Mohon tunggu...
Hotmian Simalango
Hotmian Simalango Mohon Tunggu... Guru - I am His

Saya suka mendengarkan lagu Taylor Swift, menonton film romantis dan membaca comic romance

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Ruang

30 Oktober 2017   03:23 Diperbarui: 30 Oktober 2017   04:04 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kehadiran dia adalah kebetulan yang cukup manis, ya cukup manis hingga buatku menikmati ruang itu. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya ada seseorang yang mengisi ruang kosong itu, agak berdebu memang tapi itu ruang baru. Tidak terhitung berapa perbaikan yang sudah kulakukan namun tetap saja sebelum hadirnya ruang itu masih kosong. Sekarang dia masuk dan menata ruang itu, ada beberapa benda yang dia keluarkan dan tambahkan, ruang itu jadi semakin ramai tapi manis. Aku suka keseluruhannya karena tetap saja ruang itu jadi jauh lebih manis ketika dia hadir.

Aku teringat masa silam kala ruang itu masih kosong, tak terhitung banyaknya waktu, tenaga, dan perhatian yang kuhabiskan untuk memperbaiki ruang itu. Aku harus membersihkan debunya, memperbaiki pintunya, mengganti cat dindingnya dan lebih banyak hal lainnya yang membuatku jadi capek sendiri. Kadang pikiran jahat muncul untuk membiarkan tempat itu apa adanya, karena tohitu akan tetap jadi ruang kosong. Dan benar saja, penantian itu akhirnya berbuah sangat manis, dia masuk dan kemudian tinggal. Dia menjadi penguni pertama untuk ruangku itu. Ya, aku menamai ruang itu "Kakak Peyempuanku."

Kali pertama dia singgah, aku belum menunjukkan ruang itu bahkan menutup pintu ruang itu rapat sekali. Aku masih ingat dengan jelas, aku berulang kali meninggalkan dia berkeliling sendirian. Aku sibuk sendiri memastikan bahwa pintu ruang itu benar sudah kututup rapat, aku takut kalau pintu itu tak sengaja terbuka oleh angin dan memungkinkan dia untuk menilik ke Dalam Ruang itu. 

Saat itu, dia masih asing bagiku bahkan aku belum percaya padanya, benarkan dia itu asing. Kemudian dia datang untuk kesekian kalinya, aku sengaja membuka setengah pintu ruang itu berharap dia akan masuk. Benar saja, dia membaca tanda itu dengan baik. Aku menuntunnya masuk dan melihat jauh ke Dalam Ruang itu. Dia sepertinya tertarik pada ruang itu tapi aku ragu dia akan mau tinggal. Dalam beberapa kesempatan, aku juga diliputi dilema; Apakah orang asing ini adalah orang yang tepat?

Aku lupa menghitung seberapa sering kami menghabiskan waktu di Ruang itu. Ruang itu jadi saksi bisu dari kegiatan ngobrolyang biasa kami lakukan. Aku kemudian terbiasa menceritakan segalanya; mulai dari pria -- pria yang mendebarkan hatiku, wanita -- wanita yang tidak kusukai, hari -- hari buruk yang terjadi, hari -- hari baik yang terlewat, kenangan masa lalu, tujuan masa depan dan banyak hal lainnya. Dia jadi orang pertama mendengarkan segalanya, dan kemudian jadi orang kedua, ketiga dan seterusnya, dia akan kembali mendengarkan cerita yang sebenarnya sama dan sudah diulang olehku. 

Aku tidak perlu malu ataupun takut (lagi) untuk berbagi cerita ini itu, karena aku percaya aku meletakkan kepercayaan pada orang yang tepat. Aku tidak pernah resah lagi, ya aku punya dia yang akan mendengarkan setiap masalahku. Meski kadang dia membuat aku kesal karena (so)k sibuk, kemudian meninggalkan aku sendirian di Ruang itu. Namun tetap saja, dia akan kembali datang ke Ruang itu dan berkata"Eh, sampai dimana kita tadi?" Aku suka kalimat itu karena manis.

Sekarang ruang itu punya kenangan yang cukup manis karena kami sengaja berbagi memory di Dalamnya. Ruang itu bahagia menyaksikan aku yang tidak perlu berjalan sendiri lagi karena seseorang kakak peyempuansedang merangkul tanganku saat ini. Kakakku menggenggamnya cukup erat, takut aku terlepas. 

Genggamannya semakin kuat, jika dia tau aku sudah mulai salah arah. Untuk pertama kalinya, Aku mempercayakan tanganku dituntun oleh seorang yang asing tanpa takut tersesat. Ah, kalaupun kami tersesat, itu akan menjadi perjalanan yang jauh lebih menyenangkan pada akhirnya. Bersamanya aku merasa jauh lebih kuat dan bahagia karena ada seseorang yang dapat mengerti aku dengan baik, dia mengajarkan kebaikan dengan cara yang baik.

Aku bahagia karena mimpi -- mimpi kecil  yang kutulis di Dinding Ruang itu akhirnya terwujud. Pada akhirnya aku akan punya sepatu yang mirip dan pastinya akan terlihat keren jika dikenakan bersama. Aku bahagia karena sekarang aku punya kakak peyempuan untuk berbagi banyak hal. Aku bahagia karena akhirnya akan ada seseorang yang marah karena aku menghabiskan parfumnya ataupun lipstiknya. Aku bahagia karena aku akan lebih bisa sering menghabiskan makananya. Sungguh melegakan ketika dia hadir membawa banyak kebahagian menjadi kakak peyempuan yang selama ini kuridukan. 

Dia sudah cukup lama tinggal di Ruang itu, sampai aku lupa bahwa awalnya dia hanya ingin singgah sebentar. Ruang itu juga sudah mulai takut kehilangan dia, karena memang kami menunggu waktu puluhan tahun hingga ruang itu dapat digunakan layaknya sebuah ruang. Aku dan ruang itu membuat kesepakatan bahwa kami akan selalu membukakan pintu untuk Kakak peyempuan ini. 

Dia memang sedikit istimewa karena dia mengajarkan kami rasa memiliki dan menjadi seorang kakak peyempuanuntuk pertama kalinya. Aku pernah berkata kepada kakak peyempuanku "Kalau Kakak pergi aku jugalah, Aku sendirian nanti." Namun sayang hatinya tidak mendengarkan kata - kata itu dengan baik. Kakak peyempuanku ini tidak mengerti arti dari kata - kata itu. Dia tidak mengerti seberapa besar dia berarti dan dicintai. Itulah yang membuat ruang itu kembali kelabu, segera ruang itu akan kembali tak berpenghuni. Itulah yang membuat aku akhirnya menyadari, aku tidak memiliki ruang dikepunyaanya tapi dia memiliki ruang dikepunyaanku. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun