[caption caption="http://default.tabloidnova.com/anniversary28/upload-blog"][/caption]Novaversary Nova. Banggaku padamu, semakin dewasa dan semakin peduli. Peduli akan bangsa ini melalui salah satu kegiatan perayaan ulang tahun Nova ke-28.. Melalui penulis atau blogger yang bahagia dan menulis kebahagiaan mereka masing-masing di rumah. Bukan hanya untuk mereka saja, tetapi berkampanye juga untuk setiap keluarga di Indonesia lewat event lomba menulis blog #Bahagia dirumah.
Generasi sehat adalah generasi yang bahagia. Generasi bahagia diciptakan oleh keluarga bahagia. Keluarga bahagia itu ada di rumah bahagia. Bahwa pendidikan apapun itu : pendidikan rohani, pendidikan karakter, pendidikan ekonomi, pendidikan pola hidup sehat, pendidikan seksual semua dimulai di rumah, rumah keluarga bahagia.
Bahagia di rumah ini itu dimulai dari ‘dapur’. Mulai mengatur uang belanja yang demi makanan sehat, penghasilan atau gaji satu orang harus dihabiskan. Belanja sehat dan murah serta pengaturan menu mingguan dan harian. Pengolahan makanan yang baik semisal mencuci bayam di bawah air mengalir atau cara menyimpan tomat di kulkas.
Bagaimana harus bangun pagi, mengejar waktu untuk menyiapkan sarapan. Ada yang harus menyiapkan sendiri atau berusaha menyiapkan menu seharian penuh bila ibu harus bekerja di luar rumah. Menyiapkan kudapan atau snack sehat untuk anak. Menyiapkan susu dan jus buah. Menyiapkan penyajian makanan di meja makan atau menghias bekal anak ke sekolah. Bahwa sebelum makan boleh minum jus terlebih dahulu sehingga penyerapan makanan di lambung akan maksimal. Bagaimana kombinasi karbo yang baik di masa pertumbuhan anak-anak. Ikan mana yang berprotein tinggi atau lemak baik yang menaikkan berat badan anak. Apa manfaat semua itu : karbo, protein, mineral, serat dan vitamin. Bersyukur Nova banyak membantu ibu-ibu dalam hal ini. Sekali lagi terima kasih ya Nova.
Semua penyelenggaraan rutinitas itu harus menyelipkan pengajaran yang bermakna baik langsung ataupun tidak, baik tersirat ataupun tersurat. Misalnya, saat akan menghidangkan makan malam. Saya sesekali meminta bantuan kedua putriku yang berusia empat tahun dan dua tahun. “Kakak, adik , ayo ‘marhobas’. Si kakak akan diberi tanggung jawab mengangkat yang lebih berat semacam nasi dalam wadahnya, sayur dalam wadahnya sementara si adik bertugas membawakan yang lebih ringan seperti piring dan gelas.
Sebagai Suku Batak, Saya mengajarkan nilai moral Suku Batak bahwa anak perempuan itu berstatus ‘boru’ dan ‘boru’ dalam setiap kegiatan adat harus ‘marhobas’ atau melayani. Apakah dalam partangiangan/perwiritan atau dalam pesta suka dan duka. Tentu saja mereka senang hati melakukan semua itu.
Hal yang lain juga adalah seperti mengajak lomba siapa yang lebih duluan menghabiskan santapannya tentu dengan pendidikan moral nasi tidak boleh tersisa dan terbuang dengan menganalogikan nasi tersebut akan menangis bila tidak dihabiskan. Pengalaman berharga saya terjadi di dapur ketika seluruh pemikiran, daya dan dana tertuang untuk peneyembuhan anak saya yang sakit dengan 'jantung khususnya'. Sebagian ceritanya ada di sini.
Berikutnya kebahagiaan di rumah itu terjadi di ‘sumur’. Setelah makanan yang baik, kebersihan adalah dasar kesehatan. Semua kebersihan bermuara di ‘sumur’ atau di kamar mandi. Bahwa mereka harus mandi dan bergosok gigi. Bahwa mereka menjadikan bak mandi sebagai kolam renang. Bahwa mereka menutup buka kran bak mandi sehingga harus bolak-balik diganti. Bahwa sabun dan sampo yang disiapkan untuk sebulan terkadang habis dalam seminggu. Bahwa semua mainan mereka juga harus dicuci : boneka, perangkat set masakan, puzzle dan pita-pita rambut.
Setelah mandi biasanya saya mengusapkan ramuan tradisional minyak karo ke tubuh mereka. Sembari melakukan pijatan ringan ala saya, saya juga mengucapkan ‘jampi-jampi’ dan mengimankan dalam hati. “Besarlah tulang kaki boruku ini”, “Kuat jalan dan lari kaki boruku ini”, “Melangkah dalam kebenaranlah kaki boruku ini”, “Berjalan dengan imanlah kaki boruku ini”.
Selanjutanya bahagia di rumah itu ada di ‘kasur’ atau di kamar tidur. Setelah makanan, kebersihan selanjutnya adalah tidur yang baik akan menunjang kesehatan anak-anak. Tidur nyenyak dan cukup akan membuat mereka terbangun dengan segar. Bahwa kerja hati harus berhenti sebentar dan memberikan kesempatan bagi hormon-hormon tertentu yang bisa bekerja saat seprti hormon pertumbuhan atau HGH. Kita menanamkan beraneka moral dan karakter lewat lagu dan cerita pengantar tidur serta tentunya doa sebelum tidur.
Mendisiplinkan jadwal tidur siang dan malam yang penuh dengan ‘drama’. Setelah membacakan buku cerita, mendongeng, atau menyanyi, belum berhasil maka saya akan berseru, “Mama hitung satu sampai lima tutup mata dan jangan lagi bicara, satu, dua.. .” Biasanya ini hanya dipakai sesekali, sebagai senjata rahasia dan pamungkas.
Setelah semua rutinitas seharian penuh maka semua harus diistirahatkan di kasur demi mendapatkan tenaga baru dan semangat baru esok harinya. Bahagianya melihat mereka tidur lelap dan saya pun menumpangkan tangan di atas kepala mereka sembari menaikkan doa-doa seorang ibu. Mensyukuri kesempatan melayani Dia melalui peran saya sebagai mama dan menyerahkan mereka ke dalam penyelenggaraan Sang Pemilik. Ada lagi, kesehatan fisik, batin dan emosional sang ayah dan mama juga terjadi di ‘kasur’ loh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H