Tegas berupa larangan atau perintah
Jika tidak mau repot, pesan itu bisa disampaikan berbentuk percakapan seperti sedang menggurui, memberi perintah, atau melarang sesuatu agar tidak dikerjakan. Boleh dari orang lebih tua kepada yang muda. Tidak salah pula dari yang lebih muda ke yang tua. Semisal:Â
"Kamu jangan membunuh! Ibu sejak kamu kecil tidak pernah mengajari itu. Kamu meniru siapa? Kamu mau masuk neraka?" sentak seorang wanita di hadapan anaknya.
Biasanya, yang terlalu gamblang begitu kerap dihindari dalam penceritaan. Saya pribadi berusaha mengemasnya lebih ringan dan tidak memaksa. Apalagi cerpen saya bukan soal agama, kendati tetap harus mengarahkan ke kebaikan.
Sindiran
Dalam cerpen yang bergaya satire, sindiran yang dikemas pengarang akan orang lain sebetulnya secara tidak langsung mengharapkan pembaca tidak mengikuti perilaku itu atau melakukan hal sebaliknya. Biasanya diselingi dan dibuat ringan dengan tertawaan.
"Coba ... kamu lihat nasibnya? Sudah berapa orang yang dia bunuh? Sekarang, apa yang bisa ia lakukan? Mendekam di penjara dan membusuk di sana. Kamu mau seperti dia?" kata orang itu sambil tertawa lepas.
Pertanyaan perenungan
Bagian ini yang sering saya pakai. Saya kerap menyiratkan pesan moral dalam pertanyaan perenungan, baik perenungan pribadi seorang tokoh maupun penyampaian pandangannya kepada tokoh lain.
"Bukankah semua manusia punya hak hidup? Siapalah yang berhak menyelesaikan hidup orang? Saya pikir, kita tidak punya kuasa untuk menentukan hidup dan mati seseorang, bukan begitu?"
Pendapat yang tidak memaksa