Pasangan calon (paslon) independen Dharma Pongrekun-Kun Wardhana menjadi pasangan ketiga di hari terakhir pendaftarkan ke KPU Jakarta, Kamis 29 Agustus 2024. Kedatangan keduanya melengkapi dua paslon yang mendaftar sehari sebelumnya yakni Ridwan-Kamil-Suswano dan Pramono Anung-Rano Karno.
Sepekan sebelum KPU Jakarta membuka pendaftaran pasangan calon, kandidat yang bertarung mulai terungkap. Ridwan Kamil yang didukung 13 parpol resmi mendeklarasikan maju sebagai cagub di pilkada Jakarta 2024 pada 19 Agustus 2024. Nasib Emil panggilan akrab Ridwan Kamil, yang menjadi kader Golkar sejak Januari 2023, di pilkada sempat terombang-ambing sejak pertengahan Juni lalu.
Ke-13 partai pendukung Emil-Suswono adalah adalah PKS (meraup 1,1 juta suara sah atau 19%), Partai Gerindra (10,16%), Partai Nasdem (7,57%), Partai Golkar (10,26%), PKB (6,53% kursi), PAN (7,21% kursi), Partai Demokrat (5,85%), PSI (9,25%i), PPP (2,88%), Perindo (2,23%), dan 3 parpol tanpa kursi yakni Gelora (0,69%, Garuda (0,18% suara), dan PBB (0,21%).
Jika ditotal, Emil mampu mengumpulkan 82,12 %. Berdasarkan utusan Mahkamah Komstitusi No.60 pasal 40 ayat 2 yang menyatakan, provinsi dengan jumlah penduduk yang termuat pada DPT lebih dari 6-12 juta jiwa, partai politik atau gabungan parpol peserta pemilu harus memperoleh suara sah paling sedikit 7,5 persen di provinsi tersebut. Untuk Jakarta, parpol atau gabungan parpol harus mengumpulkan 454.885 suara sah.
Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto malah lebih dulu memberikan rekomendasi  kepada Emil untuk bertarung di Jakarta. Langkah ini untuk memuluskan rencana Gerindra agar kadernya Dedi Mulyadi, eks Ketua DPD Golkar Jawa Barat untuk menang tanpa pesaing berat di pilgub Jabar. Strategi ini juga untuk mengantisipasi head to head dengan petahana yang merasa percaya diri dengan tingkat elektabilitas tinggi.
Sementara Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto malah lebih memprioritaskan Emil bertarung di Jabar. Alasannya popularitas Emil di tanah Priangan sangat tinggi. Ini didukung hasil riset yang menyebutkan tingkat kepuasan warga Jabar terhadap Emil mencapai 80%. Dengan kata lain jika pun diadu dengan Dedi Mulyani, Emil akan meraih kemenangan.
Setelah Emill, kandidat cagub Jakarta berikutnya ternyata anggota Kabinet Indonesia Maju, Pramono Anung yang juga kader PDIP. Partai Banteng dapat mengusung satu pasangan calon karena mampu meraup 941.794 suara (15,65%) . PDIP bisa mengusung pasangan calon sendiri.
Yang menarik, mengapa PDI menugaskan Pramono Anung di Jakarta? Dalam pandangan penulis, Ada empat alasan.
Pertama, Pramono adalah eks Sekjen PDI, empat kali menjadi anggota DPR sejak 1999 dan menjabat Sekretaris Kabinet selama 10 tahun. Artinya pengalaman di pemerintahan cukup panjang dan mumpuni. Sebagai kader partai, Pram tentunya tak akan mbalelo dengan keputusan mau pun arahan partai dan ketua umum.Â
Hal ini akan berbeda jika kandidat yang diusung kader partai lain atau non partai. Kemungkinan besar PDIP akan menjadi batu loncatan bagi kandidat non partai  mendapatkan tiket, dan saat menjabat dia  akan berjalan semaunya tanpa  mau mendengar dan mempertimbangkan saran-saran partai pendukung karena merasa telah dipilih jutaan pemilih.
Penunjukkan duet Pramono dan Rano juga bisa dibaca PDIP percaya diri mengusung kader sendiri tanpa bergantung partai lain. Ini juga menjadi pernyataan lugas bahwa partai banteng tidak gentar menghadapi Koalisi Indonesia Maju yang didukung 12 parpol. Strategi mengusung kader sendiri juga dilakukan PDIP saat bertarung di Pilgub Jawa Tengah (Andika dan Hendrar) dan pilgub Jawa Barat (Jeje-Ronald).
Kedua, pengalaman Pramono di tingkat nasional akan membuat kerjanya sebagai gubernur jika terpilih kelak akan lebih mudah. Sebagai eks anggota DPR, Pram mengenal baik hampir semua pimpinan dan pengurus parpol. Â Adapun Rano Karno sebagai wakil Pram pernah menjadi wagub dan gubernur Banten yang menggantikan Atut Choisiah karena tersangkut kasus korupsi.
Ketiga, melihat Ridwan Kamil sebagai kepala daerah yang berpengalaman di Bandung dan Jawa Barat, PDIP mengimbanginya dengan mengusung Pramono yang sama-sama alumnus ITB.
Keempat, banyak kalangan mengatakan Jakarta itu mininya Indonesia karena semua suku bangsa mencari nafkah, beranak pinak dan hidup harmonis satu sama lain. Keputusan Megawati mengusung Pramono dan Rano Karno adalah kombinasi sosok politikus dan birokyat yang berpengalaman di tingkat nasional dengan personalitas yang sangat akrab dengan penduduk dan budaya lokal (baca Betawi). Jika Pram mempresentasikan etnis Jawa, non Jawa, dan minoritas sementara Rano atau si Doel mewakili etnis Betawi, Sunda, dan minoritas.
Yang patut disyukuri dari pilkada Jakarta 2024 adalah ini adalah perrtarungan ide dan gagasan, bukan lagi pameran atribut keagaman dari pasangan calon tertentu. Sudah saatnya memang warga Jakarta disuguhi beragam ide bagaimana menjadikan Jakarta sebagai kota yang layak huni (liveable).
Saat ini jutaan warga Jakarta menghadapi fakta-fakta yang kelam. Polusi udara yang kian mengganggu, kemacetan yang semakin parah di hari-hari kerja, stunting pada balita dan anak-anak, ancaman banjir di musim hujan, pemukiman kumuh, terbatasnya hunian yang terjangkau, mahalnya biaya hidup, tawuran pemuda, sulitnya mendapat pekerjaan, dan lain-lain. Saatnya pasangan cagub dan cawagub Jakarta ikut mengundang partisipasi publik untuk bersama-sama mencari solusi terhadap beragam masalah kota.
Selamat untuk warga Jakarta, selamat memilih yang terbaik serta menentukan paslon yang dan bener-benar peduli dan berjuang untuk rakyat. Demi Jakarta yang lebih baik dan nyaman untuk dihuni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H