Pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia sejak bulan Maret 2020 yang artinya sudah sembilan bulan kita sebagai masyarakat Indonesia berjuang melawan virus berbahaya ini. Penambahan kasus perharinya dari setiap provinsi cukup tinggi dan jika diakumulasikan total pasien sejak maret hingga saat ini mencapai 557.877 kasus (CNN,2020).
Sedangkan berdasarkan Data Kependudukan 2020, total penduduk di Indonesia per 30 Juni 2020 mencapai angka 268.583.016 jiwa. Jumlah ini mengalami peningkatan sebanyak 0,77 persen dibandingkan 2019 (Kompas, 2020).
Perubahan yang diakibatkan oleh Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak aspek dari kehidupan manusia yang berubah, hal ini mencakup pendidikan, politik, ekonomi, sosial, transportasi, komunikasi hingga pariwisata. Hal ini menyebabkan pariwisata di indonesia terutama di Yogyakarta sangat menurun drastis. Pariwisata yang merupakan bagian dari pendapatan ekonomi negara dan daerah banyak menurun secara drastis.
Dapat kita lihat dari data diatas, virus ini memakan sangat banyak korban walaupun angka kesembuhan grafiknya cukup tinggi dibandingkan pasien yang meninggal dunia. Kasus yang meningkat setiap harinya dan resiko besar yang harus dihadapi oleh masyarakat membuat Indonesia bahkan seluruh dunia menerapkan peraturan yang mengharuskan masyarakat untuk tetap dirumah dan melakukan pekerjaan maupun pendidikan dirumah kecuali ada keperluan mendesak atau pekerjaan yang tidak dapat dilakukan di rumah.
Biasanya orang menyebut kegiatan ini dengan istilah #StayAtHome. Kegiatan dengan istilah #StayAtHome tersebut ditujukan untuk memutus rantai penyebaran virus yang terjadi saat orang-orang saling berinteraksi. Sedangkan di kota Jogja saat ini total kasus Covid-19 sampai saat ini mencapai 8258 kasus terkonfirmasi (TribunJogja.com, 2020).
Masyarakat Indonesia diminta untuk lebih aware terhadap virus ini karena nyatanya rumah sakit sekarang ini sedang kewalahan untuk mengatasi pasien yang terinfeksi virus ini. Bahkan tak sedikit juga rumah sakit yang menolak pasien terinfeksi covid untuk dirawat di sana karena bangsal-bangsal sudah penuh dan pasien diarahkan untuk isolasi mandiri dirumah dan tidak berinteraksi langsung dengan anggota keluarga atau orang disekitarnya.
Saat ini social distancing, yang dapat dikatakan sebgaian cara hidup baru masyarakat dunia, oleh sebab itu pemerintah menyediakan tempat cuci tangan, operasi penggunaan masker, cek suhu, dan lain-lain di tempat umum. Selain dari pihak pemerintah, pihak masyarakat perlu menyadari penting, tingkat urgensi, manfaat serta dampak penggunaan masker dan hand sanitizer sudah menjadi budaya baru di Indonesia.
Kebijakan untuk tetap di rumah (atau biasa disebut dengan Work From Home) menyebabkan sektor pariwisata mengalami penurunan jumlah pengunjung atau wisatawan yang ternyata didominasi oleh wisatawan mancanegara.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu Angela Tanoesoedibjo mengatakan bahwa Indonesia diperkirakan kehilangan sejumlah devisa sebesar 14,5-15,8 miliar dolar AS karena adanya penurunan kunjungan dari wisatawan mancanegara karena adanya pembatasan wisatawan mancanegara untuk masuk ke Indonesia.
Menurunnya kunjungan wisata juga dapat dirasakan oleh Daerah Istimewa Yogyakarta terutama kota Jogjakarta yang sebagian besar pendapatan daerah yang bergantung pada sektor pariwisata.
Masyarakat Jogja banyak yang bermata pencaharian pedagang baju atau makanan di sepanjang jalan Malioboro, tukang becak, kusir delman, dan lain-lain yang sangat terdampak ekonominya semenjak pandemi ini berlangsung. Tak hanya pedagang saja, wisata museum, Alun-Alun Kidul, Taman Sari, dan Keraton pun tampak mulai sepi pengunjung.
Beberapa tempat wisata memang sempat ditutup untuk sementara waktu karena melonjaknya kasus dari virus ini. Tetapi seiring berjalannya waktu, wisata Jogja ini dibuka dengan tetap catatan tetap menerapkan protokol kesehatan yang sudah disediakan oleh Pemerintah setempat.
Dengan adanya virus ini, masyarakat dipaksa untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru dan perjalanan kehidupan yang baru. Menurut (Gudykunst, 2003) adaptasi budaya merupakan suatu proses seseorang atau individu dalam menyesuaikan diri, merasa aman, dan nyaman dengan lingkungan baru yang sedang dan akan dihadapinya dalam jangka waktu yang panjang.
Dalam beradaptasi terdapat berbagai proses antara lain stress yaitu saat seseorang mengalami shock atas perubahan yang terjadi sehingga ia harus menyesuaikan di lingkungan yang baru. Sama halnya dengan wisata di Jogjakarta yang mengalami hal tersebut karena menurunnya jumlah wisatawan dan berdampak pada menurunnya pendapatan masyarakat setempat.
Dalam proses stress lalu dilalui dengan beradaptasi diharapkan masyarakat dapat bertumbuh dan berkembang dengan keadaan yang baru. bentuk konkrit dari proses tumbuh dan berkembang yang dialami masyarakat yang terkena dampak covid-19 dapat terbentuk dari kesadaran mengenai menjalankan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, hingga menerapkan dan melakukan gaya hidup sehat. Maka dari itu wisata di Yogyakarta mulai beroperasi dan berharap akan adanya peningkatan jumlah wisatawan pada akhir tahun nanti.
Kalvero Oberg dalam (AFS Intercultural Program,2013:1) menggambarkan sebuah proses adaptasi dalam sebuah kurva berbentuk U. Kurva U diciptakan untuk menggambarkan seorang yang merupakan pendatang yang mengalami perubahan emosi naik turun atas adaptasi yang dihadapi.
Model kurva "U" kemudian dikembangkan lagi oleh Gullarhon menjadi kurva W dan didalamnya terdapat empat hal penting yang terjadi dalam proses adaptasi antara lain proses honeymoon, cultural shock, recovery, dan honeymoon at home. Alur dari proses ini adalah seorang pendatang merasa senang saat berada di lingkungan yang baru namun seiring berjalannya waktu ia mengalami shock karena perbedaan kebiasaan di tempat tersebut yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau bahkan takut.
Namun seseorang tersebut pasti akan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru sampai di titik ia sudah merasa nyaman di lingkungan barunya dan menjalankan aktivitas seperti biasa.
Hal diatas yang sekarang ini dirasakan oleh masyarakat Jogja maupun wisatawan luar Jogja. Saat dihentikannya PSBB, masyarakat merasa gembira dan sangat antusias untuk kembali berlibur termasuk di Jogja. Ternyata saat diberlakukannya new normal semua orang harus menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar yang baru, merasa tidak nyaman karena harus terus menggunakan masker, merasa asing karena kebijakan baru.
Namun perlahan seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai membiasakan diri dan beraktivitas seperti biasanya dan sektor pariwisata tetap berjalan meskipun dengan peraturan yang sedikit berubah mengenai protokol kesehatan.
Pada liburan akhir tahun ini, pemerintah sebagai pihak yang mengatur regulasi dan tatanan masyarakat agar tetap aman dan terhindar dari virus Covid 19, mengharapkan pihak-pihak pariwisata dapat menjalankan komunikasi kepada calon pendatang yang akan datang pada akhir tahun dengan benar.
Pesan pesan yang disampaikan yang berbentuk himbauan untuk menaati protokol kesehatan juga harus dilaksanakan dengan baik. Pemerintah berharap sektor pariwisata di Jogja mengalami kenaikan dengan harapan tetap menjalankan protokol yang ada dengan segala upaya pemerintah dengan menyediakan tempat cuci tangan, operasi penggunaan masker, cek suhu, dan lain-lain di tempat umum.
Daftar Pustaka :
Gudykunst, W. B. (2003). Cross-cultural and intercultural communication. Sage.
CNN. (2020). Rekor Baru Tambahan Harian Covid-19 di Indonesia: 8.369 Kasus. Diakses pada 17 November 2020, dari < cnnindonesia.com >
Kompas.com. (2020). Data Kependudukan 2020: Penduduk Indonesia 268.583. Diakses pada 17 November 2020, dari
TribunJogja.com. (2020). Jumlah Pasien Terkonfirmasi Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta 8636 Kasus. Diakses pada 17 November 2020, dari
AFS International Program. (2013). Cultural Adaptation Models for friends of AFS. Diakses pada 17 November 2020, icllibrary.afs.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H