Bukan hanya rasa kekeluargaan yang erat, Chindo juga menjaga kepercayaan orang lain dengan baik. Semua bisnis yang mereka jalankan berawal dari kepercayaan. Konsep ini berlaku saat konsumen membeli barang, pedagang Chindo meyakinkan barang mereka berkualitas bagus dan boleh diganti jika ada rusak.Â
Di artikel bu Roselina, Beliau juga menjelaskan bahwa saat mengirimkan barang ke tempat tujuan dan ketika sampai ada beberapa barang yang tidak sesuai/kuantitas kurang, Ia mengirimkan barang lagi dengan biaya dibebankan dari kantong pribadi.
 "Tidak apa rugi, yang penting mereka percaya dengan kita" kata yang sering saya dengar dari beberapa senior Chindo. Sikap kepercayaan ini yang mengantarkan relasi tingkat lanjut di kemudian hari. Sikap kekeluargaan dan menjaga kepercayaan ini yang membuat mayoritas Chindo menjadi orang mapan.
Dari banyaknya penjelasan di atas, segelintir Chindo mendapatkan kekayaan dan mapan mereka berasal dari hasil kerja keras yang terakumulasi dari generasi pertama. Beberapa Chindo lainnya mendapatkan kekayaan mereka dari hasil kerja keras mereka sendiri, namun prinsip hidup sudah tertanam dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu prinsip berdagang terkenal adalah, "tidak apa ngambil untung sedikit asal barang banyak terjual".
Prinsip hidup yang utuh mulai dari pekerja keras, menabung, hingga menjaga kepercayaan menjadi fondasi dasar mengapa mayoritas Chindo di Indonesia kaya dan mapan. Meskipun begitu, ada juga Chindo yang tergolong masyarakat menengah ke bawah ataupun bawah. Tidak semua orang berani mengambil keputusan saat dihadapkan pada sebuah kesempatan. Beberapa kesempatan bahkan perlu pengorbanan lebih seperti keringat, masa muda, dan air mata. Kemampuan melihat, mengambil, dan memanfaatkan peluang/kesempatan inilah yang menjadi garis lurus mengapa mayoritas Chindo menjadi orang yang mapan dan akhirnya kaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H