"Lebih baik hidup dari sampah daripada hidup menjadi sampah"Â
Kalimat itu ditulis oleh seseorang -- yang berpikir -- pada bagian belakang sebuah gerobak yang saya tangkap sedang ditarik seorang kakek.Â
Kemungkinan besar seseorang yang menyempatkan waktunya menciptakan kalimat penuh filosofi -- dalam dunia persampahan -- itu adalah tukang sampah.
Saya berhenti mengayuh sepeda waktu perjalanan siang tadi. Bukan karena iba melihat kakek renta menarik gerobak. Bukan pula tertarik pada isi gerobak. Pikiran saya langsung terfokus pada kalimat itu.
Itu bukan kalimat sembarangan. Ditulis -- dengan tinta hijau pada latar hitam -- oleh orang yang berpikir baik. Saya senang dan mengabadikannya lewat kamera. Saya belajar seputar kehidupan.
Memahami pikiran sang filsuf
Saya begitu yakin, tukang sampahlah orang yang paling ahli dalam dunia persampahan. Hari ke hari, ia memungut sampah yang terus saja ada dari orang-orang.
Beragam bentuknya. Sebagian besar tentu tidak terpakai bahkan sudah rusak. Belum lagi yang teronggok di sudut-sudut jalan. Bau busuk menyengat. Binatang-binatang kecil berkerumun. Pasti kotor.
Tukang sampah itu -- entah siapa penulis kalimat itu -- paham benar bahwa tidak semua sampah tidak berguna. Dari kalimatnya, ia mengerti bahwa sebagian sampah -- jika dipilih dan dipilah -- masih laku dijual atau digunakan sendiri.
Dari sampahlah ia beroleh penghasilan. Dari sampahlah ia bisa makan. Dari sampahlah ia menghidupi keluarga.
Pekerjaan sebagai tukang sampah terasa berat karena butuh kekuatan fisik untuk menarik gerobak. Memanggul karung berisi sampah juga tidak ringan. Belum lagi berjalan di bawah terik matahari. Polusi asap kendaraan dan terpaan hujan sudah jadi pengalaman sehari-hari.
Tukang sampah itu juga paham benar bahwa sebagian sampah memang tidak berguna. Ia menyimpulkan pada akhir kalimat. Menjadi "sampah" bukan pilihan baik.
KBBI menjelaskan sampah:
barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya; kotoran seperti daun, kertas: jangan membuang -- sembarangan
hina: hidup sebagai gelandangan dianggap -- masyarakat
Sampah itu menyusahkan. Menjadi gelandangan dianggap sampah. Merepotkan orang dengan luntang-lantung saja di jalanan. Bahkan pengertian sampah masyarakat sendiri -- dijelaskan KBBI -- termasuk pengemis.
Tukang sampah itu tidak mau jadi "sampah". Ia lebih memilih menggunakan tenaganya untuk bekerja merapikan sampah yang terserak, memungut satu demi satu yang masih dianggap berguna, dan tidak lupa berjibaku bersama bau-bau busuk.
Menjaga martabat diri
Saya memahami bahwa tukang sampah itu menjaga martabat dirinya. Ia sadar, selama masih hidup, lebih baik bekerja -- sehina apa pun itu -- yang penting halal.
Ia memilih tidak merepotkan orang. Ia membangun nilai diri sebagai tukang sampah yang dapat penghasilan dari bekerja. Bisa jadi pendapatannya tidak lebih besar dari pengemis atau gelandangan yang beroleh belas kasihan.
Tukang sampah tetap tidak ingin menjual belas kasihan. Ia tidak ingin seperti dikasihani. Selama masih ada kekuatan, ia memilih bekerja. Sungguh, itu meninggikan kehormatan dirinya.
Memberi teladan kepada sekitar
Kalimat penuh kebijaksanaan itu langsung menegur saya yang terkadang malas bekerja. Tukang sampah itu berhasil memberi teladan untuk giat dan lakukan hal-hal apa pun yang penting halal.
Dari itu, kita beroleh penghasilan kecil tidaklah masalah. Yang penting tidak jadi beban bagi orang. Tidak merepotkan dan dianggap hina oleh orang. Berdiri dengan kepala tegak dan bangga karena dapat makan dari hasil keringat sendiri.
Akhir kata...
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada tukang sampah itu. Saya mengerti bahwa dari sekitar dan hal-hal terdekat, banyak ilmu tentang hidup yang bisa dipelajari.
Tukang sampah pun menyempatkan diri untuk berpikir bijak. Janganlah kita sia-siakan kemampuan pikir. Gunakan untuk jadi inspirasi dan manfaat bagi sekitar.Â
...
Jakarta,
5 Desember 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H