Tulisan ini adalah edisi kedua dari tulisan berjudul "Bahasan Seputar Judul Cerpen". Di sana, saya membahas bagaimana pengaruh nama pengarang pada pemilihan judul.
Jika sudah begitu terkenal, mau judul biasa saja atau memikat, tidak terlalu berpengaruh pada pembaca penggemarnya. Mereka sudah paham, tentu kualitas cerpen menarik di tangan ahlinya.
Selain itu, saya juga menjelaskan saat-saat di mana sebaiknya menentukan judul cerpen jika merasa kebingungan. Kali ini saya ingin membahas lebih sempit seputar apa yang sebaiknya disajikan sebagai judul cerpen.
Selama mengarang cerpen, saya selalu memakai dua kacamata: kacamata pengarang dan kacamata pembaca. Selain sebagai pengarang, saya juga seorang penikmat cerpen, baik dengan membaca maupun mendengar rekaman.
Hal kedua setelah mengetahui siapa nama pengarang adalah seberapa menarik judul cerpen, sehingga saya memutuskan untuk lanjut menikmati isinya.
Dibilang mudah menentukan judul, tidak juga. Ternilai sulit, tidak terlalu. Gampang-gampang susahnya. Saya pernah galau gara-gara judul. Tetapi, dalam kegampangan dan kesulitannya, ada titik krusial yang menentukan cerpen jadi dibaca atau dilewatkan begitu saja.
Beberapa contoh di bawah barangkali bisa menjadi pertimbangan bagi Anda yang ingin menentukan judul. Tidak harus seperti demikian. Yang dirasa lebih enak oleh Anda pun silakan.
Tidak berupa pesan moral
Pesan moral adalah salah satu bagian dari penyusunan cerpen. Ini harus ada dan disampaikan baik tersirat maupun tersurat. Sayangnya, sebagian kita kurang tertarik membaca dan mendengar nasihat. Ya, pesan moral pasti adalah nasihat.
Lebih baik kita tidak menjadikan pesan moral sebagai judul. Itu seperti ditangkap lebih kepada cerita yang hendak menjelaskan khotbah atau nilai agama. Itu sudah didapatkan saat pendidikan agama atau ajaran dari orangtua.
Semisal: "Sayangi Kekasihmu Seperti Dirimu Sendiri".Â
Tidak berupa kejadian inti
Alangkah lebih baik judul cerpen bukan merupakan kejadian inti cerita. Masih sejalan dengan judul di atas, kejadian inti terbayang oleh pembaca seandainya judul cerpen: "Seorang Wanita yang Sedih Ditinggal Kekasihnya". Bandingkan dengan contoh: "Wanita yang Menangis Setiap Malam".
Nikmati perbedaan keduanya. Berapa pertanyaan yang lebih banyak timbul dari judul pertama dan kedua? Keduanya sama-sama sebagian besar menceritakan kesedihan.
Judul pertama lebih gamblang karena sebab kesedihan sudah diketahui pembaca, kendati cara kekasih itu meninggalkannya masih samar. Sementara judul kedua lebih samar dan mengundang lebih banyak pertanyaan. Tidak ada sebab akibat di sana.
Hal unik dari cerpen
Sepanjang kita menyelesaikan cerpen, nanti kita akan menemukan hal-hal unik yang memikat untuk dijadikan judul. Nikmati benar alur penceritaan, pemilihan kata-kata, dan penekanan emosi.
Mana yang paling unik dan dirasa aneh, pilih sebagai judul. Seperti judul: "Wanita yang Menangis Setiap Malam". Ini tentu lebih unik, karena meskipun kita tahu menangis adalah hal wajar, mengapa hanya setiap malam ia menangis?
Apa yang menyebabkan ia menangis? Apakah ia terus menangis sampai selamanya pada setiap malam? Tidak adakah pekerjaan lain baginya setiap malam selain menangis?
Pada intinya...
Dalam beberapa kata yang menyajikan judul, itu sebaiknya mampu mengundang lebih banyak pertanyaan pembaca. Kejadian tidak biasa dan di luar nalar lebih memikat.
Tidak perlu menjelaskan banyak-banyak seputar cerita di sana. Pemilihan judul yang lebih umum dan samar juga membantu pengarang mengembangkan ceritanya. Tidak ada batasan yang tertulis.
Seperti contoh, wanita itu dijelaskan menangis karena ditinggal kekasih. Isi cerpen harus menjelaskan itu, tidak bisa di luar itu penyebabnya, karena judul sudah berkata demikian. Beda cerita jika wanita hanya menangis setiap malam. Masih banyak kemungkinan penyebab yang bisa dikreasikan.
Akhir kata...
Sebagai pengarang, kita ingin cerpen dibaca lebih banyak pembaca. Sebagai pembaca, kita ingin cerpen menyajikan hal baru dan menarik sesuai judulnya yang memikat.
Banyak pertanyaan tidak terduga bisa terjawab. Hal-hal aneh tersajikan oleh pengarang. Keduanya mendapat kepuasan. Cerpen tertulis dengan baik dan terbaca dengan mengasyikkan.
Barangkali tolok ukur itu bisa dinilai pada awalnya dari seberapa memikat judul cerpen yang diagihkan.
...
Jakarta
29 September 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H