Jawa merupakan salah satu pulau besar di Indonesia sekaligus menjadi pulau paling padat penduduk. Hampir keseluruhan daerah di Pulau Jawa menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya, dulu.
Sekarang ini, banyak ditemui bahkan di daerah dengan sistem keraton, masyarakat menggunakan lebih senang menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Tentu hal itu tidak salah. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia yang memang sudah sepatutnya dikenal dan dimengerti masyarakat Indonesia, begitupun ketika berbicara menggunakan bahasa Inggris. Itu artinya kemampuan diri berkembang dan mempunyai bekal untuk semakin maju karena memahami bahasa internasional.
Namun, sangat disayangkan apabila orang-orang memiliki kemampuan atau ilmu baru malah melupakan atau meninggalkan budaya daerah yang telah hidup berdampingan dengan kita. Sekarang ini banyak orang, khususnya para remaja menggunakan bahasa campuran. Bahasa Indonesia dan Inggris secara bersamaan. Namun ketika pada kesempatan yang mendorongnya untuk menggunakan bahasa Jawa, banyak juga yang merasa aneh. Tidak keren, tidak mengikuti tren, atau sulit mengucapkan katanya.
Padahal, budaya lokal juga dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman, selagi tidak meninggalkan ciri khas dari budaya aslinya (Nahak, 2019: 71).
Faktor penyebab masyarakat mulai enggan menggunakan bahasa Jawa bisa saja disebabkan karena dari awal seseorang tidak pernah dibekali dan dilatih untuk berbicara menggunakan bahasa Jawa. Itulah mengapa kita tidak serta merta bisa melempar kesalahan kepada mereka yang tidak bisa berbicara bahasa Jawa.
Kurangnya pembelajaran budaya merupakan salah satu sebab dari memudarnya budaya lokal bagi generasi muda. Oleh karena itu, pembelajaran tentang budaya harus ditanamkan sejak dini (Nahak, 2019: 71).
Mungkin juga, alasan seseorang enggan menggunakan bahasa Jawa karena sulit untuk mempelajarinya dan dinilai tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Tingkatan dalam bahasa Jawa dimulai dari yang paling dasar adalah ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama inggil. Tingkatan dari bahasa Jawa tersebut harus disesuaikan dengan siapa kita berbicara, dan tidak semua masyarakat Jawa bahkan memahami tingkatan tersebut.
Hal yang sudah disebutkan di atas secara nyata menjadi tantangan bagi Wikipedia Jawa di tengah masifnya perkembangan budaya populer di masyarakat era dewasa ini. Hal yang menjadi dasar permasalahannya adalah orang-orang lebih gemar menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Masalah tersebut bisa saja membuat Wikipedia Jawa tidak begitu diminati karena dari segi bahasa, banyak orang yang kemudian enggan karena tidak akan mengerti dengan topi kapa yang diangkat jika tidak memahami bahasanya.
Walaupun begitu, hal lain-lain yang menjadi tantangan tersebut tidak menyurutkan semangat Wikipedia Jawa untuk terus melestarikan kebudayaan Jawa. Sebab, selain secara konsisten menggunakan bahasa Jawa, mereka juga terus membuat artikel-artikel mengenai kebudayaan Jawa lainnya.
Wikipedia Jawa juga memiliki komunitas yang sekarang ini memiliki lebih dari 47 ribu anggota. Walaupun memiliki anggota dari berbagai latar belakang kebudayaan yang berbeda, mereka konsisten menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil dalam berkomunikasi. Wikipedia Jawa memanfaatkan tiga media sosial untuk menyebarkan artikel, yaitu: Facebook, Instagram, dan Twitter.