Anak gadis itu memberikan sejumlah uang, yang telah dihitungnya pas sesuai tagihan. Ketika anak gadis itu membalikkan badan untuk pergi, sempat ia berpikir dan menyimpulkan bahwa perempuan itu habis menangis. Matanya begitu merah. Sembap sekali.
Perempuan itu melangkah, kembali ke bagian belakang ruangan. Ia menatap sejenak kaus putih bebercak merah itu. Setelah memastikan kaus itu terlempit rapi -- seperti sebelum-sebelumnya yang sudah terlempit rapi -- ia membuka kembali kotak teratas dan menaruhnya pelan-pelan.Â
Ia memperlakukan kaus itu dengan penuh kasih sayang, seperti demikianlah ia membesarkan anak pertamanya.
Beberapa detik setelah kotak tertutup, ia menarik tutup kotak kedua yang berada tepat di bawahnya. Kali ini ada kemeja batik tersusun rapi, begitu mewah, dan terlihat sangat mahal. Kemeja itu ia keluarkan dan sama seperti sebelumnya, ia kembali menyetrika dan melempitnya.
Ia melihat kemeja itu pernah dikenakan oleh anak keduanya waktu anak itu sedang dilantik sebagai pimpinan sebuah perusahaan. Anak lelaki keduanya memang pintar dan tangkas ketika bekerja.
Seusai pulang dari kantor -- masih mengenakan kemeja batik berwarna kuning itu -- anak itu tiba-tiba jatuh begitu saja, tergeletak di lantai. Dari mulutnya keluar busa. Badannya gemetar. Napasnya tersengal-sengal. Tidak berapa lama, ia meninggal.
Usut punya usut, ia telah diracuni oleh seorang teman kerja, yang iri akan kenaikan jabatannya. Barangkali memang, selalu saja ada orang yang tidak suka dengan kesuksesan yang diraih orang lain. Meskipun pelaku sudah diringkus, perempuan paruh baya itu tetap sulit menerima kepergian anaknya.
Ia terus memandangi kemeja itu. Ia mengusap-usap kerahnya, seperti terbayang sedang membelai pipi anak keduanya. Kembali, isak tangis tak tertahankan. Betapa ia merindukan anaknya itu.
Siapalah seorang ibu yang bisa hidup jauh dari anaknya? Bagaimana anak yang berasal dari daging dan darahnya, sudah tentu menjadi separuh jiwanya sendiri, entah bagaimana pun keadaannya.
Lain lagi pada pakaian dalam kotak ketiga. Selepas ia mengeluarkan isi kotak itu -- berupa jaket kulit berwarna hitam, ia menggenggam erat-erat dalam pelukan.Â
Ia ciumi jaket itu terus-menerus pada setiap bagian. Masih terasa bau badan yang melekat di sela-sela jaket, yang sengaja tidak ia hilangkan dengan wewangian pakaian.