Feature 7 Maret 2023- Madura siapa yang tak kenal dengan pulau yang satu ini, pulau yang dikenal dengan sebutan pulau garam ini ternyata menyimpan sejuta budaya dan tradisi. Kemungkinan tradisi seperti karapan sapi dan carok sudah biasa terdengar ditelinga kalian kan? Berbeda dengan kedua tradisi diatas, tradisi "toron ongga" ini mungkin sedikit asing ditelinga masyarakat yang berada diluar pulau madura. tradisi ini dapat diistilahkan sebagai bentuk mudik, akan tetapi menggunakan bahasa madura. jika diartikan kedalam bahasa indonesia "toron" ini mengandung arti "turun" dan "ongga" itu mengandung arti "naik"
Mengutip dari pernyataan orang tua saya mereka mengatakan "tradisi toron di madura ada dua. Satu toron (turun kebawah) yang kedua toron tana (turun ke tanah)". Toron yang pertama ini dapat dikatakan sebagai sebuah tradisi mudik bagi masyarakat madura yang merantau, menikah,bekerja ke luar daerah, maka di hari-hari besar layaknya hari raya idhul fitri atau hari raya idhul adha mereka akan pulang ke kampung halaman masing-masing guna untuk berkumpul bersama sanak saudara dan merayakan hari raya bersama orang-orang terkasih atau dalam bahasa madura diistilahkan dengan kalimat "Nyambung Bheleh".
Tidak hanya pulang saat hari-hari besar lhoo! Orang-orang madura juga akan toron apabila terdapat suatu acara yang mendesak seperti tiba-tiba mendengar kabar sanak keluarga yang meninggal atau yang sedang melakukan acara pernikahan. Di desa saya tepatnya di kabupaten pamekasan hal ini sudah menjadi kebiasaan turun temurun yang dilakukan, biasanya setelah sampai dikampung halaman apabila itu bertepatan dengan hari raya maka akan ada acara nyalase (datang ke makam mendoakan para pendahulu) atau masyarakat jawa biasanya menyebutnya dengan istilah nyekar.
Dulu sebelum adanya jembatan suramadu orang-orang perantauan yang ingin toron ke pulau madura harus menggunakan jalur laut yakni menggunakan kapal feri dan mengantre kapal dalam waktu yang lama, nantinya kapal tersebut akan mengantarkan mereka ke pelabuhan kamal (bangkalan) selepas itulah para perantau dapat menempuh jalur menggunakan jalur darat. Namun setelah adanya pembangunan jembatan yang menghubungkan surabaya dengan madura kebiasaan naik kapal sudah sedikit ditinggalakan.
Pasti sebagian dari kalian pasti bertanya-bertanya mengapa istilah mudik ini disebut dengan "toron"??. Orang madura memiliki filosofi tersendiri akan adanya istilah itu. Orang madura menempatkan pulau madura di bawah (dataran rendah) seperti halnya pegunungan masuk dataran tinggi sedangkan pantai atau laut masuk kedalam dataran rendah, sama dengan hal itu pulau madura yang notabene merupakan daerah pesisir pantai menjadikan masyarakat luar yang ingin bersinggah ke madura harus melewati hamparan laut, laut disini letaknya dibawah (dataran rendah) sehingga biasa  diistilahkan orang madura dengan kata "toron".Â
Nah! selain itu terdapat pula istilah 'ongga' yang berarti naik, setelah pulang kampung untuk bertemu sanak keluarga nantinya para perantau harus kembali menjalani aktivitasnya baik bekerja,bersekolah dll. kembalinya para perantau tersebut diistilahkan dengan kata 'ongga' yang berarti naik ke daerah yang lebih tinggi daripada daerah pesisir pantai.
Keunikan yang dimiliki orang madura lah yang membuat tradisi mudik ini sedikit berbeda dengan daerah-daerah yang lain dan memiliki makna filosofis tersendiri, walaupun kemungkinan disetiap daerah memiliki penyebutan tersendiri mengenai istilah mudik, akan tetapi karena penulis feature ini merupakan orang asli madura maka tradisi dan keunikan maduralah yang diangkat untuk dijadikan sebuah karya tulisan. menarikk bukann?? belajar tradisi sembari mengenal istilah-istilah baruu.
SUMBER
Lisan : melalui wawancara kepada kedua orang tuaÂ
Sinergi Madura,2021. Mengenal tradisi 'toron ongga' untuk orang madura perantauan
https://images.app.goo.gl/jab9yiKxvDubJq6u9