Mohon tunggu...
Agustina Mega
Agustina Mega Mohon Tunggu... Lainnya - Available

Hi! I'm currently living in Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kajian Kultural Komunikasi: Langkah Awal Memahami Perbedaan Budaya

23 Februari 2021   18:10 Diperbarui: 23 Februari 2021   18:15 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Sabang sampai Merauke membentang pulau-pulau yang yang di dalamnya terdapat kebudayaan yang dianut oleh setiap masyarakat yang tinggal di sana. Begitu banyak kebudayaan yang ada di Indonesia, baik yang sudah ataupun yang belum kita jumpai.

Bagaimana dengan jumlah kalkulasi seluruh kebudayaan yang ada di dunia tidak berujung ini. Saya tidak bisa membayangkan, jumlah kebudayaan yang sangat-amat banyak. 

Sayang sekali, semua itu pasti akan membuat kita pusing. Namun, di saat yang sama akan membuat kita terkesima karena dari jumlah kebudayaan yang fantatis itu, semua memiliki nilai, sejarah, arti, manfaat, tujuan, dan ciri khas yang berbeda-beda.

Hal itu membuat jumlah perbedaan budaya yang ada sama seperti pasir di pantai.

Permasalahan akan muncul sebagai akibat dari perbedaan yang saling bersinggungan tidak ditanggapi dengan bijaksana. Kemudian berbagai bentuk upaya dilakukan untuk menyelaraskan perbedaan. 

Mayoritas akan mengintimidasi minoritas. Praktik hegemoni dikembangkan atas nama keseragaman. Adalah hal yang mengerikan apabila suatu kebudayaan harus dimakamkan demi keberlangsungan hidup kebudayaan yang lainnya.

Kajian Budaya sebagai Dasar Pemahaman

Berangkat dari berbagai penindasan, pemusnahan, dan hegemoni atas suatu budaya, kajian budaya (cultural studies) lahir untuk memerangi hegemoni. 

Kajian budaya tidak menuntut keselarasan, namun membangun pemahaman bahwa setiap individu layak mendapatkan hormat dan kesetaraan dengan keunikan atau budaya yang dimiliki. Sebab,

dalam perspektif cultural studies, setiap budaya bagaimanapun adalah sumber keaneragaman hayati-aset dunia yang sangat berharga, dan harus dihormati (Astuti, 2003).

Lahir di tengah-tengah semangat Neo-Marxisme, kajian budaya layaknya guide, memberikan kita arah membangun pemahaman bahwa tidak ada yang salah dari setiap budaya yang ada di dunia. 

Setiap orang berhak dan harus dihormati atas setiap keunikan budaya yang dimilikinya.  Agar kemudian tidak terjadi dominasi atau hegemoni atas suatu budaya.

Memangnya budaya itu terdiri atas apa saja, sih?

Menurut E. B. Taylor (dalam Astuti, 2003), budaya dalah keseluruhan yang kompleks, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Nah! Pemahaman yang dibentuk dari kajian budaya bahwasannya, walaupun terdapat budaya yang berbeda-beda dalam jumlah yang sangat banyak, hal itu tidak akan membuat munculnya praktik kekuasaan atau hegemoni suatu kelompok atas kelompok yang lain.

Kajian Budaya dan Kaitannya dengan Komunikasi

Budaya muncul dari hasil interaksi yang dibangun oleh setiap individu kepada individu lainnya, pun dalam sebuah kelompok budaya tidak mungkin anggotanya berinteraksi tanpa berkomunikasi. 

Tanpa komunikasi, interaksi tidak akan terjadi, dan kebudayaan tidak akan muncul. Kendati menjadi komponen penting dalam sebuah budaya, tidak semua interaksi atau tindakan yang dilakukan oleh manusia dapat dikategorikan sebagai komunikasi.

Bagi Habermas (dalam Astuti, 2003), manusia merupakan bagian dari komunitas linguistic intersubjektif, maka fakta bahwa kita semua adalah pengguna bahasa bermakna, secara komunikatif kita mampu mencapai pemahaman satu sama lain. Tanpa makna dan tanpa bahasa tidak akan tercipta komitmen atas nilai suatu budaya.

Itulah mengapa komunikasi memiliki keterkaitan yang erat dengan kajian budaya. Sebab, sebagai suatu praktik budaya, komunikasi berlangsung dalam sebuah medan budaya yang menjadi pertemuan setiap gagasan-gagasan serta kode-kode makna. 

Proses pertemuan dan pertukaran gagasan ataupun kode tidak akan berhenti selagi budaya tersebut masih ada. Jika tidak ada dialektika, tentu saja kebudayaan tersebut telah menemukan ajalnya. Yang tertinggal hanyalah catatan sejarah.

Membantu Kita Melihat Keindahan

Perbedaan budaya memang sedikit banyak memberikan banyak hambatan dalam banyak hal. Namun, apabila kita dapat melihat perbedaan budaya yang ada dengan sikap bijaksana, niscaya kita akan mendapatkan sesuatu yang berharga. Ya, sesuatu yang berharga itu adalah 'hal baru'.

Memahami budaya lain bukan pekerjaan yang mudah, apalagi jika bertentangan dengan ideologi. Ketika kita menghormati suatu budaya yang baru kita jumpai, kita akan mendapatkan segala sesuatu yang baru, yaitu: pengalaman, pengetahuan, pemahaman, perspektif, nilai hidup, bahkan hingga relasi baru.

Hanya orang yang menjalani hidup membosankan yang menilai bahwa perbedaan budaya tidak seharusnya ada dan budaya yang mereka anut lebih baik dari budaya lainnya. Kenyataannya perbedaan budaya memberikan keindahan dalam dinamika kehidupan setiap orang. 

Setiap harinya kita dapat belajar hal baru yang sebelumnya bahkan belum pernah kita jumpai. Keunikan masing-masing budaya membuat dunia menjadi indah dan penuh warna.

Menghormati dan Menghargai Sesama

Karena telah belajar dan memahami bahwa tidak ada satupun kebudayaan yang salah ataupun buruk, maka timbulah rasa menghormati dan menghargai perbedaan. Kita tidak akan melihat perbedaan sebagai sebuah 'sampah' yang harus disingkirkan, dikucilkan, dan dijauhi.

Sehingga kita dapat meminimalisir berbagai bentuk penistaan akan sebuah kebudayaan. Kasus seperti pemotongan papan makam dan protes terhadap lambang HUT RI ke 75 tidak akan dilakukan karena mirip dengan salib. Pengusiran biksu dari suatu desa karena beragama Budha atau pengeboman gereja di Surabaya yang menewaskan banyak orang tentu tidak akan terjadi.

Menjadi Open-Minded dan Berwawasan Luas

Ketika kita mampu mengembangkan sikap menghormati dan menghargai sesama, kita akan mampu melihat perbedaan dengan bijaksana. Ketika itu dilakukan maka kita dapat mengambil banyak pelajaran serta ilmu baru dari berbagai sumber yang ada. Kita dapat menyelami berbagai perspektif yang ada di dunia hanya ketika kita mampu menerima perbedaan dan melihat itu sebagai suatu keunikan yang tidak sepatutnya diabaikan karena mengandung banyak nilai penting.

Banyak perspektif baru yang dipelajari membuat kita kaya akan pengetahuan serta pengalaman hidup yang berharga dan bermakna. Perspektif baru membuat kita tidak terpenjara dalam satu pengertian yang bisa saja salah dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan itu, kita dapat tumbuh menjadi pribadi yang berwawasan luas dan berpikiran terbuka.

Sesungguhnya, hanya orang bodoh yang menolak pengetahuan dan hanya orang membosankan yang menolak perbedaan.

Sumber:

Astuti, Santi Indra. (2003). "Cultural Studies" dalam Studi Komunikasi: Suatu Pengantar. Junal Mediator, 4(1): 55-68.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun