"Mati satu tumbuh seribu!!!"
Mungkin itu adalah teriakan pilu para mahasiswa yang sedang 'gegana' (gelisah galau merana) di kamar indekosnya akhir-akhir ini. Sebagai seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan, maka ada berbagai tanggung jawab yang harus dipenuhi. Salah satunya, adalah dengan mengerjakan dan mengumpulkan tugas sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan.
Tugas masing-masing mahasiswa pasti akan berbeda menyesuaikan siapa dosen yang mengampu, kelas, dan prodi. Misalnya dalam kurun waktu satu minggu, lima harinya adalah waktu untuk kuliah dengan dosen yang berbeda-beda di setiap harinya. Tiba waktunya mahasiswa akan merasa mencari waktu istirahat seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Susahnya setengah mati! Kalau saja mata jeli, boleh saja jarum itu segera diketemukan, namun apabila tidak teliti dan tidak pasti, bisa-bisa jari tangan hanya akan jadi tumbal karena tertusuk jarum.
Apalagi di tengah situasi dan kondisi karena pandemi Covid-19 ini. Kegiatan perkuliahan dilakukan secara daring. Jika ditilik lebih dalam, perkuliahan daring sedikit banyak memberikan dampak positif bagi kehidupan mahasiswa. Bisa dilakukan di rumah, tidak perlu bangun satu atau dua jam sebelumnya untuk bersiap-siap sebab hanya dengan cuci muka saja cukup, tidak pusing harus memakai baju apa, dan lain-lain. Hal itu tidak serta-merta meninggalkan dampak negatif. Nyatanya, ada hal yang cukup krusial bagi mahasiswa. Godaan rebahan!
Bisa dibilang, godaan rebahan ini lebih jahanam daripada hantu toilet di kampus. Deadline pengumpulan tugas jelas sudah melambai-lambai di pelupuk mata. Namun, lagi-lagi rasa malas datang kembali menyerang. Kemalasan ini seperti menjadi konflik tak berkesudahan bagi kebanyakan mahasiswa. Lalu, apasih yang dimaksud dengan konflik dan bagaimana cara mengatasinya?
Menurut Stella Ting-Toomey (2003) konflik adalah ketidaksesuaian yang dirasakan dan/atau aktual dari nilai, harapan, proses, atau hasil antara dua atau lebih pihak dari budaya yang berbeda atas masalah substantif dan/atau relasional (Baldwin et al., 2014, p. 281)
Terdapat lima untuk mengatasi atau memanajemen konflik, yaitu dengan menghindari, mengakomodasi, bersaing, pendekatan kolaboratif, dan kompromi. Bagi seorang mahasiswa yang kadar kemalasannya sudah mencampai level tinggi, baiknya melakukan kompromi dengan rasa malas itu. Untuk melawan kemalasan, ada banyak cara menyenangkan dan mudah dilakukan.
Berikut ini adalah lima cara melawan rasa malas dengan cara unik serta menyenangkan yang jarang ditemui di artikel-artikel lainnya:
- Buat Jadwal dan Tempel di Dinding
Jika tugas kuliah kamu mati satu tumbuh seribu, maka buatlah jadwal pengumpulan dengan tulisan tangan dan menggunakan spidol berwarna biru. Menulisnya sendiri membuat kamu akan mudah mengingat. Kamu akan mondar-mandir di kamar dan melihat pengingat kapan tugasmu harus dikumpulkan. Warna biru dinilai menjadi warna yang memiliki tempat cukup lama dalam lembar ingatan kita, maka tulislah dengan warna biru supaya kamu senantiasa mengingat bahwa ada tanggung jawab yang harus dikerjakan. - Nyemil
Jangan takut gendut! Nyemil saat mengerjakan tugas, membantu kamu untuk tidak merasa sepi dan jenuh dengan apa yang sedang kamu kerjakan. Pilihlah makanan ringan yang kamu sukai. Namun, perlu diperhatikan juga untuk tidak memakannya secara berlebihan agar kamu tidak mengantuk karena kekenyangan. - Jeda Waktu
Saat kamu mengerjakan tugas, jangan menuntut dirimu sendiri untuk bisa menyelesaikannya langsung detik itu juga. Baiknya, kamu tetap mengambil waktu jeda untuk beristirahat, makan, bermain ponsel, atau merenggangkan otot-otot yang kaku karena duduk dalam waktu yang lama. Menuntut dirimu untuk segera menyelesaikannya tanpa beristirahat, hanya akan menjadikan tugas sebagai beban berat. Enjoy. - Duduk di Teras
Selain memberi jeda waktu, penting untuk kita tetap mendapatkan udara yang segar agar pikiran menjadi lebih tenang. Hanya terkungkung di dalam kamar akan membuat kamu merasa penat, jenuh, dan terperangkap. Saat mencapai titik jenuh dalam mengerjakan tugas, segera duduk di teras rumah atau teras indekos. Masa pandemi ini hindari berpergian terlalu jauh, maka dari itu bisa diatasi dengan duduk di teras untuk mendapatkan udara yang segar. Nantinya, hal itu akan membantu kamu untuk mendapatkan ide-ide untuk menyelesaikan tugasmu. - Tidur
Siapa bilang cara terakhir ini menyesatkan? Justru dengan tidur yang cukup akan membuat tubuh dan pikiran kamu menjadi segar. Mata juga tidak terasa lengket karena kurang tidur. Tidak ada salahnya memberi waktu istirahat yang cukup untuk dirimu sendiri. Rasa malas hanya akan bertambah parah ketika kamu kurang tidur. Efeknya juga tidak baik jika tubuh dibiarkan lama-lama bekerja tanpa waktu istirahat yang cukup. Jangan sampai kamu sakit. Hal itu hanya akan menyebabkan tugasmu terbelangkalai. Maka dari itu, ambil waktumu untuk tidur, kalau kamu merasa punya banyak hutang waktu tidur kepada tubuhmu, segera lunasi.
Sekarang, setidaknya kamu sudah mengantongi lima cara yang bisa kamu praktekan secara langsung ketika kamu dilanda rasa malas saat mengerjakan tugas kuliah.Â
Tidak ada yang salah dari rasa malas, semua normal terjadi dalam pribadi setiap orang. Menjadi kesalahan ketika rasa malas itu mengalahkan kita dari tugas kita untuk melakukan tanggung jawab sebagai seorang mahasiswa. Jangan pula memberikan tekanan terhadap dirimu sendiri, hal itu hanya akan membuat beban yang sudah menumpuk kian menjadi gunung.
Daftar Pustaka
Baldwin, John R., et al. (2014). Intercultural Communication for Everyday Life. UK: John Wiley & Sons Ltd.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H