhadap Afrika telah mengalami perubahan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Dulu, Afrika sering kali dianggap sebagai penerima bantuan, baik dalam bentuk bantuan pembangunan maupun bantuan kemanusiaan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan semakin terbukanya akses informasi, pemuda Indonesia mulai melihat potensi lebih dari hubungan dengan Afrika.

Pertumbuhan ekonomi di berbagai negara Afrika, bersama dengan potensi sumber daya alam dan budaya yang kaya, telah menarik minat banyak pemuda Indonesia. Mereka melihat Afrika sebagai mitra potensial dalam berbagai bidang, termasuk perdagangan, investasi, dan pertukaran budaya. Dalam pandangan mereka, Afrika bukan hanya sekadar penerima bantuan, tetapi juga mitra yang dapat saling menguntungkan.

Selain dalam bidang ekonomi, pemuda Indonesia juga mulai melihat Afrika sebagai kemitraan dalam hal budaya dan pendidikan. Program pertukaran pelajar antara Indonesia dan Afrika semakin banyak dilakukan, memungkinkan pemuda dari kedua wilayah untuk saling memahami dan belajar satu sama lain.

Budaya Afrika, yang kaya akan musik, tarian, dan seni, juga semakin populer di kalangan pemuda Indonesia. Acara-acara budaya seperti festival musik dan pertunjukan tari Afrika sering diadakan di Indonesia, memperkenalkan keanekaragaman budaya benua tersebut kepada masyarakat Indonesia.

Banyak pemuda Indonesia yang mulai tertarik untuk menjelajahi Afrika, baik sebagai turis maupun pengusaha. Mereka terinspirasi oleh cerita perjalanan dan pengalaman pribadi dari sesama pemuda yang telah mengunjungi benua tersebut. Dengan demikian, media sosial telah menjadi alat penting dalam membuka pandangan dan memperluas wawasan tentang Afrika di kalangan pemuda Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun