Cinta dengan kata-kata
Ya, kebaruan akan pengetahuan itu membuat saya ketagihan. Saya melampiaskan kesukaan akan kata-kata lewat tulisan. Saya sengaja pakai dan lebih mengutamakannya dibanding yang lain.
Mencoba membiasakan "unggah" daripada upload. "Unduh" ketimbang download. "Salindia" menggantikan powerpoint. Belum lagi kata salah kaprah seperti "absensi" alih-alih presensi.
Banyak media tulis saya gunakan untuk membiasakan. Menulis laporan guna keperluan kantor tentu wajib. Unggahan di media sosial salah satunya. Tulisan di Kompasiana tidak terkecuali.
Saya begitu menikmati mengetik kata-kata itu. Rasa suka bertambah jadi dua kali lipat. Tidak hanya karena dapat kebaruan, tetapi juga sebab sudah berbagi dengan pembaca.Â
Menyisipkan cinta dalam sastra
Bagian selanjutnya, saya sisipkan cinta itu lewat sastra (terutama cerpen). Sekarang ini, saya tipe pengarang dengan kata-kata minimal 1.000 pada setiap cerpen.
Saya memang sengaja menantang diri untuk sebisa mungkin mengembangkan pengetahuan berbagai kosakata dengan segala kebaruannya di bagian-bagian cerita.
Jika berbentuk puisi, pasti lebih tertolong karena tidak perlu banyak kata disajikan. Cukup beberapa dan itu diusahakan pilihan sehingga memikat.
Menyajikan kata-kata pilihan dalam cerpen yang sedemikian panjang terus jadi tantangan setiap kali mengarang. Tetapi, kembali lagi, itu bisa dilalui karena cinta akan kata-kata telah menguatkan.
Menjaga semangat menulis