Mungkin terdengar usang, tetapi memang karena cintalah, dari zaman usang sampai sekarang, telah membuat sesuatu menjadi ada, bertahan, dan kuat sebagai alasan untuk berkesinambungan ke depan.
Barangkali ini tulisan ke sekian, saya membahas Pulpen. Maklumlah, sebagai komunitas baru (sejak 10 April 2023, tepat 2 bulan), agaknya perlu diulang supaya semakin banyak yang kenal.
Perkumpulan Pencinta Cerpen. Singkatnya Pulpen. IG-nya: @pulpenkompasiana. Pendirinya Y. Edward Horas S.. Modal utamanya cinta. Ya, cinta. Modal itu pula yang saya sematkan dalam nama komunitas. Pencinta.
Bagi yang kenal dan mengikuti rekam jejak tulisan saya di Kompasiana, tampaknya tak perlu saya jelaskan kembali seberapa besar cinta saya pada cerpen.
Saya senang membaca cerpen. Saya gemar menulis cerpen. Saya tertarik menganalisis cerpen. Saya suka menilai cerpen. Saya rumuskan tip menulis cerpen. Saya, saya, saya, saya, saya, dan cerpen. Itulah, begitu dekat dan seringnya saya bersama cerpen. Â
Masih kurang?Â
Saya bangun Pulpen. Saya alokasikan waktu demi menyusun konten. Saya sumbangkan pikiran dalam kreasi tampilannya. Saya sediakan hadiah untuk sayembara cerpen. Saya mengundang sesama pencinta cerpen bergabung di grup Pulpen. Saya, saya, saya, saya, saya, dan cerpen.
Agaknya jadi sombong kalau saya terus yang diceritakan. Tetapi, pada awalnya memang demikian faktanya (bukan sombongnya). Begitulah cara saya mengekspresikan cinta pada cerpen. Harus ada bukti nyata.
Cinta tidak akan terasa benar-benar cinta jika sekadar diucap tanpa dilakukan.
Pada artikel sebelumnya, saya pernah menulis bahwa Pulpen hadir terinspirasi dari pengalaman saya membangun @cerpen_sastra. Sebuah akun IG dengan konten utama sayembara cerpen setiap minggu berhadiah Rp100.000,00.Â
Akun itu lahir tanggal 14 Maret 2023. Per 10 Juni, pengikutnya 1.345 akun. Di antaranya meliputi sastrawan, jurnalis, editor, redaktur, ilustrator, penulis, penyair, dan cerpenis yang sering mengirim cerpennya ke surat kabar.
Trik membangunnya saya terapkan pada IG Pulpen. Semisal, seperti mengadakan kuis kecil-kecilan dengan hadiah saldo gopay beserta syarat follow.Â
Kemudian, cerpen pemenang sayembara yang diadakan di Temu Komunitas, saya jadikan konten dalam bentuk cerpen digital. Ini diunggah menggunakan kolaborasi antara @cerpen_sastra dan @pulpenkompasiana.
Tampaknya karena sebagian pengikut @cerpen_sastra tahu bahwa pendiri @pulpenkompasiana adalah orang yang sama dan agaknya pula lantaran kualitas cerpen pemenang yang diunggah dapat diperhitungkan, perlahan pengikut @pulpenkompasiana bertambah. Per 10 Juni, sudah 375 akun. Di Temu, kurang lebih 400-an akun bergabung.
Pulpen itu wadah apresiasi cerpen
Di atas sudah dibilang bahwa Pulpen mengadakan sayembara dengan menyediakan hadiah. Sudah 3 kali Pulpen bersayembara. Pertama, hadiahnya uang 100k bagi pemenang tunggal. Kedua, berupa buku untuk 3 pemenang.Â
Ketiga dan sedang berlangsung, sebuah novel "Berdansa dengan Kematian" karya Kompasianer Acek Rudy. Pulpen juga membantu Kompasianer mempromosikan buku barunya.
Sebelum tampil sebagai pemenang, 5 cerpen terbaik diapresiasi dalam bentuk nominasi. Cerpen pemenang disebutkan secara bangga di Temu Kompasiana dan disajikan berbentuk cerpen digital di IG @pulpenkompasiana dan @cerpen_sastra.
Dengan dikemas kembali di IG, cerpen pemenang bisa mendulang pembaca lebih banyak. Ya, ini tentu setelah menghitung jumlah pembaca di Kompasiana.Â
Pulpen hadir selain untuk mengapresiasi cerpen, juga membantu menenarkan nama Kompasianer sebagai cerpenis melalui IG. Ini visi utamanya.
Sumbangan dari Pulpeners, Keluarga Pulpen
Cinta yang saya pupuk sebagai dasar membangun Pulpen agaknya merambat. Dalam grup WA Pulpen, Kompasianer Mbah Ukik berkenan menyumbang buku fiksi untuk para pemenang dalam sayembara kedua. Ongkos kirimnya ditanggung sekalian sama Beliau. Terima kasih ya, Mbah Ukik!Â
Pada sisi lain, satu per satu Kompasianer menyumbang konten berupa ulasan cerpen. Ada Kompasianer Pak Samsudi, Mbak Mutia, dan juga Mbah Ukik. Konten Beliau-Beliau dapat dilihat di Temu.
Saya benci berkembang sendirian
Cinta saya membangun Pulpen masih terus berkembang. Ada kerinduan untuk berkembang bersama-sama. Saya benci berkembang sendirian.Â
Ini karena saya lahir dibantu orang, saya pun mati nanti juga butuh orang.
Salah satu anggota Pulpen, Kompasianer Pak Andi Samsu Rijal berinisiasi membangun Kareba (Komunitas Kompasianer Makassar). Dengan intens, saya menawarkan bantuan lewat IG Pulpen untuk membantu mengenalkan Kareba kepada khalayak banyak lewat story.
Pulpen dan Kareba pula kerap saling unggah konten sebagai pertanda hubungan baik antarkomunitas. Beberapa waktu ke depan, pola sama juga akan saya tawarkan kepada Bu Celestine Patterson, pendiri komunitas Hotelier Writers.
Jauh sebelum ini, saya sudah tergabung di Inspirasiana. Membawa nama Pulpen, pun saya tawarkan kerja sama membangun event bersama. Untuk anggota Inspirasiana yang sedang mendirikan komunitas baru di Temu, bantuan serupa kepada Pak Andi dan Bu Celestine tentu saya tawarkan.
Kerja sama lain yang sudah terjalin adalah kegiatan Kotekatalk-127 bertema "Pulpen dan Wisata Bandung". Terima kasih banyak kepada Bu Gana sebagai Ketua Koteka karena telah berkenan mengundang Pulpen.
Pada akhirnya...
Hanya cinta yang membuat saya tampak gila. Dari awal sampai artikel ini selesai ditulis, mungkin kalau semua diuangkan, sudah banyak. Memang, ini sebuah tanggung jawab yang melekat pada pendiri waktu awal membangun komunitas.
Semua rela saya kerjakan. Segalanya ikhlas saya usahakan. Hanya demi melestarikan cinta saya pada cerpen. Anda cinta juga pada cerpen? Mari bergabung di Pulpen!
...
Jakarta,
10 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H