Seorang wanita berjalan perlahan dengan anggun. Busana kuning keemasan dengan atasan sedikit terbuka memperlihatkan kulitnya yang begitu mulus. Ia datang bersama suami pada pesta pernikahan sahabat.
Selama acara, ia begitu percaya diri. Busana yang dikenakannya sangat membanggakan. Ia tahu, berapa harga dan di mana membelinya.
Beberapa saat kemudian, seorang tamu datang. Wanita itu menunduk pelan. Ia mengangkat telapak tangan seperti hendak menutup wajah. Tamu itu berbusana persis dengannya. Betapa kikuk ia!
"Yuk, kita cepat pulang, Yang!" serunya pada suami di sebelah. Suami itu heran. "Kenapa? Acaranya belum selesai," jawabnya. "Ayo pulang! Sudah, tidak usah banyak tanya," wanita itu semakin menegaskan.Â
Siapa dari Anda pernah punya pengalaman memakai busana kembar dengan orang lain pada suatu momen dengan tidak sengaja? Anda bertemu dengan seseorang yang minimal atasan atau busana bawahannya memiliki warna dan motif serupa dengan yang Anda kenakan.
Bisa sama kemejanya. Tidak berbeda celananya. Topi tidak terkecuali. Tas mungkin pula. Bahkan, sekadar selendang yang terselempangkan di pundak.
Bagaimana perasaan Anda?
Penjualan busana jarang terbatas
Pada kenyataan, saya pikir, setiap perusahaan busana dalam menjual busananya jarang sekali ada yang mencetak hanya sepasang. Meskipun konsepnya kembar, persediaan busana pasti banyak. Ini untuk mengimbangi biaya produksi.
Edisi terbatas karena apik dan langka pun (bisa pula diterbitkan sebab momen tertentu), jumlahnya masih beberapa. Dapat dibeli di berbagai toko oleh siapa saja.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!