"Ya, karena mereka bebas," jawab seorang Ibu kepada anaknya setelah beberapa langkah masuk ke Kebun Raya Bogor. Namanya juga anak-anak, pasti menyimpan pertanyaan untuk sesuatu yang baru mereka tahu.
"Jadi, karena bebas, mereka bisa teriak sesukanya. Begitu ya, Bu?"
Tampaknya perhatian anak yang masih bocah itu terserap pada betapa ribut suara-suara di antara pohon-pohon besar yang ranting-ranting daunnya menjuntai ke tanah. Langit biru membentang. Udara di antara angin yang bertiup terasa sejuk. Matahari berdiam di balik awan. Hamparan rumput hijau muda tampak segar. Air dari pancuran otomatis yang berputar terciprat-ciprat. Mata anak itu berbinar-binar, penuh bahagia seakan terbebas dari penjara: sekapan dinding lima kali lima meter persegi yang biasa ia tinggali bersama ibunya.
Sang ibu menggandeng tangan anaknya. Mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju satu tempat perhentian. Lantas duduk. Di sana sudah terlebih dulu ada, kumpulan ibu bersama anak-anaknya bersantai di atas tikar. Rantang-rantang tempat makan berserak. Suara tonggeret masih ribut.
"Ret...ret...ret...ret...ret...ret...ret...ret...ret...ret..."
"Seperti apa bentuk tonggeret, Ibu?"
Lantaran tak tega membiarkan anaknya menunggu jawaban, ibu buru-buru melemparkan pandang ke sekitar. Bola matanya membesar. Di batang pohon Beringin, selipan akar-akar pohon Angsana yang menyembul ke permukaan tanah, pada lapisan bopeng-bopeng kulit Merbau, ibu masih belum melihat tonggeret. Agaknya setelah menyadari bahwa matanya sedikit rabun sehingga sulit melihat benda-benda kecil, ibu memilih mengambil ponsel dari dalam saku celana. Ibu memencet tombol lantas menghadapkan layar ponsel ke anaknya.
"Seperti ini, Nak."
Tampak gambar seekor serangga berwarna hijau muda. Hampir mirip jangkrik. Kepalanya pendek, melebar, dan letaknya melintang. Kedua bola matanya bulat menonjol. Sayapnya kokoh pun tembus pandang. Beberapa tulang pada tubuh terlihat jelas.
Barangkali tertarik dengan bebasnya tonggeret bersuara di antara pepohonan, saling bersahutan semakin kencang, bernyanyi seperti dalam orkestra sehingga ampuh menebas kesepian anak itu selama di rumah, anak itu lekas menyandarkan kepala kecilnya di atas kedua paha ibu yang dari tadi sudah diselonjorkan.
"Ceritakan padaku lagi, Ibu, cerita tentang tonggeret itu."