Dunia ini fana.
Segalanya menjadi berbicara.
Ketika memori berputar layaknya sebuah roda.
Ada keindahan di sana.
Pun juga lara.
Namun akhirnya meretas dalam sukacita.
Berpadu lewat rasa tanpa pernah mengalami jumawa.Â
Merintis langkah lewati gumpalan awan bernama asa, layaknya laguna yang dipayungi cakrawala senja.Â
Berangsur jingga.
Dunia ini fana.
Dan saat semua kembali dalam tiada, hanya harap yang mendambakan mampu kembali bersama.Â
Lewat semburat kata-kata yang didampingi doa.Â
Ciptakan daya yang menghidupkan makna.
Dalam dimensi yang tak mengenal kala.
Dunia ini fana.
Begitu pun aku dan dirinya.Â
Bukanlah siapa-siapa.Â
Kami hanya mengada.Â
Menjalankan peran yang ditetapkan pemilik semesta.Â
Tentukan arah agar kebersamaan selalu terjaga dalam restu-Nya.Â
Selagi masih bernyawa.
Dunia ini fana.
Yang nyata, (mungkin) hanya cinta.
***
Hanifa Paramitha (2012)