Mohon tunggu...
Hotman Nainggolan
Hotman Nainggolan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pegiat Marketing Persahabatan,Fasilitator dan Konsultan

Penulis,Pegiat Marketing Persahabatan, Penulis, fasilitator/pengajar dan Konsultan. Penulis buku "Anak Kampoeng dari RoeraBagas" dan "Beyond Marketing Persahabatan". Jangan lupa kunjungi facebook saya"Marketing Persahabatan Society" untuk mendapatkan tips-tips dalam Marketing Persahabatan dengan DNA C2N. Saat ini tinggal di rumah inspirasi "Sopo RoeraBagas"

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengasah Gergaji dalam "Pesan Result Oriented" dari Presiden Joko Widodo kepada Kabinet Indonesia Maju

23 Oktober 2019   11:41 Diperbarui: 23 Oktober 2019   12:11 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pidato Pelantikannya tanggal 20/10/2019 Presiden Joko Widodo menekankan yang utama adalah hasilnya (result) bukan prosesnya . Kutipan Naskah pidato sesuai pengucapan Presiden Joko Widodo di depan Sidang Paripurna MPR RI, Minggu (20/10/2019) petang. Selanjutnya Presiden Jokowi mengatakan bahwa sering terjadi "Kalau ditanya, jawabnya "Programnya sudah terlaksana, Pak."

Tetapi, setelah dicek di lapangan, setelah saya tanya ke rakyat, ternyata masyarakat belum menerima manfaat. Ternyata rakyat belum merasakan hasilnya". Sekali lagi, yang utama itu bukan prosesnya. Yang utama itu adalah hasilnya. Dan cara mengeceknya itu mudah. Lihat saja ketika kita mengirim pesan melalui SMS atau WA. Di situ ada sent, artinya telah terkirim. Ada delivered, artinya telah diterima. Tugas kita itu menjamin delivered, bukan hanya menjamin sent.  Pesan ini kembali ditegaskan oleh Presiden Jokowi saat pengumuman nama-nama anggota Kabinetnya tgl 23/10/19  yang disebut dengan "Kabinet Indonesia Maju", dimana salah satu yang ditugaskan kepada anggota kabinetnya adalah: "untuk selalu berorientasi pada hasil kerja nyata".

Sebenarnya tidak ada yang salah dalam penekanan orientasi kerja dan tujuan yang hendak dicapai antara Kerja dengan Proses Oriented dan Result Oriented. Bahkan menurut saya yang terbaik adalah perpaduan antara proses yang baik dan benar (Process Oriented) dengan Ukuran Hasil yang nyata dan dapat dirasakan manfaatnya (Result Oriented). Idealnya kedua sisi ukuran kinerja tersebut harus dipadukan menjadi sebuah metode ukuran pencapaian kerja yang Process Result Oriented disingkat ProSult Oriented. Artinya key performance indicators (KPI) seharusnya adalah ukuran hasil (result oriented) yang mampu mengukur kinerja berbasis proses (process oriented)

"Proses yang baik akan menghasilkan keluaran yang baik, dalam arti baik secara kualitas dan jumlah output yang optimal" demikian kutipan yang sering kita dengar. Ungkapan khas manajemen seperti ini memang benar adanya karena tidak mungkin ada suatu output yang baik dihasilkan dari proses yang tidak baik. Ada sebuah keyakinan bahwa hasil yang baik tidak akan tercapai jika dalam prosesnya tidak berjalan dengan baik dan hanya setengah hati dalam  mengerjakannya.

Namun dalam praktek organisasi maupun praktek manajemen, terlalu sering orang terjebak dengan salah satu sisi antara process oriented dan result oriented, sehingga mengabaikan sisi yang lainnya. Ketika proses sudah dijalankan dengan baik dan benar namun output yang dihasilkan belum optimal maka menjadi sebuah alasan (excuse) untuk menerima kondisi output yang tidak optimal tersebut, dengan kalimat "yang penting kita sudah melakukan proses yang dengan baik dan benar walaupun hasilnya belum optimal, tidak apa-apa" seakan-akan melepaskan tanggungjawab untuk memberikan hasil yang optimal. Process-oriented bukanlah sangat tidak cocok bagi yang tidak ingin bertanggung jawab terhadap hasil yang telah disepakati sebelumnya.
Demikian sebaliknya, jika kita selalu berorientasi output maka sering terjebak dalam sebuah kondisi dan pola kerja yang nyaman dalam rutinitas sehingga lupa untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses untuk menghasilkan output yang lebih besar lagi. Bahaya ini sering dialami dalam berbagai organisasi perusahaan, jika hanya memperbaiki sisi proses lupa akan output yang optimal yang harus dicapai. Sebaliknya jika hanya focus pada output, perbaikan proses baik dari sisi system maupun teknologinya sering lambat atau bahkan mungkin lupa untuk dilakukan. Akibatnya dalam jangka panjang kinerja organisasi perusahaan akan semakin berkurang dan tanpa disadari akan mundur secara perlahan. Karena selalu focus pada hasil, dimana setiap periode output yang dihasilkan selalu tercapai, maka perusahaan menjadi lupa dalam melakukan innovasi dalam proses. Kejadian ini dalam skala sering disebut dengan jebakan inovasi (innovation trap) dimana arogansi dan rasa percaya diri yang berlebihan terhadap output yang dihasilkan yang dari sisi omzet selalu tercapai menjadikan perusahaan lupa dalam melakukan inovasi terhadap proses dan system yang digunakan untuk menghasilkan output dimaksud, sehingga terjebak dalam innovator dilemma. Result-oriented juga tidak bisa dijadikan excuse untuk memilih proses yang tidak sesuai dengan "norma" dalam upaya mengejar hasil yang diharapkan.

 Sehingga sudah sepatutnya baik sisi proses (process oriented) maupun sisi output (result oriented) kedua-duanya harus dilakukan secara bersamaan. Proses adalah ukuran effort yang telah dilakukan,  result adalah angka-angka statistic yang sifatnya statis, cenderung kepada angka sesaat yang kalau tidak dilakukan pendalaman bisa membawa sesat dalam pengambilan keputusan selanjutnya. Proses Oriented memberikan hasil optimal jangka panjang, sedangkan result oriented cenderung kepada hasil yang diberikan sesaat. Menurut saya Repelita, GBHN adalah salah satu contoh sebuah proses oriented, sedangkan output yang dihasilkan dari pelaksanaan proses yang baik tsb (Repelita,GBHN) dengan parameter ekonomi makro (Inflasi,Pendapatan perkapita,pertumbuhan ekonomi) ketersediaan pangan, angka kemiskinan, tingkat pengangguran dll.

Contoh : Kecukupan Beras/Pangan, proses oriented cenderung memperbaiki irigasi, intensifikasi tanaman, pupuk, pengembangan penelitian bibit tanaman virietas unggulan dll. Jika focus kepada Result dengan kondisi bahwa kecukupan pangan tersedia, bisa saja dilakukan import atau kebijakan jangka pendek yang mengharuskan semua sumber daya pertanian yang dimiliki diarahkan untuk memproduksi padi/beras semata. Kondisi ini biasanya adalah dalam jangka pendek. Sedangkan  proses yang baik akan lebih mempercepat tercapainya hasl yang optimal jangka panjang melalui perbaikan-perbaikan system,cara,teknologi dan sdm.

Ada sebuah anekdot, ketika seorang raja menyuruh 2 orang ajudannya ( katakanlah si A dan si B) untuk menebang pohon sebanyak-banyaknya dimana sang raja memberikan tools berupa gergaji  yang jenisnya sama kepada kedua orang ajudan tsb.  Ajudan si A begitu menerima perintah  dari sang raja langsung bekerja menebang pohon dengan gergaji yang dimiliki. Ajudan B  begitu menrima Gergaji, langkah pertama yang dilakukannya adalah memeriksa gergaji tsb apakah tajam atau tumpul. Begitu gergaji yang diterima ternyata tumpul, dia terlebih dahulu mengasah gergaji tsb sampai tajam baru mulai menebang pohon.

Hasil akhirnya adalah si B akan mampu menebang pohon yang jauh lebih banyak, walaupun dalam waktu awal-awal si A mampu terlebih dahulu menghasilkan/menebang pohon ketika si B yang terlebih dahulu mengasah gergajinya. Dari anekdok tsb sering kita temui dalam kehidupan ini, karena dikejar target hasil (result) yang diberikan atasan kita sampai lupa untuk mengasah gergaji (proses dan kemampuan) kita. Sehingga  pada akhirnya kita kalah dalam memberikan hasil.

Memang proses bukanlah menjadi tujuan akhir tapi disana ada upaya/effort yang harus dilakukan yang membawa dampak signifikan terhadal result, karena sesungguhnya result merupakan tujuan akhir yang harus dicapai yang bisa saja dihasilkan dari proses yang salah (menghalalkan segala cara) yang penting hasil tercapai.

Idealnya adalah kedua indicator  tsb, baik Proses maupun Hasil harus dijalankan seimbang sebagai sebuah tujuan yang harus dicapai bersama. Artinya key performance indicators (KPI) yang menjadi tolok ukur pencapaian kinerja seharusnya adalah output (result oriented) yang juga mampu mengukur kinerja berbasis proses (process oriented) . Keduanya, baik hasil maupun proses sejatinya merupakan sebuah kesatuan yang saling terkait, bukanlah dua paham yang bisa saling dibandingkan apalagi saling terlepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun