Jalan Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden (cawapres) di Pemilihan Presiden 2024 terbuka lebar. Hal ini setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan permohonan penguji UU Nomo7 Tahun 2014 terkait batas usia capres dan cawapres. MK menyatakan batas usia capres-cawapres tetap 40 tahun kecuali sudah berpengalaman sebagai kepala daerah. "Mengabulkan permohonan pemohon untuk sebagian," kata Ketua MK Anwar Usman di Gedung MK, Jakarta  Pusat, Senin, 16 Oktober 2023.
Meski Gibran Rakabuming, 36 tahun (kelahiran 1 Oktober 1987), terhalang syarat harus berusia minimal 40 tahun untuk jabatan presiden dan wapres, tapi Walikota Solo ini lolos untuk syarat lainnya yakni berpengalaman sebagai kepala daerah. Karier putra sulung Presiden Joko Widodo ini pun akan melejit ke pentas nasional tanpa harus menjalani periode kedua walikota atau mencicipi jabatan gubernur. Â Â Â Â Â
Plus Minus Gibran sebagai cawapres Ganjar Pranowo
Meski publik lebih sering membicarakan wacana Gibran sebagai cawapres Prabowo , namun peluang pengusaha kuliner ini mendampingi capres Ganjar Pranowo masih terbuka. Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengaku tak mempermasalahkan ihwal isu Gibran Rakabuming akan mendampingi Prabowo dalam Pilpres 2024. Puan mengembalikan keputusan untuk maju dalam kontestasi Pilpres 2024 kepada Gibran. "Tinggal yang dipinang mau atau enggak gitu aja. Ini kan baru berandai andai," katanya.
Jika menoleh ke belakang dalam sejarah pilpres langsung sejak 2004, belum pernah terjadi pasangan capres dan cawapres berasal dari parpol yang sama. Pada Pilpres 2004, SBY yang diusung Parrai Demokrat menggandeng Jusuf Kalla (JK) kader Golkar yang kelak menjadi ketua umum. Sedangkan di Pilpres 2014, Jokowi yang menjadi jagoan PDIP menggaet JK dengan atribut sebagai eks wapres, mantan ketua umum Golkar dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
Nilai plusnya pada duet Ganjar-Gibran yakni PDIP mampu menjaga kesolidan kader dan pemilih di akar rumputnya. Sedangkan nilai minusnya adalah koalisi ini minim dukungan parpol parlemen sehinga tak mampu memperluas dukungan dari basis massa lainnya. Hingga saat ini koalisi pendukung Ganjar terdiri dari empat parpol yakni PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo. Walau pun kekuatan elektoral PDIP terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tapi partai banteng ini lemah di Dapil Sumatera, Sulawesi, dan Jawa Barat. Â
PDIP diperkirakan tetap akan menjadi pemenang Pileg 2024 dan mencetak hattrick sebagai pemenang sejak 2014. Namun tiga parpol lainnya dalam koalisi Ganjar sepertinya belum mampu menjadi parpol menengah (dengan perolehan minimal 50 kursi) yang bisa menopang PDIP sebagai parpol pendukung utama.
PPP yang mengalami konflik internal sejak lima tahun lalu diyakini tidak akan memberikan sumbangan electoral yang berarti karena Partai berlambang kabah ini cenderung mengalami penurunan suara dan kursi sejak dua pileg terakhir. Pada pileg 2014, PPP mendapat 39 kursi sedangkan pada 2019  PPP hanya meraih 19 kursi atau kehilangan 20 kursi.  Bergabungnya eks Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno sebagai Kepala Badan Pemenangan Pemilu PPP mungkin akan mendongrak perolehan kursi PPP minimal seperti Pemilu legislatif  2014.
Begitu juga Hanura yang sempat memiliki wakil di DPR di 2009 (17 kursi) dan 2014 (16 kursi) namun absen di 2019 dan diprediksi mengalami hal yang serupa di 2024. Sedangkan Perindo yang untuk kedua kalinya bertarung di Pileg, diproyeksi akan memiliki fraksi tersendiri di DPR, tapi jumlah anggotanya tidak akan signifikan.Â
Plus Minus Gibran sebagai cawapres Prabowo Subianto
Dari ketiga kandidat capres, Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung capres Prabowo Subianto bisa dibilang tambun karena didukung 4 parpol parlemen yakni Gerindra, Golkar, Demokrat, dan PAN dan 4 parpol non parlemen (PBB, Garuda, Gelora, dan Prima). Jumlah kursi keempat parpol parlemen KIM sebanyak 261 atau 45% dari total 575 kursi. Jumlah ini melampaui koalisi Ganjar (147 kursi) dan Koalisi Perubahan (167 kursi).
Dibanding koalisi pendukung Ganjar Pranowo, koalisi Prabowo cukup luas dan saling melengkapi kekurangan electoral di setiap dapil. Â Nilai plus Gibran Rakabuming jika memutuskan menjadi cawapres Prabowo Subianto adalah pasangan ini memiliki dukungan yang luas jika mampu meraih kemenangan di Pilpres 2024. Ini akan berimbas pada kekuatan komposisi di parlemen dengan 4-5 parpol yang memiliki kursi di DPR.
Nilai tambah lainnya adalah pasangan Prabowo-Gibran mewakili lintas generasi dari baby boomers (1944-1964) hingga generasi Z (kelahiran 1995-2006). Prabowo menargetkan generasi baby boomers dan generasi X (kelahiran 1965-1979) sedangkan Gibran bisa menggaet generasi Z dan generasi milenial (1980-1994). Menurut data KPU, total pemilih dari kelompk generasi milenial dan generasi Z berjumlah lebih dari 113 juta pemilih atau 56,45% dari total pemilih. Â
Nilai minusnya adalah Gibran Rakbauming yang menjadi kader PDIP dan menang dalam pilkada walikota Solo lewat PDIP akan dinilai berkhianat oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Jika Gibran berganti baju partai demi mendampingi Prabowo, hal ini akan memiliki konsekuensi serius. PDIP akan memberikan catatan khusus atau bahkan menjatuhkan sanksi kepada Jokowi dan keluarganya yang saat ini berkarier sebagai kepala daerah atau pejabat publik.
Kembali ke pertanyaan mendasar yakni apakah putusan MK akan mempengaruhi Gibran Rakabuming untuk ikut Pilpres 2024? Lalu apakah Gibran akan menerima pinangan KIM untuk menjadi cawapres Prabowo Subianto? Menjelang dibukanya pendaftaran capres dan cawapres oleh KPU Pusat pada 19-25 Oktober 2023, publik akan segera mengetahui jawaban pertanyaan tersebut. Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H