Mohon tunggu...
Haqqi Hidayatullah
Haqqi Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Ilmu Komunikasi UGM

Mencoba menebarkan kebaikan melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Melampaui Kata-Kata, Mendalami Drama Manusia dengan Kenneth Burke

14 April 2024   20:51 Diperbarui: 14 April 2024   20:55 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam perjalanan memahami retorika, kita dihadapkan pada sebuah panggung dramatis yang digagas oleh Kenneth Burke. Dengan kalimat ikoniknya, "Wherever there is persuasion, there is rhetoric, and wherever there is rhetoric, there is meaning," Burke membawa kita ke dalam dunia dramatisme, sebuah konsep yang melihat kehidupan manusia sebagai sebuah drama yang kaya akan makna.

Melihat Manusia sebagai Pemain Drama
Pendekatan dramatisme yang dikemukakan oleh Kenneth Burke membawa kita pada perjalanan intelektual yang mendalam dalam memahami sifat manusia. Bagi Burke, manusia bukan sekadar makhluk biologis, tetapi juga "animal-simbolicum" yang secara inheren menggunakan simbol dalam segala aspek kehidupannya. Pandangan ini menempatkan bahasa dan simbol sebagai pusat eksistensi manusia, bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai konstruksi utama yang membentuk makna dan pemahaman manusia tentang dunia di sekitarnya. Dalam kerangka dramatisme, bahasa bukan sekadar sarana untuk menyampaikan pesan, tetapi juga merupakan sarana utama untuk membentuk identitas, budaya, dan persepsi manusia terhadap realitasnya.

Pemahaman akan kemampuan manusia untuk membuat pilihan juga menjadi salah satu aspek penting dalam pemikiran dramatisme. Burke menekankan bahwa pilihan manusia tidak hanya bersifat mekanis atau biologis, tetapi juga berfungsi sebagai fondasi utama dalam membentuk tindakan dan narasi hidupnya. Dengan kemampuan untuk memilih, manusia tidak hanya berperan sebagai pemain dalam drama kehidupan, tetapi juga sebagai penulis dan sutradara dari narasi yang membentuk eksistensinya. Ini mengimplikasikan bahwa setiap tindakan manusia, setiap kata yang diucapkan, dan setiap simbol yang digunakan merupakan bagian dari narasi yang lebih besar yang membentuk pemahaman dan identitas individu serta masyarakat.

Dengan demikian, pemahaman akan sifat manusia dalam kerangka dramatisme Burke tidak terlepas dari pemahaman akan kompleksitas penggunaan simbol, bahasa, dan pilihan. Manusia tidak hanya didefinisikan oleh sifat biologisnya, tetapi juga oleh kemampuannya untuk menggunakan simbol untuk memberi makna pada dunia di sekitarnya dan untuk membuat pilihan yang membentuk jalan hidupnya. Dengan demikian, dramatisme bukan hanya menjadi alat untuk menganalisis retorika dan interaksi manusia, tetapi juga menjadi cara untuk lebih dalam memahami esensi dan kompleksitas manusia sebagai makhluk simbolik.

Pentad Dramatisme: Lima Elemen Kunci

Dalam upaya memahami setiap tindakan yang dilakukan manusia, Kenneth Burke menghadirkan sebuah konsep yang disebut pentad. Pentad ini terdiri dari lima elemen penting yang membentuk kerangka analisis yang komprehensif. Elemen pertama adalah act, yang merujuk pada apa yang sebenarnya dilakukan oleh individu tersebut. Kemudian, ada agent, yang merupakan orang atau entitas yang melakukan tindakan tersebut. Agency, atau cara yang digunakan untuk melakukan tindakan, adalah elemen ketiga dari pentad. Selanjutnya, scene merujuk pada konteks atau lingkungan di mana tindakan tersebut terjadi. Terakhir, purpose adalah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan dari tindakan tersebut.

Menurut pandangan Burke, setiap tindakan manusia melibatkan interaksi yang kompleks antara kelima elemen ini. Pentad tidak hanya menyoroti apa yang terjadi, tetapi juga menggali makna di balik setiap tindakan tersebut. Dengan memahami bagaimana lima aspek ini saling berinteraksi, kita dapat membentuk sebuah narasi yang lebih dalam dan lebih kaya tentang kehidupan manusia dan hubungannya dengan dunia di sekitarnya.

Melalui penggunaan pentad, Burke mengajak kita untuk melihat jauh melampaui tindakan-tindakan fisik yang tampak di permukaan. Dia menekankan pentingnya memahami konteks sosial, budaya, dan psikologis di balik setiap tindakan manusia. Dengan demikian, analisis pentad memberikan alat yang kuat untuk menggali lapisan-lapisan makna yang mungkin tersembunyi di dalam tindakan-tindakan sehari-hari kita. Dengan demikian, kita dapat lebih mendalam memahami kompleksitas manusia dan dunia di sekitarnya melalui lensa yang disediakan oleh konsep pentad ini.


Analisis Situasi Retoris: Membedah Konteks, Pembicara, Audien, dan Tujuan
Dalam mendalami retorika, Kenneth Burke menyoroti betapa pentingnya memperhatikan konteks di mana pesan disampaikan. Menurutnya, retorika tidak bisa dipahami secara menyeluruh tanpa mempertimbangkan lingkungan sosial, budaya, dan historis di mana komunikasi terjadi. Burke menggarisbawahi peran kunci dari tiga elemen utama dalam analisis situasi retoris: pembicara, audien, dan tujuan.

Pertama-tama, Burke menyoroti peran pembicara atau penulis dalam menghasilkan pesan. Pembicara bukan hanya sekadar pengirim pesan, tetapi juga pencipta dan pengarah dari narasi yang ingin disampaikan. Pengetahuan tentang latar belakang, nilai-nilai, dan motif dari pembicara dapat membantu dalam memahami maksud dan implikasi dari pesan yang disampaikan.
Kemudian, Burke menekankan pentingnya memperhatikan audien, atau penerima pesan. Audien tidak hanya berfungsi sebagai penerima pasif, tetapi juga sebagai pihak yang berpotensi dipengaruhi oleh pesan yang disampaikan. Memahami karakteristik, keyakinan, dan kepentingan audien menjadi kunci dalam merancang pesan yang efektif dan persuasif.

Terakhir, Burke menggarisbawahi pentingnya menetapkan tujuan dalam komunikasi. Setiap pesan memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh pembicara. Tanpa pemahaman yang jelas tentang tujuan tersebut, pesan mungkin kehilangan fokus dan efektivitasnya dalam mempengaruhi audien.

Dengan memperhitungkan pembicara, audien, dan tujuan dalam analisis situasi retoris, kita dapat lebih memahami bagaimana persuasi bekerja dalam komunikasi manusia. Kesadaran akan konteks dan dinamika hubungan antara ketiga elemen ini membantu kita untuk melihat lebih dalam dari sekadar kata-kata yang diucapkan dan untuk memahami kompleksitas dari pesan yang disampaikan. Dengan demikian, analisis situasi retoris menawarkan alat yang berharga untuk merespons secara lebih tepat dan kritis terhadap pesan-pesan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Menemukan Makna dalam Drama Manusia
Konsep dramatisme yang diperkenalkan oleh Kenneth Burke, kita membuka pintu ke dalam dunia retorika yang kaya akan makna dan kompleksitas. Melalui lensa dramatisme, retorika tidak lagi hanya dipandang sebagai alat untuk mempengaruhi, tetapi juga dipahami sebagai sebuah drama manusia yang menggugah pemikiran dan perasaan. Pentingnya memperhatikan pentad dramatisme, yang terdiri dari lima elemen penting dalam analisis tindakan manusia, menjadi kunci dalam menggali lapisan-lapisan makna dalam setiap tindakan retoris.

Tidak hanya itu, pemahaman akan strategi retorika yang digunakan dalam komunikasi manusia juga memberikan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana pesan-pesan disampaikan dan diterima. Dengan memperhatikan teknik identifikasi dan pembagian, kita dapat memahami bagaimana pembicara menggunakan kesamaan atau perbedaan untuk mempengaruhi pandangan dan perilaku audien.

Selain itu, analisis situasi retoris menjadi penting dalam memahami konteks di mana pesan disampaikan. Dengan mempertimbangkan pembicara, audien, dan tujuan komunikasi, kita dapat lebih memahami dinamika dan motivasi di balik setiap pesan. Ini membantu kita untuk melihat lebih dari sekadar kata-kata yang diucapkan, tetapi juga makna dan implikasi yang terkandung di dalamnya.

Sebagai penutup, pesan yang diingatkan oleh Burke tentang pandangan positif atau negatif yang bergantung pada sudut pandang kita memberikan refleksi yang dalam dalam memahami retorika dan makna dalam kehidupan manusia. Dalam dunia yang penuh dengan kompleksitas dan keragaman, pemahaman akan retorika menjadi kunci untuk membuka pintu ke dalam pemahaman yang lebih dalam tentang diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita. Dengan memahami retorika sebagai sebuah drama manusia yang kaya akan makna, kita dapat merespons dengan lebih bijaksana dan kritis terhadap pesan-pesan yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun