Mohon tunggu...
Hanifa Paramitha Siswanti
Hanifa Paramitha Siswanti Mohon Tunggu... Penulis - STORYTELLER

Penikmat kopi pekat ----- MC, TV Host, VO Talent ----- Instagram: @hpsiswanti ----- Podcast Celoteh Ambu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Firasat dari Asap Pekat

9 Juni 2020   19:00 Diperbarui: 9 Juni 2020   19:06 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah arti mimpi? Benarkah mimpi selalu menjadi pertanda? Bagaimana jika mimpi yang sama kerap hadir setiap malam? Akankah sesuatu terjadi? Terhitung sudah tiga kali bayangan itu muncul dalam mimpi Tami. Sebuah bayangan kabur yang kemudian mewujud menjadi gumpalan asap pekat.

Dalam mimpinya di malam yang pertama, Tami melihat segerombol makhluk terbang mendekati  kamarnya. Tampak entitas tipis namun kuat yang menempel dan mengalun lembut di kedua lengan makhluk tersebut. Sepasang sepatu boots terpasang kuat di  kedua kakinya.

Pemandangan yang lebih janggal adalah ukuran muka para makluk yang bulat besar hampir  menutupi setengah tubuhnya. Tampilan mata berkilat berwarna merah bersemu hitam itu juga sungguh menegangkan. Tampak tombak di tangan kanan dan tabung silinder di tangan kirinya. Mereka saling berkomat-kamit seperti merapal sesuatu.

Tami tegang bukan kepalang. Ia seperti bukan bermimpi. Sensasi ini tampak begitu nyata. Namun anehnya ia tak bisa menggerakkan anggota badannya satu pun. Seperti terjebak dalam perangkap tak kasat mata. Tami memejamkan mata erat dan berharap sekumpulan entitas tak diundang itu segera hilang dari pandangan.

Ia menghitung sampai sepuluh. Perlahan dibukanya mata. Ajaib. Makhluk mengerikan itu mendadak tak ada. Namun malah muncul pemdangan lain: asap menggumpal dari bawah tempat tidurnya.

***

"Semalam mimpiku seperti itu,  Bunda. Aku  takut," ucap Tami menceritakan mimpinya tadi malam kepada Bunda.

"Mimpi itu bunga tidur, Sayang. Jangan lupa berdoa. Sekarang habiskan dulu sarapanmu ya. Nanti keburu dingin," jawab Bunda halus.

Malam hari pun tiba lagi. Sebelum tidur, Tami menuruti perintah Bunda untuk berdoa.

"Mungkin semalam aku ketiduran, sehingga  lupa berdoa. Semoga mimpi kemarin nggak terulang  lagi," katanya dalam  hati.

Tak butuh waktu lama untuk Tami terlelap. Mimpi itu rupanya hadir lagi. Kali ini tak ada serombongan makhluk terbang yang muncul, tetapi kabut asap. Muncul dari bawah tempat tidurnya, asap itu bergerak perlahan memenuhi seluruh ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun