Mata yang Indah
Sama seperti "Derabat", "Mata yang Indah" -- ditulis di Surabaya, 8 Oktober 2000 -- adalah cerpen terbaik dalam Cerpen Pilihan Kompas 2001. Pada penceritaan, cerpen ini mirip dengan Gauhati, di mana di sela-sela selalu muncul kata-kata misteri: tiba-tiba, entah dari mana, saya tidak tahu kapan, secara mendadak, dan seterusnya.
Cerpen mengulas seputar bidadari pula. Adalah kisah seorang ibu yang hendak meninggal dan memberi wejangan pada anaknya. Ia berpesan agar anaknya berbuat baik, lakukan tindakan mulia, jagalah hati tetap bersih, agar nanti malaikat akan membawa pertanda-pertanda agung. Ia meminta anaknya mengembara pergi, berpetualang menjelajah kehidupan.
Terkait mata indah, anak itu menemukannya pada seorang pemilik perahu tambang bernama Gues. Istri Gues dalam suatu ketika hendak memerkosa anak itu.Â
Ketika anak itu kembali dari pengembaraan untuk menemui ibunya, ibunya bercerita bahwa suatu kali ia juga pernah memerkosa seorang laki-laki dengan mata berkilat indah. Seperti "tersiratkan" bahwa yang diperkosa ibunya adalah anak itu sendiri. Atau bukan?
Lorong Gelap
Adalah sepasang saudara bernama Delilah dan Den Hardo, yang terlahir dari sepasang orangtua. Delilah suka menindas dan memperlakukan tidak baik Den Hardo sedari kecil.
Delilah menuduh Den Hardo sengaja membuat mobil ayah mereka sukar dikendalikan, sehingga ayah tewas kecelakaan. Delilah pun menuduh Den Hardo tidak mau merawat ibu, sehingga ibu meninggal karena sesak napas.
Delilah dan Den Hardo diamankan dan dipenjara. Delilah terindikasi ikut dalam kegiatan pemberontakan mahasiswa dan akhirnya tertangkap polisi. Sementara Den Hardo masuk penjara karena tuduhan Delilah. Mereka terpisah antarsel, yang berjarak sepanjang sebuah lorong gelap.
Den Hardo digiring melewati lorong tersebut untuk berpindah sel, menggantikan seorang narapidana yang hendak dieksekusi mati. Ialah Delilah. Pada saat-saat terakhir sebelum meninggal, Delilah masih saja menuduh Den Hardo. Kali ini ia berujar Den Hardo adalah seorang mata-mata. Den Hardo akhirnya disiksa. Ia tidak melawan.Â
Satu yang unik dari kisah ini, setiap narapidana yang akan dieksekusi mati, ketika masuk sel khusus, diberi setoples kecil kacang. Dalam sel itu, ada tupai-tupai melompat. Narapidana harus berbagi makanan dan tidak boleh makan sendiri. Jika melanggar, hukumannya berat. Masih saja diajarkan kebaikan pada orang yang sebentar lagi mati karena perbuatan jahatnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!