Setidaknya ada dua cara orang menyampaikan pesan: lewat bicara atau tulisan. Ada satu perbedaan mencolok atas keduanya.Â
Kendati keduanya menghasilkan kata-kata yang sama, kesan tegas lebih langsung dan cepat terasa lewat bicara karena ada intonasi. Sementara tulisan seperti sama semuanya jika tidak ada huruf miring dan huruf tebal.
Pernahkah Anda mendengar orang berucap sebuah kata dengan intonasi khusus? Seperti suara dibesarkan, agak menyentak, atau diulang-ulang? Itu pertanda ada yang sedang ditegaskan.Â
Dalam kebiasaan bicara, ketika dirasa ada hal penting yang prioritas harus diperhatikan, penutur akan menegaskan -- salah satunya -- dengan cara tersebut. Pendengar mudah mengerti lewat perbedaan intonasi.
Bagaimana jika lewat tulisan? Bisakah penegasan terasa lewat kata-kata yang sekadar dituliskan tanpa diucapkan? Bagaimana cara memperlihatkan suatu hal adalah penting sehingga pembaca menaruh perhatian lebih?
Kita pasti sudah tidak asing...Â
Bagi yang terbiasa mengetik lewat komputer, tentu terbiasa melihat huruf ditulis secara miring atau tebal. Sekilas, penyajian huruf demikian memberi variasi dalam tulisan. Ukuran huruf yang sama tetapi lebih tebal dan penulisannya yang miring membuat tampilan bacaan lebih menarik.
Lebih dalam, huruf miring dan tebal dihadirkan untuk memberi arti. Sebuah penegasan dari suatu hal yang penting. Pembaca diharap oleh penulis lebih memperhatikannya.
Mari kita simak contoh berikut...
Kata praktek yang salah itu lebih sering digunakan orang banyak daripada praktik.
Menunggu berasal dari kata tunggu yang mendapat awalan me-.
Dalam kalimat pertama, penulisan miring ada pada kata praktek dan praktik. Saya sedang menegaskan bahwa orang lebih sering menggunakan praktek yang salah dibanding praktik (yang jelas-jelas tertulis di kamus). Hal ini bukan rahasia.
Sementara kalimat kedua, penulisan miring dimaksudkan agar pembaca fokus pada menunggu, tunggu, dan me-. Bahwa awalan me- membuat kata tunggu menjadi menunggu.
Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Untuk semakin menegaskan...
Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Saya akan menyorot kembali kata praktek. Mari simak kalimat berikut.
Huruf e pada kata praktek adalah tidak benar. Seharusnya huruf itu diganti dengan i.
Tentu, harus ada dasar untuk menyatakan sesuatu salah. Dasar penyalahan atas penggunaan kata praktek adalah huruf e dalam kata itu (sengaja saya tebalkan). Jika diganti dengan i, menjadi benar.
Huruf tebal juga dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Beberapa bagian di atas yang saya sajikan sebagai subbab tulisan telah saya tebalkan.
Selain penegasan...
Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Buku Pelajaran Malam Pertama yang saya punya dipinjam teman.
Majalah Suara Harian banyak tertumpuk dalam lemari bukunya.
Berdasarkan berita sebagaimana tertulis di koran Tembilang, pembunuhan itu dilakukan oleh kakak iparnya.
Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Huruf miring juga dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.Â
Pastilah sepanjang menulis, kita pernah menyelipkan kata dalam bahasa selain bahasa Indonesia. Kebiasaan mencampur bahasa juga kerap mendasari. Keduanya tidaklah salah hanya jika bahasa daerah atau bahasa asing tersebut ditulis miring.
Istilah personal branding lebih sering digunakan daripada penjenamaan diri.
Ing Ngarsa Sung Tuladha artinya seorang pemimpin yang berada paling depan harus bisa memberi contoh.
Nama latin dari tanaman jagung adalah zea mays.
Secara berurutan dalam ketiga kalimat tersebut, huruf miring digunakan untuk menulis kata dalam bahasa Inggris, Jawa, dan Latin.
Sebagai catatan, nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring. Nama Jackson, Andrew, dan Joko tidak perlu dimiringkan.
Untuk penulisan huruf miring dalam naskah tulisan tangan atau yang dihasilkan lewat mesin tik (bukan komputer), caranya dengan memberi garis bawah satu. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
Catatan akhir...
Semoga catatan yang bersumber dari PUEBI -- sebagaimana diatur pada Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 0321/I/BS.00.00/2021 tanggal 28 Juli 2021 -- ini dapat menolong kita sehingga jadi tahu kapan saat tepat menggunakan huruf miring dan tebal.
...
Jakarta,
24 Desember 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H