Mari, para pecinta hewan peliharaan, sila merapat di sini. Izinkan saya berbagi pengalaman yang mana tahu berguna atau bahkan Anda pernah pula mengalaminya.
Memelihara hewan berbulu lebat tentu memiliki keasyikan dan kesenangan tersendiri dibanding hewan berbulu pendek atau tanpa bulu (gundul). Jumlahnya relatif lebih sedikit di pasaran. Harganya pun sedikit menjulang dan cukup merogoh kocek pembeli.
Melihat sang hewan bergerak-gerak dengan bulu tebal di sana sini, bersih dan berwarna menarik, itu seperti menyaksikan kapas yang sedang berjalan-jalan. Ingin rasanya kita membelai bulunya, bersandar pada kehalusannya, sesekali membaui aromanya.
Kebanyakan, hewan dimaksud berwujud anjing, kucing, atau kelinci. Bila anjing, ada jenis Pomeranian, Pudel, Chow Chow, dan lainnya. Kucing seperti ras Persia, Siberian, Birman, dan seterusnya. Sementara kelinci, ada Anggora, Lionhead, Jersey Wooly, dan sebagainya.
Karena penampilan yang unik, perawatan pun tidak seperti biasa. Butuh ekstra usaha. Bisa jadi memakan lebih banyak biaya. Kita pun sebaiknya memberi waktu lebih dalam mengurus.
Sekilas penampakan dari luar, sang hewan dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi, bila dilihat satu demi satu bagian tubuh yang tertutup bulu lebat itu, kita mungkin terkejut.
Pengalaman pribadi
Saya pernah memelihara hewan berbulu lebat. Pertama, anjing ras pudel berwarna cokelat. Saya beli masih kecil di toko hewan. Bulunya menggemaskan. Itu yang membuat saya tertarik memelihara.
Kedua, ada kelinci yang juga berbulu lebat. Sebagian besar badan ditutupi bulu berwarna putih dan ada corak hitam ke kedua mata. Telinga cukup panjang dan berdiri ke atas.
Awalnya saya pikir, mudah memelihara mereka. Seiring waktu berlalu, ada kerepotan di sana sini. Dampak dari bulu-bulu lebat itu membuat saya lebih memperhatikan mereka.