Melalui platform live streaming dan live shopping, toko memiliki safe place untuk melakukan penjualan sepuasnya. Akun pribadi toko dapat menjajakan produknya yang beragam dibantu oleh sistem platform.Â
Eksklusivitas toko terbentuk oleh sistem platform. Tiktok menjadi salah satu platform dengan algoritma paling efektif dan efisien terkait gaya hidup konsumen. Terlepas beragam barang yang dijual, algoritma Tiktok memasarkan barang ke konsumen secara spesifik dan gratis.Â
Algoritma yang spesifik ini membuat toko dapat melakukan siaran langsung secara bebas tanpa perlu berpikir jauh cara mengapai pelanggan tertentu.
Barang yang dipasarkan laku dibeli bukan hanya karena diskon dan hiburan tetapi penjualnya itu sendiri. Bukan hanya toko yang namanya terkenal, namun juga penjual yang melakukan live streaming.Â
Shoppertainment mengubah mindset bahwa siapa saja bisa terkenal terutama di akun TikTok. Sebagai contoh, penjual yang biasa melakukan live streaming di Facebook untuk jualan kain songket dapat memiliki pengaruh yang cukup signifikan di sekitarnya (niche market).
Shoppertainment mengubah penjual menjadi figur yang berpengaruh di niche market dan secara otomatis berpengaruh ke peningkatkan penjualan toko/pribadi.Â
Menurut riset Boston Consulting Group, nilai transaksi di pasar shoppertainment di Asia Pasifik dapat menyentuh Rp 14.887 triliun pada 2025. Persaingan shoppertainment di berbagai platform sangat ketat.Â
Akun sosial media seperti TikTok dan Facebook bahkan menjadi pesaing bagi e-commerce seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia. Persaingan yang ketat ini membuat JD.ID harus memberhentikan operasionalnya.Â
Mengingat akun sosial media dan akun jualan produk sudah terintegrasi, shoppertainment akan meningkat seiring tidak adanya batasan seseorang untuk dapat pengakuan diri. Siapa saja dapat berjualan dan terkenal.