Saya pernah bertanya kepada seseorang di depan cermin, "Bagaimana caramu hidup berbagi dalam dunia yang fana dan sebentar ini?"Â
Orang itu tidak menjawab. Ia hanya tersenyum. Dalam senyumannya, saya sudah bisa menebak apa yang ingin ia katakan. Saya tahu, ia sedang gemar menulis.
Sekilas barusan saya terpikir soal ambang pagi. Ketika subuh beserta embunnya hendak pergi dan matahari mulai menampakkan diri. Hari baru lagi. Hari yang penuh misteri sedetik ke depan. Hari yang entah sekarang dalam 24 jamnya terasa sebentar sekali. Tidak terkira hari berlalu dan besok sudah jadi hari ini.
Dalam perlintasan hari-hari, keadaan menjadi tua tidak bisa dielakkan. Umur terus bertambah dan sebagian ingin bertambah bijaksana. Kesalahan masa lalu diharap biarlah sekali terjadi. Hal-hal baru teruslah dipelajari. Semua diolah dan dipikir agar dunia tidak membosankan.
Bisa dibilang, beberapa kegiatan sehari-hari hanyalah pengulangan. Mandi sudah pernah. Makan berkali-kali. Minum tidak terkecuali. Pergi ke kantor cari uang, bermain bersama keluarga, berkunjung ke tempat saudara, dan hal-hal lain yang hanya diulangi.
Bersyukur, dalam pengulangan itu, otak manusia diberi hikmah oleh Yang Kuasa untuk menciptakan hal baru. Masih dalam kegiatan sama, substansinya sedikit diubah agar lebih segar.
Otak manusia memang luar biasa. Otak mampu mencari solusi dalam setiap masalah. Otak mampu menciptakan kebahagiaan tanpa merepotkan orang lain. Otak menyimpan kekuatan pikir yang luar biasa jika diberdayakan penuh.
Melalui pemikiran, saya berbagi
Saya orangnya gemar berpikir. Beri saya satu pertanyaan, maka akan saya buat jawaban hipotesis sekian banyak. Saya pun suka sekali belajar. Setiap hari selalu belajar dan membaca.
Pada akhirnya, saya merasa lebih berguna jika hasil belajar saya bagikan. Era sekarang yang masih membatasi pertemuan dan beberapa pertimbangan menyadarkan saya bahwa pembagian pikiran sangat efektif dilakukan lewat tulisan.Â