Mohon tunggu...
Horison Pangestu Alif
Horison Pangestu Alif Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Adiwiyata, Siswa, dan Toga

21 Mei 2021   00:00 Diperbarui: 20 Mei 2021   23:59 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

           Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seluruhnya, yaitu manusia yang beriman, bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan keterampilan, kesehatan jasmani rohani dan kepribadian yang mantap, mandiri, serta memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa. Untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional yang begitu luhur, tentu saja sekolah sebagai tempat mencetak generasi penerus bangsa, berupaya membangun program atau wadah yang baik dan ideal seiring dengan tuntutan program pendidikan kekinian.

            Salah satu program terkini yang menjadi isu krusial pendidikan adalah program pendidikan lingkungan hidup, yang lebih dikenal dengan istilah adiwiyata. Program ini menjadi salah satu strategi pemerintah dalam membangun budaya hijau. Fenomena adiwiyata dalam konteks kehidupan sosial masyarakat belajar, bukan sekadar identitas, namun merupakan tindakan nyata kepedulian sekolah terhadap keselamatan alam dan lingkungan. Mengingat, generasi yang akan datang dipengaruhi oleh yang kita lakukan sekarang, termasuk perlakuan kita terhadap alam dan lingkungan sekitar.

            Perlakuan kita terhadap alam dan lingkungan menjadi penguat budaya enviromental ethies atau etika lingkungan yang dilandasi nilai-nilai moral dan tanggung jawab agar kita terus beradaptasi dengan lingkungan tempat beraktivitas. Untuk mewujudkan budaya enviromental ethies, sekolah membentuk green school, yakni melatih dan mempraktikkan kesadaran siswa terhadap pentingnya menjaga alam. Dengan kata lain, sekolah melalui green school ingin menghasilkan siswa pintar yang peduli terhadap pelestarian alam sekaligus terjalin hubungan siswa dengan alam sebagai bagian yang tidak terpisahkan.

            Hubungan siswa dengan alam dapat menciptakan equbilirium atau keseimbangan. Alam dalam konteks ini diorientasikan pada Tanaman obat keluarga (Toga). Tanaman jenis ini memiliki jejak budaya, yakni sudah menjadi kebiasaan para leluhur untuk menghormati dan peduli terhadap tanaman obat-obatan, yang memiliki fungsi sebagai obat herbal, yang ditanam dipekarangan atau kebun sekolah. Toga sering dimanfaakan oleh masyarakat sebagai obat tradisional karena selain harganya yang cukup murah juga tidak menimbulkan efek samping bagi kesehatan.

            Obat tradisional Indonesia masih digunakan secara luas, baik  di  desa maupun kota.  Penggunaan  obat  tradisional   semakin meningkat dengan kecenderungan gaya hidup kembali ke alam. Kecenderungan ini terlihat dari maraknya produk-produk  berbahan herbal  yang beredar di pasaran akibat belum  meratanya  sarana  kesehatan, mahalnya harga  obat, dan  banyaknya  efek samping dari obat modern. Oleh karena itu, standarisasi dan optimalisasi Toga sebagai obat tradisional perlu memperhatikan dua dimensi langkah-langkah budidaya Toga, yakni dimensi perencanaan dan dimensi pelaksanaan atau proses.

            Sebelum melakukan pelaksanaan, siswa terlebih dahulu diberi pemahaman tentang pengertian Toga, baik berkenaan dengan pengertian, jenis, dan manfaat masing-masing jenis Toga. Selanjutnya, diperlkenalkan pula tentang ciri-ciri bibit atau komoditi Toga yang layak ditanam. Setelah mendapat pemahaman tentang pengertian, jenis dan manfaat Toga, yang dilanjutkan dengan pemilihan bibit dan komoditi, maka siswa selanjutnya melakukan tindakan atau perbuatan yang berkait dengan dimensi pelaksaan atau proses. Dimensi pelaksaaan terdiri atas tiga langkah. Langkah pertama, siswa melakukan sanitasi alam atau mengolah lahan sebelum pratanam dengan cara: (a) mementukan letak lahan, (b) membersihkan rumput atau serasah dengan sabit, (c) membuang sampah pada tempatnya, (d) menggemburkan tanah, dan (e) membentuk tanah dengan campuran pupuk dan air. Langkah kedua, siswa menanam bibit dan komoditi Toga yang layak sesuai dengan ketersediaan lahan dengan cara: (a) menggali tanah sesuai ukuran dan jenis tanaman Toga yang akan ditanam, (b) menanam bibit atau komoditi pada tanah yang telah disiapkan, (c) melakukan penanaman. Langkah ketiga, siswa merawat dengan cara menyiram, menggemburkan, memupuk, dan menyiangi secara bersama-sama dan selanjutnya siswa merawat sesuai dengan daftar piket yang telah dibuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun