Dunia ini sungguh melelahkan dengan segala pertikaian pengikut garis keras antara maskulinitas dan feminitas. Ketegangan antara keduanya seakan tidak lebur walaupun berada di Antartika. Yang satu mengatakan bahwa, perempuan lebih baik di dapur dan tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi serta bersolek. Sedangkan satunya lagi, bersikeras bahwa walaupun menjalin rumah tangga, tidak seharusnya istri memasak untuk suami. Melelahkan!
Hal yang paling menyebalkan adalah bagaimana para lelaki selalu pusing mengomentari kaum perempuan yang bersolek. Lucu, karena dengan bersolek ataupun tidak, laki-laki tidak dirugikan. Sebab dalam perspektif kebanyakan laki-laki masih saja didominasi dengan pandangan bahwa lelaki sejati adalah lelaki yang 'macho'.
Lelaki sejati tidak seharusnya menggunakan barang yang identik dengan perempuan, apalagi make-up. Padahal, sebenarnya make-up tidak mengenal gender, siapapun berhak menggunakannya, bahkan ketika itu adalah seorang laki-laki.
Saya menghabiskan waktu untuk mewajarkan 'laki-laki tidak boleh bersolek' semasa sekolah menengah atas. Hingga akhirnya, ketika memasuki perguruan tinggi sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, semua anggapan saya tentang ketabuan laki-laki mengenakan make-up terpatahkan.Â
Saya mempunyai seorang teman lelaki yang cukup luwes. Perawakannya tampan dan berteman dengannya sangat asyik. Dia adalah orang yang tidak segan mengakui jika dirinya memakai foundation dan blush-on. Terlebih lagi dia juga memakai pewarna bibir. Meskipun demikian dia tidak malu untuk mengakuinya. Itulah yang menjadikan dirinya terlihat sangat keren.
Berangkat dari situ, saya menyadari bahwa sebetulnya ada lelaki yang ingin mengenakan make-up tanpa dipandang sebelah mata atau dijuluki 'lelaki ngondek'. Hal itu bisa saja disebabkan oleh pembentukan citra oleh setiap brand make-up dengan selalu menggunakan model perempuan. Sehingga, secara tidak langsung brand make-up tersebut membangun perspektif dalam masyarakat bahwa make-up diptakan untuk perempuan.
Namun, baru-baru ini saya dikejutkan ketika berselancar di linimasa media sosial Instagram. Melalui media sosial Instagram, akun resmi brand make-up lokal asli Indonesia, Dear Me Beauty, mengunggah sebuah foto lelaki paruh baya dengan banyak kerutan di wajah namun menjadi terlihat lebih baik kulitnya karena menggunakan foundation.
Hal itu sontak membuat warga Indonesia terkejut, pun saya. Ini baru pertama kalinya saya melihat sebuahbrand make-up mempromosikan produknya dengan menggunakan model laki-laki. Hal yang mengembirakan.
Langkah yang diambil oleh Dear Me Beauty Indonesia sangatlah luar biasa. Mereka melakukan pekerjaan ibarat sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Mengapa begitu?
Dari segi ekonomi politik, Dear Me Beauty Indonesia jelas tidak hanya menyampaikan kampanye mengenai kesetaraan bahwa laki-laki bisa juga menggunakan make-up. Namun juga, memperluas target pemasaran mereka. Laki-laki yang sebelumnya sudah menggunakan make-up akan semakin tertarik dengan brand yang menjunjung kesetaraan dan yang belum mengenal akan tertarik menggunakannya.