Masih teringat masa indah menggunakan BlackBerry Bold yang dulu dengan aplikasi BBM dan trackpadnya. BlackBerry yang sempat memiliki market cap hingga $78.38B (2008) menjadi $3.31B (2022).Â
BlackBerry menjadi bukti nyata bahwa perusahaan harus beradaptasi dan mengikuti pasar. Keruntuhan BlackBerry lebih dramatis daripada LG mengingat pasarnya sangat besar pada masa itu. Setidaknya ada 3 kesalahan utama mengapa BlackBerry bisa jatuh dari posisinya.
<< Gagal beradaptasi
BlackBerry melakukan kesalahan utama saat berusaha mempertahankan ponsel qwertynya. Di saat Ia mengeluarkan handphone dengan layar sentuh, pasar sudah merespon lebih kepada produsen lain seperti Apple dan Samsung. Kesalahan masih berlanjut karena mereka tidak beradaptasi dengan preferensi masyarakat yang cenderung membeli ponsel dengan kualitas kamera yang bagus.
<< Mengabaikan kompetitor dan kehilangan pasarnya
Satu kesalahan lagi yang dilakukan karena mengabaikan Apple dan sangat fokus ke segmen pasar pebisnis. Di saat mereka fokus ke segmen tersebut, Apple fokus ke masyarakat luas. Apple dan produsen lain menciptakan produk yang ramah dan diterima semua kalangan dan ironisnya segmen pebisnis juga termasuk didalamnya.Â
<< Operating System BlackBerry
Berbeda dengan Playstore dan Apple Store, sangat sedikit aplikasi yang tersedia di BlackBerry App World. Selain itu, pengguna juga mengeluh karena user experience yang kurang ramah dan hal terpenting yaitu "lemot/freeze".Â
Tahun 2014, Â berada di naungan CEO yang baru John Chen, melihat BlackBerry masih ada kesempatan untuk besar dengan cara fokus ke perangkat lunak (software) dan keamanan. BlackBerry diakui secara luas sebagai pemimpin dalam keamanan karena sangat sulit untuk meretas perangkat BlackBerry.Â
Tahun 2016, John Chen mengaku kekalahan dan keluar dari manufaktur smartphone. Transformasi BlackBerry dimulai dengan fokus ke perangkat lunak  dan keamanan data.Â
Siapa yang menyangka transformasi bisnis ini berhasil membuat BlackBerry bertahan. Mereka mulai melakukan pivot bisnis yang mulai terlihat pada tahun 2018. BlackBerry bekerja sama dengan mitra dalam merancang perangkat keras dan menyempurnakan pengalaman perangkat lunak untuk perusahaan besar.Â
Tahun 2019, sebagian besar penghasilan berasal dari penjualan perangkat lunak dan layanan serta lisensi. Mereka juga mengakuisisi Cylance yang menjadi pemimpin dalam kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin untuk keamanan siber.Â
Sekarang, BlackBerry menjadi penyedia layanan teknologi otomotif dan keamanan siber. Adapun software otomotif yang dibuat BlackBerry antara lain fitur sistem bantuan pengemudi, infotainment, dan fitur mobil terkoneksi. Â Mitra BlackBerry antara lain General Motors, Mercedes-Benz, dan Toyota.Â
Dari haluan yang baru ini mengantarkan pendapatan BlackBerry di Mei 2022 sebesar US$168 juta (Rp2,491 triliun) , melebihi rata-rata perkiraan analis US$160,7 juta (Rp2,383 triliun).Â
Jika kamu masih mengingat BlackBerry sebagai produsen smartphone yang gagal, sekarang kamu harus merubah total mindset saat mendengar kata BlackBerry. Kini BlackBerry sebagai perusahaan inovatif yang bergerak di bidang keamanan siber, solusi keamanan dan privasi data.Â
Mereka merupakan pemimpin di bidang keamanan titik akhir, manajemen titik akhir, enkripsi, dan sistem tertanam dengan visi untuk mengamankan masa depan yang terhubung yang dapat Anda percayai.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H