Melihat respon riuh lengkap dengan tepuk tangan orang-orang di bioskop, saya pribadi tidak secepat itu bisa menyimpulkan. Yang pasti, tampaknya kenangan film pertama yang tayang 23 tahun silam terbayar sudah.
Sebagian besar senang setelah film berakhir. Kredit tentang penulisan nama-nama yang terlibat sepanjang pembuatan film pun ditatap habis, seperti tidak mau ketinggalan.
Pada awal pengulasan, saya bercerita bahwa bintang kembali bersinar dan air sekali lagi mengalir. Benar sekali, kita gampang mendapatinya melalui tampilan sungai yang membentang dan langit penuh bintang sebagai latar belakang film.
Hehijauan pepohonan, cerita penduduk setempat, serunya pencarian akan sesuatu yang hilang, keras kepala dan kokohnya kemauan, musik etnik daerah, dan seterusnya.
Mengangkat kisah dari Indonesia, nilai plus kedua yang harus saya akui. Sungguh, sebetulnya banyak wilayah dan keindahan alam yang bisa dipertontonkan sebagai bentuk kebanggaan akan Indonesia, dan film "Petualangan Sherina 2" berhasil ambil bagian dalam peran itu.
Karena Sherina dan Derby Romero adalah penyanyi, maka kualitas penampilan mereka pada film kedua sanggup dipertahankan ke-ajeg-annya dan cenderung lebih baik.
Pada beberapa adegan, terselip mereka bernyanyi dengan para penari yang tangkas dan gemulai. Sherina dan Sadam tidak kalah apik ketika menari.
Sebagai nilai plus ketiga, saya mengapresiasi kualitas lagu pengiring yang sarat makna dan dalam pesan moral. Saya tidak sekadar mendengar harmoni suara dan musik, tetapi juga berusaha mengerti kata demi kata.
Kelak kau akan jumpa teman-teman
Ayun-mengayun di dahan ke dahan
Bersama ibu mulai petualangan
Jaga hutan raya KalimantanÂ
Jaga hutan raya Kalimantan. Ya, Saudara-Saudari yang saya kasihi, mari jaga hutan kita, paru-paru dunia, warisan untuk anak cucu. Di tengah isu iklim yang terus memanas, jaga hutan kita.
Apalagi nilai plus dari film ini? Adalah baik saya tidak menceritakannya, supaya Saudara-Saudari bisa menyaksikan sendiri. Hehehe...