"Ayah belum jawab pertanyaan saya," tanya ibu sedikit bersikeras, "Bagaimana bisa matahari dan bulan itu adalah kumpulan arwah orang baik?"
"Kamu tidak perlu tahu itu. Yang penting, tetaplah berbuat baik. Niscaya, kita akan bertemu di matahari atau di bulan sana."
Seumur-umur saya belajar ilmu, dari sekolah dasar sampai kuliah, saya hanya tahu memang, matahari adalah bintang dan bulan adalah satelit yang mengelilingi bumi. Bulan sendiri tidak bercahaya. Ia hanya memantulkan cahaya dari matahari.
"Oh iya, arwah-arwah itu juga sepasang kekasih. Mereka orang baik yang sedang jatuh cinta. Mereka sengaja tidak bisa bertemu dalam satu saat, agar cinta mereka semakin dalam lewat kerinduan. Lihatlah, matahari selalu keluar pada siang hari, sementara bulan tentu pada malam hari," lanjut cerita ibu perihal yang ia dengar dari kakek.
"Kalau begitu, sial sekali nasib mereka ya, Bu?" tukas saya.
"Mengapa mereka tidak bisa bersama setelah meninggal?"
Ibu tidak bisa jawab. Sepertinya ibu belum bisa membuat karangan tambahan yang masuk akal. Ia menguap sejenak. Ia merapikan sedikit rambut panjangnya.
Ia lantas beralih cerita tentang si kakek yang akhirnya membagikan warisan kepada semua anaknya. Ibu tidak habis pikir waktu itu, anak bungsu kakek yang sudah pergi jauh, lantas tiba-tiba kembali saat kakek sebentar lagi meninggal, tetap mendapat warisan yang sama dengannya.
Kakek pun dengan setia menyekolahkan cucu-cucu dari anaknya yang kurang mampu. Saat tua, ia masih saja bertani ke ladang. Ia memanggul cangkul pada bahunya yang renta dan sedikit bungkuk. Waktu masa panen, hasil penjualan padi dan jagung sekejap mata mengalir dan berubah bentuk menjadi seragam, buku-buku pelajaran, dan uang sekolah cucu-cucunya.
Nenek tidak kalah baik. Baginya, umur yang sudah banyak, tubuh yang mudah lelah, fisik yang semakin lemah, bukanlah pertanda untuk tidak semakin berbuat baik. Nenek selalu rutin membuat kue dan mengunjungi teman-teman sebayanya yang menghabiskan waktu di panti jompo, dekat rumah.
Ia berkelakar di sana, menghibur hati-hati yang kesepian karena ditinggal anak-anak. Ia selalu membawa kue bolu enam porsi untuk tiga puluh orang lanjut usia. Semua suka dengan rasa bolu itu. Selalu habis. Nenek tertawa senang. Setidaknya, barang sedikit, semoga itu bisa menghibur.