Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Naik Kopaja Bukannya Bayar, Malah Dibayar!

20 Juni 2023   15:27 Diperbarui: 20 Juni 2023   15:38 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ke Jakarta aku kan kembali
Walaupun apa yang kan terjadi

Ke Jakarta aku kan kembali
Walaupun apa yang kan terjadi

Bagi generasi yang pernah hidup ketika bait-bait itu dipopulerkan, kemungkinan besar membacanya -- dalam hati pun -- lengkap dengan bernada, meskipun tanpa musik. Memang, untuk sebagian orang, Koes Plus berhasil menanamkannya dalam ingatan.

Ada kenangan yang membuat Jakarta punya daya tarik untuk kembali dikunjungi. Kendati belum pernah menginjakkan kaki, sebagian orang juga rindu untuk sekali waktu tiba di Jakarta.

Ini tidak sekadar dugaan. Arus balik pendatang ke ibu kota -- pada hari raya pula hari besar/libur lain -- selalu saja menjadi perhatian Jakarta. Ada yang mengadu peruntungan.

Setiba di Stasiun Senen, Terminal Lebak Bulus, Terminal Kalideres, pun perhentian Bus AKAP lain di Jakarta, sebagian mereka akan lanjut mencari secercah harapan dengan menumpang naik Kopaja -- pada suatu masa -- menuju tempat kerja. 

Berdesak-desakan dalam angkutan hijau putih, diladeni. Berdiri di dalam sambil dilewati para pedagang asongan, juga dialami. Was-was dan memfokuskan perhatian untuk menjaga harta berharga, tidak lupa adalah syarat utama.

Tak ada yang bisa menjamin keamanan naik Kopaja. Semua bertanggung jawab atas barang-barang pribadi. Meskipun banyak tantangan, tetap dijalani demi menyambung masa depan.

Tentulah, naik angkutan Kopaja, wajib bayar. Tak masuk akal jika gratis. Jerih lelah supir diperhitungkan. Kondektur yang berteriak-teriak cari penumpang, butuh minum. Bahan bakar itu beli. Semua harus diganti dengan ongkos penumpang.

Tapi, naik Kopaja yang ini gratis, malah dibayar...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun