Saya tidak pernah tidak merinding ketika mendengar paduan suara menyenandungkan lagu "Syukur". Saya pun tidak pernah tidak bergetar hati saat menyanyikannya waktu bertugas jadi paduan suara. Ketika tidak terkendali perasaan, sesekali air mata jatuh.
Waktu lagu ini dinikmati lewat pecahan suara dan alunan melodi, kesenduan dan kesyahduan terasa benar. Tanpa musik pun, tidak mengurangi rasa.
Bagaimana lagu "Syukur" begitu dalam makna pada setiap liriknya. Tidak perlu waktu lama untuk menyanyikan. Tetapi, sudah menyiratkan dan menyuratkan pesan berharga.
Lagu ini diciptakan oleh Husein Mutahar. Pada peringatan kemerdekaan negara Indonesia ke-76, lagu wajib "Syukur" dipersembahkan selain "Maju Tak Gentar".
Saya memaknainya menjadi tiga hal:
Bahwa kemerdekaan itu adalah karunia Tuhan
Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karunia-Mu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Ke hadirat-Mu Tuhan
Bait pertama menggambarkan jelas bahwa kemerdekaan yang diperoleh bangsa Indonesia diakui sebagai karunia Tuhan. Semua sumbangsih pemikiran dari berbagai kalangan masyarakat demi kemajuan bangsa juga merupakan karunia-Nya.Â
Tidak ada yang boleh meninggikan diri. Karena pimpinan-Nya, pengetahuan dari-Nya, kemampuan berbuat baik dari-Nya, kita dapat berkontribusi.
Bahwa perjuangan para pahlawan patut dihargai dan dijadikan teladan
Dari yakinku teguh
Cinta ikhlasku penuh
Akan jasa usaha
Pahlawanku yang baka
Indonesia merdeka
Syukur aku tunjukkan
Ke bawah duli Tuhan
Hanya bersandar kepada-Nya, tidaklah cukup. Butuh kerja dan aksi nyata dari kita yang tetap dalam koridor-Nya. Itulah perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan.
Ada tenaga dikorbankan. Ada pikiran dicurahkan. Ada keegoisan pribadi dienyahkan. Semua dikerahkan dalam pergerakan penuh ikhlas, hingga tidak mempedulikan nyawa dan tetesan darah.
Bagaimana jika semangat dan perjuangan pahlawan yang mulia itu, sekarang dinodai dengan keinginan dan nafsu kita masing-masing?
Bahwa sebagai bentuk ucapan syukur, ada pembaktian diri secara ikhlas
Dari yakinku teguh
Bakti ikhlasku penuh
Akan azas rukun-Mu
Pandu bangsa yang nyata
Indonesia merdeka
Syukur aku tunjukkan
Ke hadapan-Mu Tuhan
Saya merinding. Jika kita menyia-nyiakan kemerdekaan dengan berbuat buruk bahkan mencuri di sana sini, bagaimana kelak kita mempertanggungjawabkannya?
Apakah kita pernah memikirkan itu? Sudahkah kita berkontribusi untuk negara? Seberapa sering kita lebih meminta dibanding memberi?
Jika negara ini ada sampai sekarang, pertanda kita masih diberi kesempatan untuk menjaga dan membangunnya. Tidak harus semua menjadi orang penting. Tidak perlu pula menunggu jadi orang besar yang dikenal banyak orang.
Kita bisa berkarya dari hal-hal kecil dan positif. Isi kemerdekaan dengan aktivitas bermanfaat.Â
Dalam dunia maya, perbanyak membangun dan berikan ide, ketimbang saling mencaci maki. Tidak membagikan berita hoaks yang bisa merusak persatuan dan kesatuan.
Sebagai warga negara, taati peraturan yang ada. Doakan para pemimpin supaya sehat selalu dan diberi pencerahan oleh Yang Kuasa untuk bekerja sebaik-baiknya.
Jika masing-masing masih beroleh kesempatan dan punya ruang untuk berkontribusi lewat berbagai cara, mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif, tetap patut kita bersyukur kepada Tuhan. Lakukan peran dan tugas kita sebagaimana posisi kita sekarang.
Selamat ulang tahun negaraku, Indonesia yang ke-76.
Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.
Patutlah kita bersyukur kepada Tuhan.
...
Jakarta
17 Agustus 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H